26. Jawaban Setelah Satu Minggu

145 33 10
                                    

Haiii

***

Satu minggu berlalu begitu cepat. Safa pun sudah mendapatkan jawaban dari Yang Maha Kuasa setelah berserahkan diri, lewat sholat malam yang tak pernah dia lewatkan barang satu hari. Safa merasa kalau keputusannya saat ini sudah tepat, dan rencananya malam ini dua keluarga akan berkumpul di salah satu restoran yang sudah dia tetapkan.

Ya, Safa berencana mengajak semua keluarga berkumpul sekaligus makan malam—sekali-kali di luar rumah. Tentu saja rencananya itu disambut baik oleh Mama dan Papa.

"Ayo, Kak! Kita juga udah lama nggak makan di luar, kan?" ujar Mama pagi tadi.

Papa pun langsung menyahut. "Kalau gitu Papa langsung hubungi keliarga Pak Rajasa, ya? Kakak udah ada jawaban untuk lamaran, Nak Bobby?"

"InsyaAllah sudah ada, Pa. Malam ini juga Safa kasih jawabannya," sahut Safa tersenyum sedikit malu.

"Apa pun jawaban Kakak. Mama harap itu jawaban yang terbaik buat kita semua. Mama yakin kalau jawaban Kakak nggak pernah salah," ujar Mama kembali.

"Iya, Ma."

Pagi itu berlalu cepat, usai sarapan pagi. Mereka bertiga—bersama Ira, berlalu pergi dari rumah untuk melanjutkan aktivitas masing-masing. Raihan terlebih dulu mengantarkan Ira ke sekolahnya, berbeda dari biasa, kali Ini Safa ikut turun dari mobil ketika tiba di depan gerbang sekolah.

"Risa!" panggil Safa cukup kuat, bertepatan melihat Risa turun dari ojek. "Sini dulu."

Risa berjalan menghampirinya dengan raut wajah bingung. "Iya, Kak?"

"Nanti malam Risa nggak sibuk, kan?" tanya Safa setelah adiknya berdiri di depannya. Safa pun mengusap puncak kepala gadis itu. "Kalau nggak sibuk, malam ini Kakak mau ajak makan di luar sama yang lain. Masa Risa nggak ikut."

"Ada acara spesialnya, Kak?" Risa bertanya dengan raut wajah masih terlihat bingung.

Safa segera mengangguk cepat. "Iya, ada acara spesial. Makanya Risa harus ikutnya? Nah, pas pulang sekolah nanti, Risa langsung ikut pulang sama Ira, ya? Raihan yang bakal jemput kalian berdua," jelas Safa kemudian.

Entah kenapa, Risa terlihat bimbang. Akan tetapi, gadis itu mengangguk pelan, membuat senyuma Safa semakin lebar.

"Oke! Kalau gitu sampai jumpa nanti malam, ya." Usai mengatakan itu, Safa berlalu masuk ke dalam mobil, membiarkan dua adik perempuannya itu masuk ke dalam sekolah menuju kelas masing-masing.

"Kakak ajak dia ikut buat nanti malam?" tanya Raihan, mobil melaju pelan.

Safa mengiyakan. "Kan, Risa keluarga kita. Adik kita berdua, lho. Jadi, sebagai Kakak. Dia juga harus tahu tentang kakaknya ini yang sudah di lamar sama orang."

"Buat apa, sih?" Suara Raihan terdengar kesal. "Anak itu pasti bikin masalah di sana nanti. Seharusnya Kakak nggak usah ajak dia," cerca Raihan, membuat emosi Safa tersulut.

"Raihan!" sentak Safa, mata gadis itu memelotot. "Rasa benci kamu itu nggak ada guna, ya! Yang ada hati kamu makin kotor karena itu. Salah Risa ke kamu apa, sih." Safa kesal sendiri kalau mengingat masalah Raihan dengan Risa.

"Kalian itu lahir dari satu Rahim, satu perut, seharusnya kamu bisa mengerti dia. Masih pagi kamu bikin kesel aja, Han, beneran!" ketus Safa, wajahnya memerah tanda dia begitu emosi.

"Iya, deh! Dia, kan, adik kesayangan Kakak," sambar Raihan lagi.

Kali ini Safa tak bisa menahan rasa kesalnya lagi. Gadis itu dengan tega memukul Raihan sepuas hatinya membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang