Halloooo, apa kabar semuanya?
Sehat, kan?Jangan lupa vote dan komennya yang banyak-banyak. Biar aku makin rajin update, ya
Semoga suka.
***
Gemercik air hujan masih terdengar dengan jelas. Sepertinya hujan masih nyaman untuk terus menyirami bumi di tengah malam ini. Lalu diantara suara hujan yang menderu deras, Safa masih berada di tengah-tengah pilihan yang tak tahu apa yang harus dia pilih. Dua lelaki itu masih tetap bersikeras mengajaknya pulang dan mereka tentu berebut.Safa bukan barang yang untuk diperebutkan dan situasi seperti ini sangat tak dia sukai. Safa menghela napas lelah, menatap Kenzie dan Bobby secara bergantian lagi. "Saya nggak butuh tumpangan dari kalian berdua," ujarnya berterus terang saja. Daripada dia memilih salah satu diantara mereka dan pasti akan menimbulkan perseteruan ditengah hujan begini.
"Biar saya aja yang antar dia," timpal Bobby yang kini menatap Kenzie dengan saksama. "Kebetulan komplek kami bersebelahan, jadi bisa sekali jalan."
"Saya nggak kenal siapa kamu," sahut Kenzie. "Dan saya nggak bisa menjamin apa kamu itu orang baik atau enggak. Bisa saja kamu ada niat jahat pada Safa."
Mendengarnya Bobby tentu tak terima. "Hey!" Tatapan penuh protesnya dia layangkan pada Kenzie. "Saya dan Safa sudah kenal dari lama. Dia dan saya satu kelas di SMA dulu," jelasnya. "Jangan omong sembarangan, atau malahan Anda yang berniat jahat pada Safa?" Dan kini Bobby membalikkan pertanyaan itu.
Kenzie memicing tajam. "Saya nggak seburuk yang kamu kira. Saya ini rekan bisnis Raihan yang merupakan adiknya Safa. Mana mungkin saya ada niat jahat ke sekretaris rekan bisnis saya," balasnya dengan nada tak terima.
"Anda marah, kan, kalau saya tuduh begitu?" tandas Bobby, tak kalah tajam menatap lelaki di depannya itu. "Jadi, jangan mudah menuduh orang yang baru Anda kenal."
"Sudah!" lerai Safa. Kenapa dua orang di depannya ini malah semakin bersitegang? "Mau sekeras apa pun kalian bujuk saya untuk pulang bersama salah satu di antara kalian. Saya tetap menolaknya."
"Tapi—"
"Saya tegaskan saya nggak butuh pertolongan dari siapapun," tegas Safa ketika Kenzie hendak berbicara lagi. Gadis itu berbalik hendak kembali duduk di tempatnya tadi. Akan tetapi, suara deru mobil yang baru datang membuatnya terpaksa menoleh ke arah depan.
Mobil putih dengan plat nomornya sangat Safa kenal, berhenti di tengah-tengah dua mobil milik Kenzie dan Bobby. Lalu tak berapa lama seseorang keluar dari mobil itu dengan payung berwarna pink. Payung kesayangan Safa itu digunakan oleh Raihan yang kini sudah berdiri di sisi mobilnya, menatap dua lelaki di kiri dan kanannya itu.
"Lho, Pak Kenzie? Dan ...," Raihan menoleh ke sisi berlawanannya. "Bang Bobby?" tebaknya karena masih mengingat teman sekelas kakaknya yang pernah di bawa ke rumah oleh Safa hanya untuk belajar atau kerja kelompok bersama teman sekelas lainnya.
"Kalian ngapain di sini?" tanya Raihan.
"Anu ...," Bobby terlihat sedikit kikuk berhadapan dengan Raihan sekarang, beda sekali dengan Kenzie.
"Saya kebetulan lewat jalanan ini. Dan nggak sengaja lihat Safa duduk di sini, terus saya ajak dia pulang. Tapi Kakak kamu malah nolak," jelas Kenzie.
Raihan mengangguk mengerti. Kini beralih menatap kakaknya. "Kak, ayo pulang!" ajaknya langsung. "Maaf, Pak Kenzie, mungkin Kakak saya nolak ajakan Bapak karena saya mau menjemputnya di sini."
"Ohhhh, gitu." Kali ini Kenzie mengangguk. "Tapi Safa nggak bilang tadi," lanjutnya dengan suara pelan. Memperhatikan Raihan yang kini berjalan mendekati Safa lalu memayungi sang kakak dengan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect [Malik's Family 2] ✓
RomanceSpin off "Mr. Boarding House" Di sarankan baca MBH dulu, tapi kalau mau baca ini langsung boleh, kok. 🚫WARNING🚫 DILARANG BAPER?! BIJAKLAH DALAM MEMBACA?! *** Bagaimana respon kalian ketika dilamar oleh seorang lelaki berbeda iman dengan kalian? **...