11. Tuntutan

235 40 4
                                    

Kenzie terus menyusuri rak-rak buku itu. Mengernyit kala bukunya yang dia cari tak kunjung ketemu dan akhirnya memilih bertanya pada penjaga toko buku yang dia datangi siang ini. Sesuai perkataan Safa yang menyuruhnya membeli buku tentang sejarah Islam.

Senyum puas Kenzie terlihat lebar. Ada sekitar lima buku dia beli sekaligus setelah dibantu oleh penjaga toko buku saat mencari buku itu. "Mbak, saya mau beli ini semua. Tolong total, kan semuanya," pinta Kenzie. Kenzie sering sadar kalau senyumannya itu sangat menawan, hingga orang yang berada di dekatnya—terutama gadis-gadis di luar—sangat memuja senyuman yang dia miliki ini. Begitu yang di alami oleh penjaga toko itu, sangat terkagum melihat paras Kenzie yang seakan tak pernah pudar.

"Mbak?" panggil Kenzie sekali lagi karena dia sadar terus diperhatikan semenjak di pandu oleh penjaga buku ini. "Boleh total kan, semuanya segera? Saya nggak ada waktu lagi."

Perempuan itu berdeham pelan. "Iya, Mas. Maaf, ya," jawabnya dengan kikuk.

Kenzie menghela napas pelan, tetapi tetap mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan memfoto semua buku yang dia beli tadi. Lalu mengirimkan foto tersebut pada Instragram milik Safa.

Kenzie_M
Saya beli lima sekaligus. Benar, kan, ini bukunya?

Kenzie mengulum bibirnya, harapan pupus karena baru menyadari kalau Instagram milik Safa sedang tidak online. Mungkin perempuan itu sedang sibuk bekerja atau apalah.

"Berapa totalnya, Mbak?" tanya Kenzie lagi sambil memasukkan ponselnya lagi ke dalam saku celana.

Setelah membayar semua buku yang dia beli tadi. Kenzie lantas segera mungkin meluncur ke perusahaan lagi, ada beberapa pekerjaan yang dia tinggal demi membeli buku ini. Ah, Kenzie tidak tahu kenapa dia begitu antusias membeli buku sejarah Islam ini, kemudian membacanya dan menginfokan pada Safa kalau dia sudah selesai membaca semua buku yang di suruh oleh gadis itu.

"Pak, Anda dari mana saja?"

Baru saja Kenzie sampai di kantornya, Ilona langsung menyerbunya dengan pertanyaan. "Saya ada urusan mendadak tadi. Ada masalah memangnya?" tanya Kenzie.

"Nyonya tadi datang ke sini, Pak. Tapi baru lima menit yang lalu sudah pergi lagi, beliau cukup lama menunggu Anda di dalam ruangan," ujar Ilona memberitahu.

Satu alis Kenzie naik. Maminya datang ke kantor? Tumben sekali. Kenzie pun mengangguk dua kali. "Tidak masalah, saya akan menghubungi Mami saya lagi. Tolong buatkan saya kopi seperti biasanya. Kopi hitam tanpa gula."

"Baik, Pak." Ilona menunduk sopan, masih di jam kerja wanita itu sangat profesional. Padahal terkadang ketika jam kerja usai, dia akan terlihat agresif menggoda Kenzie dengan segala kemampuannya. Ah, Kenzie juga sudah mulai melupakan kalau dia dulu pernah tidur bersama Ilona.

Kenzie terduduk di kursi kebesarannya dengan helaan napas pelan. Lalu mengeluarkan ponselnya yang terasa bergetar di dalam saku. Ada dua pesan masuk sekaligus, pertama dari maminya dan yang kedua balasan pesan dari Safa. Jemari Kenzie begitu lincah mengetuk aplikasi Instagram.

Jujur, Kenzie tidak terlalu aktif di sana. Hanya memosting dua foto dan setelahnya tidak ada lagi. Baru ini juga dia mulai aktif di sana, karena ingin mengirimkan pesan pada Safa. Karena nomor gadis itu belum dia simpan sama sekali.

Safa_Rai
Sudah benar, Pak. Bapak tinggal membacanya, selama membaca, jangan bosen baca-baca itu terus. Kalau sudah selesai Bapak bisa hubungi saya lagi.

Kenzie tersenyum kecil membaca balasan itu. Lalu mengetikan beberapa balasan lagi pada Safa. Setelahnya beralih membuka pesan dari maminya. Sejak dulu Kenzie tidak begitu antusias kalau dapat pesan dari mami. Sebab, isi pesan itu hanya memberitahu kalau wanita itu sedang pergi keluar kota sehingga tidak bisa pulang beberapa waktu. Pesan yang selalu bosan Kenzie baca sejak dulu.

Namun, kali ini isi pesan itu sangat berbeda.

Mami:
Mami sudah ada niatan untuk menjodohkan kamu. Apa kamu setuju? Umur kamu sudah tidak muda lagi, Nak. Mama juga ingin melihat kamu menikah.

Kenzie mendengkus pelan. Lagi-lagi pertanyaan tentang menantu yang diinginkan mamanya. Kenzie sebenarnya tidak mau membalas pesan itu, tetapi takut bisa di cap sebagai anak yang tidak menghormati orang tuanya. Maka itu Kenzie membalasnya cukup panjang.

Kenzie:
Nggak perlu, Mi. Kenzie udah ada calon, tapi belum bisa Kenzie kenalkan ke Mami atau Papi.

Lebih baik Kenzie mengatakan hal itu, daripada ujung-ujungnya dia terus di tuntut untuk menikah segera mungkin. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran orang tuanya. Sejak kecil dia dituntut untuk belajar dengan keras agar cocok dijadikan sebagai pewaris semua harta mereka. Dan ketika sudah dewasa seperti ini, dia kembali di tuntut untuk menikah.

Kenzie capek kalau begini. Sebagai anak selalu dituntut ini dan itu, dia punya rasa lelah dan ada batas sabarnya. Kalau Kenzie sudah tidak bisa menahan semuanya yang ada dia akan membangkang pada Mami dan Papi. Dalam hati Kenzie mengeluh, tolonglah jangan menuntut dia lagi. Perusahaan sekarang sudah berhasil dia pegang. Kenzie akan menikah, tapi tidak sekarang, Kenzie juga sedang mencari jalan keluar tentang kehidupannya sekarang. Tentang agama yang akan benar-benar dia anut nantinya.

Mami:
Kok gitu? Mami juga mau cepat kenalan sama calon kamu. Jangan di sembunyi-sembunyi, ya. Kalau sudah ada yang cocok, segera bawa ke rumah.

Kenzie hanya membaca pesan yang baru dikirimkan maminya lagi. Lalu tidak ada niatan membalasnya, memilih mengabaikan.

Pintu ruangannya terbuka, Ilona masuk dengan senyum lebarnya. "Silakan, Pak."

Kenzie mengangguk pelan. "Terima kasih, Lona. Kamu bisa lanjut kerja sekarang. Dan satu lagi, kalau ada tamu yang tidak penting datang ke sini, tolong segera suruh pulang saja. Saya banyak pekerjaan," pesannya.

Ilona mengangguk patuh. "Baik, Pak. Saya laksanakan."

Setelah wanita itu berlalu dari ruangannya. Kenzie melirik paper bag yang berisi lima buku sejarah islami tadi. Tangannya begitu gatal ingin membukanya, lalu membacanya secepat mungkin. Akan tetapi, Kenzie tidak bisa melakukan hal itu sekarang, ada berkas-berkas putih yang menumpuk di atas mejanya. Berkas yang harus dia baca dan tanda tangani dengan teliti.

Sejujurnya menjadi pemimpin sebuah perusahaan itu tidak terlalu mudah. Kenzie selalu sibuk, bahkan untuk meliburkan diri sendiri pun susah. Jadwalnya sangat teratur di susun oleh Ilona. Kadang Kenzie berpikir, dia ingin terbang bebas di luar sana, tanpa harus pusing memikirkan pekerjaan yang tiada henti ini.

Namun, Kenzie tidak bisa. Inilah risikonya karena lahir dari keluarga kaya dan sejak dulu selalu menuntunnya ini dan itu. Yah, kehidupan memang selalu pahit.

Kadang kala banyak orang yang ingin kaya, agar hidupnya tidak kesusahan. Tanpa tahu kalau menjadi orang kaya itu tidak begitu menyenangkan juga, banyak yang harus mereka lakukan. Dan kebalikannya, orang kaya ingin menjadi orang biasa saja, agar hidupnya tidak terlalu ribet dengan segala urusan yang ada.

Hidup selalu serba salah.

TBC!

Ucapan mohon maaf untuk semua pembaca Perfect. Maaf kalau cerita ini selalu ngaret, aku berusaha sebisa mungkin untuk cepat nulis kelanjutan babnya di sela-sela kesibukan sehari-hari.

Maaf bikin kalian menunggu lama. Tapi terima kasih juga karena sudah bisa memahami kesibukan saya. Oh, iya, saya nggak nulis di sini juga, beberapa karya saya ada di Innovel dan Fizzo, jangan lupa mampir di sana, ya! Nama penanya sama kok "PuanSrt"

Saya juga berusaha atur jadwal mulai sekarang. Jadwal nulis agar teratur dan juga jadwal belajar saya. Pelaksanaan utbk satu bulan lebih lagi, jadi saya harus ekstra belajar teman-teman. Mohon maaf, ya sekali lagi kalau suka ngaret, hehe.

Sampai jumpa di bab 12.

Saya bisa dihubungi lewat sini:
Instagram: @puanmaharani_p
Tiktok: @WattpadRani
Facebook: @puanmaharani

Karya saya lainnya bisa ditemukan di:
Innovel: @PuanSrt
Fizzo: @PuanSrt

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang