18. Mereka

195 35 6
                                    

Help, nggak kuat lihat senyuman Kenzie 😭🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Help, nggak kuat lihat senyuman Kenzie 😭🙏

***

"Ma."

"Iya, Kak?" Ulya menoleh ke arah anak sulungnya. Pagi ini seperti biasanya Safa akan membantu sang mama memasak sarapan. Meski ada pembantu di rumah ini, Mama lebih suka memasak sendiri karena sang papa menyukai masakan yang dibuat oleh mamanya daripada masakan orang lain.

"Kalau ada yang ngajak Kakak nikah, gimana, Ma?" Safa bertanya dengan suara pelan. Sejak semalamam penuh dia memikirkan tentang ajakan Kenzie. Laki-laki itu serius katanya dan Safa tentu menolak karena alasan perbedaan mereka. Hanya saja Safa takut akan karma, begitulah istilahnya. Saat begini dia menolak lamaran seorang laki-laki, mana tahu sejak itu jodohnya malah dipersulit oleh Allah karena hal itu. Akan tetapi, Safa sudah punya alasan jelas kenapa menolak Kenzie, hanya saja dia terlanjut khawatir secara berlebihan.

"Apa? Kakak di lamar sama orang? Sama siapa? Kenapa nggak bilang-bilang ke Mama langsung. Astaga, mereka sekeluarga kapan datang ke sini untuk meresmikan lamarannya? Kak, kok nggak si jawab, sih?" tanya Mama begitu antusias.

Safa sampai memejamkan matanya. Dia sudah mempersiapkan pertanyaan beruntun yang ditanyakan mamanya ini, sebab sudah lama orang-orang di rumah ini menginginkannya menikah. Maka wajar kalau sang mama sangat antusias seperti ini.

"Kakak cuman nanya, Ma. Semisalnya Kakak di lamar, gimana?" Safa mengubah pertanyaannya.

"Lho? Kenapa nanya gitu? Ya, kalau laki-laki itu baik dan bertanggung jawab, tentunya kamu suka dia. Langsung gas ajalah!" sahut Mama.

Safa mengulum bibirnya sebentar. "Tapi kalau yang lamar aku itu, beda agama sama kita, gimana, Ma?" tanyanya lagi.

Untuk kali ini Mama terdiam dengan mulut setengah terbuka. Matanya mengerjap berulang kali. "Kak? Ini bukan perumpamaan lagi, kan? Jujur sama Mama, kalau kamu di lamar sama laki-laki yang beda kepercayaan sama kita?" tanya Mama. Memang benar kalau insting seorang ibu itu tak pernah main-main.

Safa bungkam, dia kembali menunduk dan fokus memotong wortel yang dia iris-iris kecil itu. Melihat tak ada jawaban dari putrinya, Ulya menghela napas pelan, sudah mengerti kalau keterdiaman Safa itu merupakan jawaban 'iya'.

"Mama juga nggak tahu kalau gitu, Kak." Ulya menatap wajah putrinya dari samping. "Semuanya akan rumit karena perbedaan kalian sangat jelas. Iman kalian," sambungnya.

Barulah kali ini Safa kembali menatap mamanya. "Tapi kalau dia sudah ada niat pindah ke agama kita bagaimana, Ma?" tanyanya.

Ulya mengangkat satu alisnya. "Itu atas keinginannya sendiri atau karena kamu?" Wanita itu malah balik bertanya.

"Dia yang mau sendiri. Dia bahkan sudah begitu serius belajar tentang sejarah islam," jelas Safa.

"Asal kamu tahu, Kak. Mama akan merestui hubungan kamu sama laki-laki pilihan kamu nanti, asal dia itu baik, bertanggung jawab dan terakhir." Tenggorokan ulya terasa tercekat karena sedikit tak sanggup apa yang akan dia katakan selanjutnya. "Dia nggak akan mempoligami kamu," sambungnya dengan pelan. "Mama nggak masalah dia itu mualaf. Asal dia itu setia dengan kamu. Paham, kan, Kak?" Ulya menatap manik mata Safa lekat-lekat.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang