Seharusnya Kenzie sejak tadi sadar ketika memasuki komplek perumahan ini dia merasa sedikit asing, tapi memilih tidak peduli. Yang penting dia cepat sampai ke acara pertunangan sepupu Jack. Dia jujur saja malas datang ke acara seperti ini. Namun, ketika mendapat paksaan dari Jack, dia tidak bisa menolak lagi sebab temannya itu akan memaksanya terus-menerus, hingga Kenzie capek mendengar paksaan itu.
"Lo udah di mana?" Mobil Kenzie baru saja terparkir di luar pagar rumah karena di dalam halaman sudah banyak kendaraan terparkir hingga beberapa kendaraan lainnya di intrusikan agar di parkirkan di luar saja.
Kenzie membuka sabuk pengamannya sambil mendengkus pelan. "Ini gue baru sampai, kok. Jemput gue di depan teras, sungkan gue kalau masuk sendirian," suruhnya.
"Seriously? Seorang pemimpin perusahaan sungkan masuk sendirian, padahal ini cuman acara kecil-kecilan." Suara Jack terdengar seperti meledek.
Kenzie merotasikan bola matanya. "Gue nggak terlalu kenal sama keluarga besar lo, bego. Kalau nggak lo jemput, gue balik, nih," ancamnya.
"Ck, udah kayak cewek aja lo. Bentar-bentar gue otw ke depan, nih," ujar Jack. Barulah Kenzie hendak keluar dari mobilnya.
Dia berjalan sambil memeriksa ponselnya, takut ada pesan penting yang masuk. Hingga tiba di depan pagar rumah dia tersentak kaget saat merasakan ada sesuatu yang melanggar dadanya. Lalu ketika tatapannya teralihkan dari ponsel, dia malah tertegun melihat sosok di depannya itu.
Pantas saja Kenzie merasa asing dengan perkomplekan rumah itu yang ternyata dia juga pernah ke sini, saat mengantarkan perempuan itu pulang karena dia tawari tumpangan di malam itu. "Hey, Safa?" Dan pada akhirnya Kenzie tak bisa menahan untuk tak menyapa perempuan itu. Ini satu keberentungan bagi Kenzie setelah beberapa hari tak bertemu, malam ini dengan kebetulannya mereka malah dipertemukan. Ah, ternyata ada gunanya Kenzie datang ke acara pertunangan sepupu Jack ini.
"Pak Kenzie?" Dari raut wajah perempuan itu terlihat kaget melihat dirinya. Kenzie tersenyum tipis, ingin berbicara banyak pada Safa meski beberapa menit saja, tetapi wanita itu malah berkata, "Saya permisi dulunya, Pak." Perempuan itu pamit.
Kenzie ingin menahannya, tapi seruaan dari arah belakang membuat Kenzie langsung berbalik karena sudah tahu kalau itu adalah suara Jack. "Gue ada urusan bentar, nanti gue ke sini lagi," ujarnya terburu-buru. Jack bahkan tak bisa menahan lelaki itu membuat Jack berdecak kuat. Tak bisa melakukan apa-apa.
Kenzie berjalan cepat untuk menyetarakan langkah Safa. Lalu dia menyapa, "Safa." Dan untungnya perempuan itu tak kaget, malah meliriknya sekilas saja.
"Bapak mau ke mana?"
"Mau temani kamu sampai ke rumah mu, nggak baik perempuan jalan sendirian malam-malam begini," balas Kenzie, memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
"Ini masih jam setengah 9 malam, Pak. Lagian saya nggak minta ditemani."
"Tapi saya yang mau." Kenzie membalas dengan cepat, saat tahu Safa hendak menyahut lagi, dia buru-buru menyela. "Dan saya maksa."
Safa langsung mengatupkan bibirnya dengan wajah pasrah. "Baiklah, terserah Bapak saja." Memilih aman, Safa menjaga jarak beberapa meter dari lelaki itu.
"Ngomong-ngomong saya udah baca buku yang waktu itu, lho," ujar Kenzie.
"Tempo hari Bapak udah bilang itu ke saya lewat via pesan."
"Oh, iya, iya." Kenzie menggaruk kepalanya. Merasa salah tingkah karena hal tadi.
Kenzie mengernyit saat Safa tak berapa lama kemudian berhenti. "Lho, kenapa?" tanyanya heran.
"Udah sampai, Pak. Nggak lihat rumah saya ada di belakang," tunjuk Safa ke arah belakang. Kenzie malah jadi kikuk sendiri dalam hati mengeluh karena rupanya jarak rumah Safa dan rumah tadi hanya berjarak lima rumah saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect [Malik's Family 2] ✓
RomanceSpin off "Mr. Boarding House" Di sarankan baca MBH dulu, tapi kalau mau baca ini langsung boleh, kok. 🚫WARNING🚫 DILARANG BAPER?! BIJAKLAH DALAM MEMBACA?! *** Bagaimana respon kalian ketika dilamar oleh seorang lelaki berbeda iman dengan kalian? **...