17. Cinema date

286 46 1
                                        

Suasana kelas yang mulai sepi membuat Agatha baru mengangkat kepalanya setelah sekian lama tertidur selama jam pelajaran. Benar, tertidur. Tiga jam pelajaran sebelum pulang tadi, kosong. Para guru sedang sibuk rapat di ruang guru, membahas tentang liburan yang akan diadakan sebelum perpisahan nanti, kata Agas.

Ia regangkan badannya yang pegal-pegal karena tertidur dengan posisi yang kurang nyaman.

Semenit kemudian lantas terkejut menyadari siapa dan apa yang dilakukan seseorang didekatnya.

"Puas tidurnya?"

"Hah?" otak Agatha masih terkejut dengan orang dihadapannya itu. Sehingga membuatnya bekerja sedikit lambat.

"Udah puas tidurnya?" tanyanya ulang, dengan pengucapan sedikit ditekankan.

"Eh udah. Lo kok disini? Enggak pulang?" tanya Agatha sambil melihat isi kelas yang sudah kosong. Termasuk bangku Agas. Agatha melotot, memaki dalam hati, laki-laki itu meninggalkannya!

Kalingga jadi ikut menatap bangku kosong yang ditatap oleh Agatha.

"Keluar bentar, lagi nganter Nadiva ke minimarket depan." ujar Kalingga berbaik hati menjelaskan. "Ntar balik lagi dia."

Agatha mengangguk kaku. Ia tatap kembali Kalingga, Agatha belum menerima jawaban dari pertanyaannya.

Kalingga balas tatap, menaikan sebelah alisnya heran. "Gue?" Agatha mengangguk. "Kalau gue, nanggung lagi maen game."

Agatha sedikit heran, kenapa Kalingga repot-repot menjawab padahal mereka sebelumnya, berinteraksi saja jarang. Mereka berinteraksi hanya saat jika satu kelompok belajar, ataupun berdebat tentang pemahaman belajar mereka di kelas.

Terdengar suara hentakan kaki yang tidak beraturan membuat keduanya langsung menatap pintu. Mendapati Agas yang sedang mengatur napasnya usai berlari dari minimarket.

"Huh gila, sejak kapan minimarket depan sejauh ini?" Agas mengumpat sambil berjalan menghampiri keduanya.

Ia merogoh sesuatu didalam saku jaketnya. Lalu menaruhnya diatas meja.

"Nonton gih, Lo berdua!"

"What?"

"Iya, nonton." Agas menarik napas panjang. "Gue kan kemarin tuh beli tiket nonton bioskop buat jalan sama Nadiva hari ini. Pas gue kasih ke anaknya, dia bilang gak mau. Mau bantuin ibunya bikin kue hari inimah. Jadi ya, daripada mubazir, mending kalian aja yang nonton!" jelas Agas panjang lebar.

Agatha melotot, kenapa Agas tidak berpikir panjang, sih? Agatha tidak ingin terjebak dengan situasi canggung bersama laki-laki yang disukai temannya ini.

"Gak mau ah gue, gue kan mau jenguk Runa." tolak Agatha berusaha memberi alasan pasti.

"Gue juga mau jenguk Aruna, kok." Timpal Kalingga. "Gue sih ayo aja, nanti jenguk Aruna nya bareng, Ta."

Wah Agatha benar-benar tak habis pikir. Ada apa dengan Kalingga. Agatha sih, senang-senang saja akhirnya akan ada sedikit momen untuk Kalingga dan Aruna. Tapi kenapa dia juga ikut dilibatkan?

"Udah ikut ajalah, Ta." kata Agas memelas. "Gue gak mau ya, uang seratus ribu gue melayang gitu aja. Kan sayang, Ta." katanya.

"Kenapa gak Lo berdua aja yang nonton?" Agatha masih mengelak.

Agas dan Kalingga kompak bergidik, "Ogah! Ntar gue dikira homo." kata Kalingga.

"Ih Ta! Gue kan mau nganter Nadiva pulang. Kalau gue bisa juga, gue gak bakalan nyuruh Lo berdua pergi. Biar gue aja sama Lo, kan?"

Agatha menghela napas panjang.

"Udah deh, gue pulang ya. Nadiva udah nunggu dibawah." kata Agas sambil hendak berlalu pergi. Sedetik kemudian ia berbalik, "Titip Ata ya, Kal. Jangan macem-macem Lo!"



•333•





Agatha berakhir masuk ke studio dengan kedua tangan yang sibuk memegangi popcorn. Sedangkan Kalingga, memegang dua cup softdrink miliknya dan Agatha.

Sebenarnya, Agatha tidak mau repot repot membeli popcorn. Mengingat niat dia disini bukanlah untuk menikmati film, melainkan terpaksa menonton karena Agas dan Kalingga yang bersikeras membawanya kesini.

Tapi, ini semua adalah ide Kalingga.

Mereka pun duduk. Menunggu film dimulai. Hingga akhirnya lampu dimatikan. Suasana menjadi hening.

Agatha penasaran dengan apa yang akan ditontonnya. Kemudian mengumpat pelan begitu mendengar backsound menyeramkan yang sudah menjawab rasa penasarannya tadi.

"Sial."

Agatha meremat seragamnya kesal. Bisa-bisanya Agas memberikannya tiket nonton film horor, disaat Agatha sama sekali tidak bisa menontonnya.

Ya, terakhir Agatha menonton film horor, saat kelas enam SD dulu. Ia berakhir tidak bisa tidur tanpa ditemani kedua orangtuanya setiap malam. Dan juga tidak bisa pergi kemana mana sendirian.

Kalingga lirik Agatha yang terlihat pucat. Dengan cepat Kalingga memahami sesuatu. Gadis disampingnya itu tidak bisa menonton film horor. Duh, dia jadi sedikit merasa tidak enak.

"Mau keluar aja, Ta?" tanya Kalingga memastikan kondisi Agatha.

Agatha menggeleng, "Gak papa, Kal. Udah janji ini sama Agas." katanya terselip kesal.

"Eh jangan dipaksain, Ta."

"Gue bilang gak papa." jawab Agatha ketus.

Kalingga akhirnya memilih diam saja. Takut-takut kalau Agatha malah makin badmood.

Film sudah diputar setengahnya sampai Agatha merasa ada seseorang yang duduk di kursi kosong sebelahnya. Agatha meliriknya sekilas. Ia tidak bisa melihat dengan jelas karena gelap.

Agatha berusaha acuh, sambil menenangkan dirinya karena setelahnya muncul jump scare.

Tayangan-tayangan seram didepannya benar-benar menyita perhatian Kalingga. Agatha mulai berfikir jika Kalingga mungkin memang menyukai film bergenre horor.

Agatha merasakan tenggorokannya kering karena mendengar beberapa penonton menjerit ketakutan. Ia meraih softdrink  disebelah kanan tempat duduknya.

Tapi ternyata Agatha tidak sengaja meraih tangan seseorang. Agatha refleks melepaskan tangannya dan mengucapkan maaf. Dan dibalas deheman orang tersebut.

Enam puluh menit terasa begitu lama sekali bagi Agatha. Ia menyeka keringat dan air matanya yang sudah bercucuran sedari tadi. Adegan tragis terus bermunculan membuatnya menangis karena takut.

Hingga film berakhir. Lampu dinyalakan.

Agatha menghela napas lega. Ia tatap Kalingga yang tersenyum lebar, sepertinya begitu puas dengan akhir dari cerita film.

"Gak jelas banget Lo, Ren."

Suara itu. Agatha merasa sangat kenal dengan suaranya. Asalnya dari bangku sebelah Agatha.

"Na?"

"Eh?"

•TO BE CONTINUED•


Three or NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang