Aruna duduk termenung. Ia merasa sangat bersalah. Perkataan Agatha tidak ada yang salah. Semua adalah salahnya. Mengapa tidak pernah jujur dari awal.
Tetapi Aruna tidak bisa melepaskan semua bebannya itu kepada mereka. Ia sudah terlalu terbiasa menyimpannya sendirian. Dan berujung meledak sendirian pula.
Jangankan orang lain, Aruna bahkan sangat membenci dirinya sendiri.
Melihat sedari tadi penumpangnya itu melamun, sopir taksi berusaha menegurnya.
"Mau kemana, kak? Kayaknya mau ke ulang tahun temennya ya?"
Aruna tersadar, ia menoleh dan tersenyum tipis. Ia menatap dua cheesecake di pangkuannya.
Aruna sengaja membelinya dahulu sebelum pergi ke sekolah. Untuk kedua sahabatnya.
"Bukan, Pak. Tapi untuk teman saya, sebagai permintaan maaf." kata Aruna sambil mengulum bibirnya.
"Oh begitu ya, kak. Yasudah saya do'a kan semoga di terima ya, permintaan maafnya."
Aruna tersenyum, "Terimakasih." ucapnya tulus.
Sopir kembali fokus pada jalan. Sedangkan Aruna memilih untuk mengecek ponselnya. Ia beberapa kali mengecek grup chat yang berisi dirinya, Agas dan Agatha. Namun tidak ada satu pesan pun disana. Padahal biasanya mereka sering bertukar pesan disana. Membicarakan banyak hal dan tidak pernah membuat grup chat tersebut sepi.
Aruna menghela napas, mereka sepertinya amat kecewa pada Aruna.
"Duh ini kok tumben macet pagi-pagi gini ya?" gumam pak sopir.
Mendengarnya Aruna jadi ikut melihat keluar. Ternyata memang benar, jalanan macet sekali. Mungkin karena sudah jam sibuk. Banyak sekali pekerja dan siswa yang hendak berangkat sekolah sepertinya.
Aruna mengecek jam tangannya. Sudah pukul delapan. Gerbang masuk pasti sudah tutup dari tadi.
Namun Aruna tidak cemas, ia memang niat tak niat berangkat sekolah. Jadi berlama-lama di jalanan tidak masalah baginya.
"Gak apa-apa kok, Pak. Santai aja, saya gak buru-buru kok."
"Eh kak udah lancar juga kok ini."
"Em kalau udah lancar, kita bisa mampir dulu ke toko kue terdekat gak, Pak? Kayaknya ini kurang hehe."
Pak sopir mengangguk, menyanggupi. "Boleh, Kak. Sebentar ya, saya cari toko kue terdekat."
Aruna tersenyum dan lekas mengucapkan terimakasih.
Sepuluh menit mobilnya melaju, akhirnya sampai juga di toko kue. Aruna menitipkan cheesecakenya didalam mobil. Dan meminta pak sopir untuk menunggu sebentar.
Aruna menyebrang dengan mudah. Karena jalanan sedikit lenggang didaerah sini.
Ia segera memasuki toko dan mengambil beberapa cupcake lucu yang Aruna pikir Agatha akan sangat menyukainya. Aruna juga mengambil beberapa kue kesukaan Agas.
Setelahnya ia membayar.
Aruna dengan cepat mengantongi dompet dan ponselnya. Takut-takut tertinggal lagi.
Setelah membayar barulah ia keluar. Ia melirik ke kanan dan ke kiri. Entah kenapa rasanya sepi. Apakah mungkin karena Aruna sendiri? Disaat biasanya dia selalu diapit Agas dan Agatha?
Aruna tersenyum tipis. Ia akan meraih lagi mereka berdua hari ini. Akan Aruna pastikan, ia mengantongi maaf dari kedua sahabatnya itu.
Aruna berdiri di tepi jalan. Menunggu saat-saat yang tepat untuk menyebrang.
Pak sopir taksi di sebrang sana terus memperhatikan Aruna. Sedikit membantunya untuk memberi tahu kapan waktu yang tepat untuk menyebrang.
Aruna cukup senang dikelilingi oleh orang-orang baik disekitarnya. Bahkan orang tak dikenalnya pun begitu baik padanya.
Sedang asyik melamun, bahunya ditabrak seseorang.
Aruna langsung menoleh. Ia menarik sebelah alisnya heran. Orang yang menabraknya memakai seragam yang sama dengannya. Dari perawakannya, sepertinya Aruna mengenal orang itu.
Arun sedikit mencibir karena orang tersebut begitu fokus memainkan ponselnya sehingga menabrak Aruna. Bahkan orang itu tidak mengucapkan kata maaf.
Tapi Aruna mencoba untuk bersabar.
Aruna terus memperhatikan kemana langkah sempoyongan itu membawanya. Entah apa yang ia lihat sampai tidak memperhatikan sekitar.
Aruna melebarkan matanya saat gadis itu menyebrang tanpa melihat-lihat. Aruna langsung berlari kearahnya saat melihat mobil truk dengan kecepatan tinggi melaju kearahnya.
Entah kurang dalam pendengaran atau apa, tetapi gadis itu tidak mendengar setiap teriakan panik orang-orang dan klakson truk menyuruhnya minggir.
"Awas!"
Bunyi klakson yang melengking dan suara teriakan Aruna menyatu dengan sempurna.
Gerakannya sangat cepat. Sebuah truk besar menghantam dua tubuh seorang gadis. Aruna bisa merasakan tubuhnya seolah melayang. Kepalanya langsung terbentur kerasnya aspal.
Aruna tatap wajah seseorang yang ada di pelukannya.
Nadiva.
Aruna bisa melihat dengan jelas darah mengalir dari kepala Nadiva yang sudah tak sadarkan diri.
"Nad.." ujar Aruna susah payah.
Sakit tiba-tiba menyerang kepala Aruna yang terbentur keras ke aspal. Sunyi sekejap sebelum akhirnya teriakan heboh terdengar.
Aruna merasa pandangannya mulai buram. Entah kenapa ia merasa sangat mengantuk. Perlahan-lahan Aruna menutup kedua matanya.
•To be continued•

KAMU SEDANG MEMBACA
Three or Nothing
Teen FictionSemua orang juga tahu, di mana ada Agatha pasti ada Aruna dan Agas dibelakangnya. Di mana ada Aruna, pasti ada Agas dan Agatha disampingnya. Begitulah mereka, selalu bersama-sama di manapun mereka berada. Ketiganya mengukir kisah SMA sebagai siswa...