42. Wanita Licik

129 22 8
                                    

Selamat membaca 🤗

Cepat kaaaan 😍😍😍

***

Ini bukan perasaan Safa saja. Setelah dua Minggu pulang dari umrah, dia merasakan kalau suaminya akhir-akhir ini menjadi pendiam dan lebih suka melamun sendirian. Safa tidak tahu apa yang membuat suaminya menjadi sosok seperti ini, terasa asing untuknya. Meski saat bersamanya Kenzie tetap tersenyum dan menggodanya seperti biasanya. Namun, bila sendirian, lelaki itu menjadi sosok pendiam dan melamun tidak jelas. Sudah berapa kali Safa memergoki suaminya melamun dengan sorot mata hampa.

Seperti ada beban yang ditanggung suaminya ini. Tapi, Safa tidak tahu beban apa itu. Dia menunggu suaminya untuk berbicara sendiri padanya, tapi Kenzie tak kunjung melakukan itu. Safa sudah berfirasat ada yang disembunyikan suaminya darinya. Tapi, entah apa itu.

"Mas."

Malam ini Safa lagi dan lagi mendapati suaminya melamun di ruang kerjanya. Bukannya fokus bekerja, suaminya itu malah menatap ke arah luar jendela. Bahkan kehadirannya tidak disadari oleh suaminya itu.

"Ya, sayang." Kenzie terlihat terkejut melihat kehadirannya. Tapi, suaminya itu dengan sigap memberikan senyuman untuknya.

Safa ikut tersenyum juga, kemudian meletakkan segelas kopi di atas meja kerja suaminya itu. "Aku buatin kamu kopi. Kamu bilang mau lembur malam ini, kan?" tanya wanita itu. Safa tidak masalah kalau Kenzie kembali lembur malam ini. Pekerjaan suaminya pasti sudah banyak menumpuk setelah mereka berbulan madu.

"Makasih, sayang." Kenzie mengambil tangannya yang sejak tadi menyentuh bahu Kenzie dan menciumnya dengan lembut. "Maaf, ya. Malam ini aku lembur lagi, jadi nggak bisa menemani kamu tidur," ujarnya, terdengar ada nada sesal dari suara suaminya itu.

Safa pun hanya tersenyum maklum. "Tidak apa-apa, Mas. Asal kamu lemburnya jangan terlalu sering. Besok jangan lembur lagi, ya? Kalau ada pekerjaan yang belum selesai, sambung aja besoknya lagi," pinta wanita itu.

Kenzie tak kuasa menolak. Akhirnya mengangguk saja. "Iya, sayang. Kamu memang paling pengertian." Gemas melihat istrinya, Kenzie menarik Safa sehingga wanita itu jatuh ke atas pangkuannya.

"Eh." Mata Safa melotot kecil melihat tindakan suaminya itu. Karena gerakan Kenzie tadi terlalu mendadak. Safa spontan mendaratkan kedua tangannya di atas dua bahu Kenzie. "Mas," cicitnya. Masih malu-malu kalau posisi duduknya di atas pangkuan suaminya ini.

Kenzie menaikkan satu alisnya. "Hm?" Kedua tangannya sudah melingkar manis di pinggang ramping Safa. "Please, give me a kiss, baby," pintanya manja pada Safa.

"Mas." Safa menggigit bibirnya bagian bawah. "Katanya mau lembur. Kok malah minta ciuman dari aku sih?" tanyanya dengan tawa pelan keluar dari bibir tipisnya itu.

"Ya, biar aku semakin semangat lanjut kerjanya." Kenzie semakin mengeratkan kedua tangannya yang melingkar di pinggang Safa. "Ayo, dong, sayang," desaknya.

Safa menghela napas pelan. Dia akan berdosa kalau menolak permintaan suaminya ini. Maka dari itu, dengan degup jantung yang berpacu cepat. Safa memejamkan matanya ketika mendekatkan wajahnya ke wajah Kenzie. Kenzie yang melihat Safa memejamkan mata, terus menatapi istrinya itu.

Raut wajah Safa sangat menggemaskan sekali di matanya. Karena wanitanya ini masih saja malu-malu memberikan ciuman padanya, selaku suaminya sendiri.

"Sudah." Safa langsung menjauhkan wajahnya lagi setelah berhasil mengecup bibir Kenzie sekilas.

"Kok sebentar, sih?" protes Kenzie. Tanpa menunggu Safa menjawab lagi. Dia langsung mencium istrinya itu. Ciuman yang terkesan buru-buru dan sedikit bergairah.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang