14. Bioskop

212 36 7
                                    

Happy 2k.

***

"Nggak! Nggak! Kakak nggak mau masuk ke sana," tolak Safa terang-terangan, dia bahkan menahan kakinya di tempat saat kedua tangannya di tarik oleh Ira dan Raihan.

Seharusnya Safa tahu kalau dia ajak ke bioskop, mereka bukan menonton film bergenre romance melainkan bergenre horror. Apalagi mereka pergi ke sini karena bentuk permintaan maaf Raihan ke Ira. Jadi, Ira di bebaskan mau menonton apa, sedangkan mereka berdua akan menurut saja. Safa memang salah mengkuti dua adiknya ke sini.

"Kakak mau pulang aja," ujar Safa lagi.

"Ih, Kakak kok gitu?" tanya Ira. "Kakak, kan, tadi udah janji buat temani aku sama Abang nonton. Aku males nonton berdua sama Abang, yang ada aku bakal dijahili nanti."

Wajah Safa sudah pias sejak tadi, membayangkan dirinya yang menonton film horror itu kakinya sudah gemetaran. "Tapi Kakak nggak suka nonton film horror, Ra. Kalau kamu enggak mau Kakak pulang, mending beli tiket film lain, deh," saran Safa.

"Nggak bisa, Kak, ini udah film terakhir, tiket film lain udah pada habis katanya." Safa tahu kalau dia hanya dikelabui saja. Seketika dia merasa kalau dirinya ini memang sengaja dikerjai oleh dua adiknya.

"Beneran, Ra, Kakak nggak mau nonton film itu. Kalian jangan maksa, deh." Namun, bukan adik kakak yang namanya tidak jahil, dia malah dipaksa masuk sembari ditarik oleh dua adiknya.

"Jangan takut, Kak. Kata temanku filmnya nggak terlalu serem, kok. Nanti kalau Kakak takut, Kakak bisa pegang tanganku, deh, aku kan ada, Kak," ujar Ira panjang lebar.

Safa mengembuskan napasnya perlahan setelah masuk ke dalam bioskop, entah kenapa Safa merasa suasananya semakin mencekam kala lampu dimatikan. Sama seperti yang dibilang Ira tadi, dia yang sudah merasa takut langsung memegang tangan Ira. Sedangkan Ira dan Raihan dengan wajah santai menatap layar lebar di depan mereka, sambil memakan popcorn yang di beli tadi.

"Kakak heran sama kamu, Ra. Cewek kok suka film horror," bisik Safa saat film hendak di mulai.

Baru di awal saja wajah Safa semakin tegang dan pias. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, selain memejamkan mata kala ada adegan hantu muncul di layar lebar sana. Untung saja mereka tidak duduk di kursi paling depan, kalau tidak Safa semakin gemetaran kala melihat wajah hantu itu dari dekat.

"Astagfirullah," gumam Safa karena kaget melihat adegan di dalam film itu. Ini malam-malam nonton film horror, fiks Safa tidak bisa tidur nantinya, pasti ke bayang sama hantu-hantu di dalam film ini.

"Allahu Akbar!" Kali ini Safa tidak bisa menahan suaranya yang terdengar kuat, sampai-sampai Ira dan Raihan menatap ke arahnya. "Demi apa, Kakak nggak mau temani kalian nonton lagi," ujarnya yang dapat di dengar oleh dua adiknya.

"Kakak penakut, sih. Hantunya mana ada yang seram," sahut Raihan yang duduk di sebelah Ira karena Ira berada ditengah-tengah mereka.

"Mending makan ini aja, Kak, buat alihin rasa takut Kakak," saran Ira.

Safa menggeleng pelan, dia mana bisa makan di saat situasi menakutkan ini, tangannya pun sejak tadi tak lepas menggenggam jemari Ira. Matanya tak berhenti terpejam, lalu dia buka, kemudian saat instingnya mengatakan kalau di hantu muncul, dia cepat-cepat memejamkan matanya lagi.

"Astaga, ini kapan selesainya, sih?" tanya Safa pelan, wajahnya semakin pucat, kakinya sudah gemetaran hebat.

Perempuan itu menggigit bibirnya bagian bawah, satu tangannya mencengkeram erat pinggiran kursi. Dia menoleh ke arah Ira yang terlihat fokus menonton, Raihan begitu juga. Seperti tidak memedulikan kakaknya yang ketar-ketir sendiri. Karena merasa gelisah, Safa menoleh ke kiri saat itu juga dia berteriak kencang sampai semua orang di dalam sana terusik dengan suaranya, bahkan menatap ke arahnya dengan heran.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang