29. Di setujui

169 36 3
                                    

Selamat membaca 🤗

***

Lelaki dengan kasual formal itu terus menatap jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan. Berharap cemas karena dia sedang menunggu kehadiran kedua orang tuanya. Demi hal ini, dia harus rela merekap ulang jadwal kerjanya. Berharap dia bisa menceritakan semua keinginannnya yang sudah sangat matang pada orang tuanya.

Salah satu restoran milik mamanya menjadi tempat pertemuan mereka kali ini. Suasana restoran yang sangat tenang sangat cukup menurutnya. Lalu orang tuanya belum datang sama sekali, padahal jam temu mereka sudah terlewat sejak lima belas menit yang lalu. Kenzie mendadak gusar, setelah pertemuan singkat di jam makan siang ini, dia harus menghadiri meeting dengan salah satu klien dari luar negeri.

Stok kesabaran Kenzie tidak sebanyak itu sehingga bisa selalu sabar menunggu keterlambatan orang tuanya ini. Meski mereka adalah orang yang sangat Kenzie hormati, mengingat Kenzie adalah seorang pembisnis, semua jadwalnya tersusun secara teratur dan tidak bisa mentolerir keterlambatan dalam bentuk apa pun.

Mengembuskan napas pelannya, untuk ketiga kalinya Kenzie menatap jam tangannya. Dalam hati terus menggumamkan kata sabar, menebak kalau sebentar lagi akan tiba dari depan pintu sana. Mengingat Kenzie membooking satu ruangan khusus untuk mereka bertiga. Lalu tak lupa memesan semua menu makanan kesukaan kedua orang tuanya.

Lima menit setelahnya—pintu di depan sana terbuka—nampaklah Papa dan Mama berjalan masuk dengan langkah pasti. Mama terlihat senang dengan acara makan siang ini—hal yang sangat jarang mereka lakukan sejak dulu. Bila dulu kedua orang tuanya yang sibuk bekerja, sekarang gantian pula, Kenzie yang selalu disibukkan dengan semua perihal kantor.

"Kalian terlambat, Ma, Pa." Kenzie tidak sungkan menegur, Dia tidak suka melihat orang-orang selalu terlambat datang dari janji temu yang sudah dijanjikan.

"Kenzie, kita minta maaf," ujar Mama, menatap Kenzie sedikit sesal. "Kamu tahu sendiri kalau di jam makan siang begini, jalanan akan macet. Dan, ya, Mama dan Papa terjebak macet beberapa menit yang lalu. Maka itu kita terlambat datang ke sini, Nak. Maaf, ya, Mama tahu kalau kamu tidak suka melihat keterlambatan siapapun." Mama mengusap tangan Kenzie yang berada di atas meja.

Mendengar hal itu, Kenzie menghela napas seraya mengangguk. "Baiklah, karena tidak mau membuang banyak waktu lagi. Ayo, segera kita makan, maaf kalau makanan kalian sedikit jadi dingin, karena ini sejak tadi sudah terhidang selama menunggu kedatangan kalian," ucap Kenzie, menatap Mama dan Papa bergantian.

"Tidak apa-apa, Son. Kita makan saja apa yang ada, kebetulan saya sudah lapar juga karena menyetir ke sini," sahut Papa. Pria paruh baya itu segera mengambil satu porsi makanan kesukaannya.

Kenzie mengernyit. "Kenapa Papa yang menyetir? Bukannya supir kalian ada?" tanyanya beruntun. Seburuk apa pun dia dulu di lakukan, bahkan sangat jarang diperhatikan oleh keduanya. Akan tetapi, sebagai seorang anak, Kenzie tentu memiliki rasa khawatir pada dua orang ini. "Papa jangan lupa, umur Papa sudah tidak muda lagi. Seharusnya jangan dipaksakan menyetir lagi kalau ada supir yang kalian pekerjakan, itu percuma saja."

Mama tersenyum tipis mendengar ocehan putranya. "Supir kami sedang pulang kampung sejak tiga hari yang lalu. Nggak usah khawatir, besok dia akan pulang lagi ke sini. Papa kamu yang memaksa hendak menyupir tadinya," jelas wanita paruh baya itu.

Kenzie menghela napas lagi dengan anggukan pelan. "Baiklah, nanti pulang saya akan menyuruh asisten saya yang mengantarkan kalian. Saya bisa pulang sendiri nantinya," putusnya. Tidak ada yang membantah, baik Mama dan Papa. Keduanya mengangguk setuju, lalu mulai menikmati hidangan yang sudah tersedia di depan mata mereka.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang