6. Tertarik?

350 53 1
                                    

Kenzie menggoyangkan gelas berada ditangannya, lalu menyesap jus jeruk yang disajikan oleh pelayan tadi. Kenzie mengernyit kala lidahnya merasakan jus jeruk itu, rasanya sedikit aneh, mungkin karena dia sudah lama tak meminum jus ini. Dia kebanyakan minum anggur merah semenjak umurnya menginjak 17 tahun ke atas.

Lalu tatapan Kenzie terarah ke atas pelaminan, tidak terpukau pada dua pengantin di atas sana. Hanya saja matanya salah fokus dengan gadis disisi Raihan itu. Bisa dibilang dia terpukau dengan penampilan Safa, apalagi mereka bertemu sejenak tadi, dengan insiden gadis itu hampir saja terjatuh kalau saja tidak dia tolong.

"Dia siapa, sih?" Pertanyaan itu terlontar dari Jack.

Kenzie melirik laki-laki itu sekilas. "Sekretaris Raihan. Lo lihat laki-laki di sebelahnya."

"Kalian kerja sama dalam satu proyek yang baru-baru ini Lo bilang itu?" tanya Jack lagi.

"Hm."

Saat menyadari Raihan sudah turun dari atas pelaminan, entah kenapa Kenzie tergerak hendak menghampiri laki-laki itu. Sekadar berbasa-basi, padahal Kenzie selama ini tidak menyukai konsep itu. Akan tetapi, ada keinginan yang mendesaknya, yaitu ingin melihat wajah teduh gadis itu sedikit lama lagi. Perasaannya akan tenang, seperti waktu pertama kali mereka bertemu.

"Raihan." Kenzie tersenyum kecil, lalu menjabat tangan laki-laki itu. Raihan tampak terkejut melihatnya, tetapi tak urung membalas jabatan tangannya.

"Pak Kenzie, dapat undangan juga, ya?" tebak Raihan.

Kenzie mengangguk pelan, lantas melirik Safa yang raut wajahnya terlihat sebal. Satu alis Kenzie terangkat, ada apa dengan gadis ini? Apa dia tidak suka dengan kedatangannya ini?

"Kalian sudah mau pulang?" Kenzie bertanya lagi.

Raihan tampak menggaruk kepalanya. "Sebenarnya, sih, iya, Pak. Tapi karena udah ketemu Pak Kenzie di sini, saya malah tertarik bahas proyek kita," balasnya, lalu tersenyum.

"Kamu nggak lupakan, sama omongan Kakak tadi?" bisik Safa tiba-tiba, tangannya sudah gatal ingin memukul Raihan. Sebab, bisa-bisanya mau membahas proyek di luar jam kerja.

"Bentar, Kak. Ini berurusan sama perusahaan kita," balas Raihan ikut berbisik.

Kenzie merasa diasingkan dalam sekejap.

"Pulang aja, Han! Kakak mau ketemu sama Risa. Kamu jangan membantah, ya!" Safa memelotot.

"Kak."

Safa tetap bersikeras, maka itu dia memasang senyum ramahnya pada Kenzie. "Maaf, Pak. Kayaknya malam ini kalian belum bisa bahas proyek kita, lagian ini di luar jam kerja. Terus kita ada urusan mendadak, saya akan atur jadwal rapat kita nanti. Biar kalian berdua lebih leluasa membicarakannya."

Kenzie menarik sudut bibirnya. Lalu mengangguk pelan. "Ok, saya nggak masalah."

"Nah, sekarang ayo kita pulang!" seru Safa, tak memedulikan Raihan yang hendak berbicara, Safa langsung menarik tangan adiknya itu.

Meninggalkan Kenzie di sana dengan tatapan sulit diartikan. Kenzie menunduk, mengembuskan napas pelan, karena merasakan hatinya yang tidak setenang tadi setelah gadis itu pergi.

Sekarang dia amat bingung. Kenapa dia bisa di posisi seperti ini? Merasa tenang saat melihat wajah gadis itu, lalu merasa hampa kalau tidak melihatnya lagi.

"Tertarik sama dia?" Jack datang tiba-tiba dengan pertanyaan seperti itu.

Kenzie melengos panjang, melirik Jack tanpa minat. "Jangan sok tahu."

"Ya, nggak masalah, sih, kalau Lo tertarik sama dia. Ini kan, kali pertamanya Lo naksir sama gadis berkerudung. Udah itu tatapan lo ke dia beda dari biasanya," cerocos Jack, yang Kenzie rasa sangat sok tahu.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang