8. Acara tahunan

263 41 1
                                    

Selamat membaca.
*
*
*

"Tapi besok ulang tahun Tuan muda. Nyonya sama Tuan tidak lupakan?" Suara paman Sarendra terdengar.

Utami Mahawira—adalah nyonya besar di rumah ini dan di sisinya ada Edward Mahawira—selaku Tuan besar di rumah mereka. Lalu keduanya sama-sama saling pandang dengan helaan napas berat. Menatap Sarendra—selaku kepala pengurus rumah mereka dan mempercayakan putra sulung mereka pada lelaki yang usianya tak jauh beda dari Edward.

"Ulang tahunnya besok, kan?" tanya Edward sambil memperbaiki posisi dasinya yang telah dipasangkan oleh istri tadi. Jujur, dia dan Utami sangat ambisius dalam bisnis yang sama-sama kelola sejak dulu. Saat mereka masih muda dan bersahabat karena merasa cocok dan se-frekuensi. Dan ketika umur mereka sudah matang untuk menikah, keduanya memutuskan untuk menjadi sepasang suami istri meski dulunya tak pernah dipikirkan oleh mereka. Sebab mereka terlalu ambisius, bahkan hendak mencari pasangan hidup saja tak berminat.

Namun, daripada di desak oleh orang tua masing-masing—agar segera menikah—Edward dan Utami pun memutuskan menikah setelah berpikir matang-matang. Dengan tujuan dan list hidup yang hendak mereka wujudkan bersama-sama. Akan tetapi, semuanya terkendala saat Utami mengandung seorang anak. Ya, setelah menikah, mereka sudah setuju agar menunda progam anak dulu, hanya saja setelah lima bulan menikah, Utami malah kebobolan. Hingga kini anak itu sudah besar dan sudah masuk sekolah dasar.

Dan besok adalah ulang tahun ke delapan tahun putra sulung mereka. Kenzie Mahawira, nama itu diberi oleh almarhum ayah mertuanya, sehari sebelum Kenzie lahir ke dunia. Ayah mertua sudah memberikan nama itu, sehingga mereka tak keberatan memberikan nama tersebut pada anak pertama mereka. Lebih tepatnya, anak satu-satunya dari keluarga ini. Sebab dia dan Edward lagi-lagi sudah sepakat tidak ingin mempunyai anak lagi. Ribet, yang ada list mereka kembali tertunda. Ada Kenzie saja sudah syukur, anak itu lebih cukup dari segalanya.

Kenzie hadir di dunia ini hanya untuk jadi penerus mereka. Tidak mungkin bisnis yang sudah mereka raih sejak lama akan jatuh ke tangan orang lain. Kenzie paling berhak untuk mengambil semua bisnis mereka, setelah anak itu besar nantinya.

"Iya, Tuan. Seminggu yang lalu Nyonya sudah menyuruh saya untuk mengatur acara ulang tahun Tuan muda. Undangan juga sudah saya sebar, tidak mungkin kan, pestanya dibatalkan?" tanya Sarendra.

Edward dan Utami kembali saling pandang. Utami yang mengerti akan tatapan suaminya, hanya bisa mengangkat bahunya tak acuh. "Aku nggak tahu kalau kita harus pergi ke London, perjalanan bisnis di sana juga dadakan, kan?" Utami tidak mau disalahkan karena meminta acara ulang tahun Kenzie diadakan seperti tahun-tahun biasanya.

Kenzie itu anak satu-satunya, jadi ulang tahunnya harus di rayakan semewah mungkin. Tidak boleh tidak mewah, yang ada para teman-teman mereka akan mencela. Masa anak orang kaya, acara ulang tahunnya tidak mewah dan meriah? Kan, jadi bahan cibiran orang-orang.

"Gini aja, Ren." Utami mengangkat suara lagi. "Perjalanan bisnis ini nggak bisa kami tunda. Pun, pesta ulang tahun Kenzie tidak boleh dibatalkan. Maka itu pestanya harus tetap berjalan lancar meski adanya kami berdua di sisi Kenzie pas niup lilin. Nanti kamu kirim foto-foto Kenzie ke saya. Saya mau memasukkan satu fotonya ke sosial media saya, biar orang-orang tahu kalau Kenzie adalah putra kebanggaan saya," lanjutnya panjang lebar.

Edward mengangguk setuju. "Saya juga setuju. Acaranya akan tetap berjalan, Kenzie pasti tidak mempermasalahkan itu."

"Tapi Tuan—"

"Sudah, ya, Ren. Kita harus pergi sekarang, bisa-bisa kita ketinggalan jadwal penerbangan." Edward menarik koper kecil berada di sisinya.

"Ayo, Tami!" ajak Edward. Mereka berjalan bersisian keluar dari pintu utama, sebab mereka berbicara di ruang tamu tadinya. Saat hendak pergi, dia dan Utami ditahan Sarendra, mengingatkan tentang ulang tahun Kenzie.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang