34. Hadiah

198 35 3
                                    

Selamat membaca 🤗

Tolong tandai kalau ada typo, ya.

***

Pagi harinya setelah sarapan, Kenzie langsung memboyong safa ke rumah orang tuanya. Tak lupa pula Safa membawa buah tangan berupa kue kesukaan mertuanya yang dia tahu dari Kenzie. Tentang kemarin malam, malam pertama mereka. Tidak ada terjadi sesuatu yang katanya malam pengantin. Kenzie belum menyentuh Safa dan Safa juga tidak masalah, dia tahu kalau Kenzei sedang berkabung dalam ingatan masa lalunya. Tapi, dia tidak akan lepas tangan untuk mengingatkan Kenzie terus. Kalau masa lalu sudah berlalu dan kini tinggal masa depan mereka berdua saja.

Mereka di sambut dengan tangan terbuka. Utami dan Edward terlihat senang melihat kedatangan menantu mereka. Langsung saja Safa di suguhi banyak hidangan, jadi beginilah rasanya di sambut di rumah mertua. Safa bersyukur karena memiliki mertua yang begitu sayang padanya.

Keduanya di tahan sampai jam makan siang tiba. Tak lupa pula Safa membuat momen masak bersama mama mertuanya. Mama mertuanya yang memang jarang masuk ke dapur, banyak belajar dari Safa yang sudah lihai memasak. Bahkan Utami begitu kagum dengan kehebatan Safa.

"Nggak salah Kenzie memperistri kamu, Safa," ujar Utami. Kala itu dia melihat Safa sedang mengaduk sayur lodeh yang dia buat.

Safa tersenyum malu mendengarnya. "Mama ini biasa saja, kok," jawabnya, tidak terlalu mau berbangga kala mama mertuanya terus-menerus memujanya.

"Kapan-kapan nanti, ajari Mama lagi memasak, ya? Selama ini Mama sering mengandalkan koki di rumah ini saja," ujar Utami.

"Pasti, Ma. Safa tidak akan keberatan kok," jawab Safa cepat.

"Oh, iya, kamu tidak kerja lagi setelah ini?" tanya Utami lagi.

Safa menoleh ke arah mama mertuanya seraya menggeleng pelan. "Safa memang punya prinsip, Ma. Setelah menikah, Safa tidak akan bekerja lagi. Safa akan fokus mengurus suami dan rumah saja," jelasnya.

"Mulia sekali prinsip kamu sayang," puji Utami lagi. Beda dengan dirinya yang sejak menikah tetap merintis usaha juga yaitu lewat toko bajunya dan beberapa usaha rumah makan lainnya. Tapi, semenjak sekarang dia menyerahkan tugas itu pada asisten pribadinya. Dia akan berkunjung ke sana sesekali saja karena ingin menghabiskan masa tuanya dengan sang suami yang sudah pensiun. "Padahal Kenzie pasti tidak mempersalahkan kalau kamu mau tetap bekerja."

"Iya, Ma. Tapi, Safa sudah ada prinsip sendiri. Safa hanya takut tidak bisa adil nantinya dan keteteran. Pekerjaan kantor itu tidak main-main, Safa takut nanti kalau Mas Kenzie akan merasa tidak Safa perhatikan karena sibuk bekerja. Sudah cukup Safa bekerja selama sebelum menikah dulu," cerita Safa panjang lebar.

"Sekali lagi Mama bilang. Kalau Kenzie sangat, sangat beruntung memiliki kamu sayang." Utami mengusap puncak kepala Safa.

Safa balas senyum lebar. "Safa juga beruntung memiliki Mas Kenzie, Ma. Terima kasih sudah mengizinkan kami menikah," balasnya.

"Pilihan Kenzie memang tidak salah. Mama dan Papa selalu mendukung apa yang dia ambil, sebagai orang tua kami tidak mau mengekang lagi. Toh, Kenzie sudah dewasa."

Selesai makan siang bersama. Kenzie membawa Safa lagi entah ke mana. Tapi, mereka memasuki perkomplekan rumah lagi. Barulah Safa tahu kalau ini rumah mereka. Kenzie sudah menyiapkan semuanya sebelum mereka menikah.

Rumah berlantai dua yang begitu mewah di mata Safa. Tidak hanya itu, Kenzie juga menyiapkan satu pelayan rumah untuk membantu safa nantinya.

"Terima kasih, Mas." Safa tersenyum lebar. "Ini rumahnya sangat mewah sekali. Aku tidak menyangka kalau kita tinggal di sini," lanjutnya.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang