22. Tamu Penting!

179 33 9
                                    

Hai, aku update lagi, nih.

Sebelum baca spam emot dulu 😻😻😻

Selamat membaca.

***

Kedua tangan Safa sibuk mengecek beberapa dokumen sebelum memberikannya pada Raihan. Sementara di atas meja sana ada ponselnya yang terletak, lalu suara Mama terdengar di seberang sana karena mamanya lima menit lalu menelepon.

"Iya, Ma," balas Safa untuk kesekian kalinya. Sebab sang mama sudah mewanti-wantinya agar cepat pulang malam ini bersama Raihan.

"Jangan iya, iya, aja, Kak." Suara Mama kembali terdengar. "Pokoknya kalian berdua harus pulang tepat waktu, jangan malam pulangnya, harus sore," tegas Mama.

Safa mengembuskan napas pelannya. "Nggak janji juga, Ma. Hari ini kayaknya banyak banget kerjaan," gumam gadis itu.

"Nah, nah, kan." Mama terdengar kesal akan jawabannya barusan. "Pokoknya harus cepat pulang! Mama habis ini juga nelepon Raihan, biar bawa kamu pulang secepatnya. Tunda dulu pekerjaannya satu hari ini. Malam ini kita kedatangan tamu penting tahu!" oceh Mama tiada henti. Oke, Safa maklum kalau mamanya begitu cerewet.

"Iya, Mama ku yang paling cantik seduniaaaa. Kita usahakan cepat pulang, oke? Safa mau lanjut kerja dulu, biar kerjaannya cepat selesai. Terus pulang tepat waktu, deh," ujarnya, tangannya kembali sibuk membalik dokumen.

"Iya, kalau gitu Mama tutup teleponnya," sahut Mama di seberang telepon. "Ingatnya, Kak! Harus cepat pulang. Assalamualaikun."

Lalu sambungan telepon terputus.

"Waalaikumsalam," balas Safa pelan. Lantas memegang sisi kepalanya karena sedikit merasa pusing. Entah siapa tamu penting yang akan datang ke rumah mereka malam ini. Kalau itu tamu Papa, setidaknya Safa dan Raihan tak diharuskan cepat pulang. Mama tidak tahu saja kalau hari ini mereka super sibuk. Akan tetapi, siapa yang berani membantah titahan ibunda ratu itu?

"Bu Safa!"

Safa langsung menoleh ke sisi kanan. Di sana ada Tiara—merupakan resepsionis, tumben sekali datang ke lantai paling atas di jam segini.

"Lho, Tiara? Ada gerangan apa kamu ke sini? Nggak kerja, kah?" tanya Safa beruntun.

Tiara terlihat meringis pelan. "Anu, Bu. Saya kerja, kok, tapi saya minta teman saya, buat gantiin saya sebentar. Soalnya saya mau ngasih ini ke Ibu. Ada seseorang yang nitipin ke saya, katanya saya harus kasih ini ke Ibu langsung," tutur perempuan itu panjang lebar. Meletakkan paper bag berukuran sedang itu ke atas meja kerja Safa.

Dahi Safa mengernyit. "Siapa yang ngasih?" tanyanya penasaran.

Namun, Tiara malah menggeleng pelan. "Saya kurang tahu, Bu. Tapi yang ngasih laki-laki," balasnya.

Safa terdiam, terus menatap paper bag di hadapannya itu dengan rasa penasaran. Siapa yang berbaik hari mengirimi ini padanya? Apa selama ini dia punya fans?

"Kalau gitu saya permisi, Bu. Mau lanjut kerja lagi, karena tugas saya ngasih ini sudah selesai." Tiara undur diri setelah mendapat anggukan pelan dari Safa.

"Dari siapa, sih, ini?" gumam Safa, meraih paper tadi. Lalu tertegun melihat isinya yang ternyata berisi makanan ... tunggu ini makanan kesukaan Safa. Apa ini kiriman dari rumah? Tapi saat Mama menelepon tadi, Mama tak mengatakan apapun. Juga yang tahu tentang makanan kesukaan Safa hanya keluarganya saja, orang luar tidak ada yang mengetahuinya.

Rasa penasaran Safa semakin membuncah sebelum dia menemukan secarik kertas di sisipkan di dalam paper bag tadi. Safa tanpa pikir panjang mengambil itu, mungkin saja orang yang memberikan makanan ini meninggalkan pesan lewat kertas ini. Dan benar adanya!

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang