43. Belanja

92 21 6
                                    

Selamat membaca 🤗

Tolong tandai kalau ada typo, ya!

"Kok kamu nggak ajak aku belanja, sih, sayang?" Kenzie di seberang telepon sana sedang memprotes istrinya.

Safa yang mendengar itu tertawa pelan. Satu tangannya mendorong troli belanjaan kemudian berhenti di bagian rak bumbu-bumbu dapur.

"Kamu kan kerja, Mas. Masa bolos kerja cuman temani aku belanja. Selagi aku masih sendiri tidak masalah," balas Safa. Dia anak sulung, sejak kecil sudah terbiasa melakukan apa-apa sendiri. Meski terkadang Raihan suka membantunya. Masih ingat dengan kebiasaan Safa yang terkadang suka pergi ke minimarket malam-malam? Padahal Raihan ada di rumah, tapi Safa lebih suka sendirian karena tidak enak mengganggu waktu istirahat adiknya. Ya, begitulah Safa.

Kenzie tampak menghela napas pelan. Benar-benar tak tahu kalau hari ini istrinya akan pergi belanja. Safa meminta izin padanya setengah jam yang lalu lewat pesan. Kenzie yang setengah jam lalu baru selesai rapat pun langsung menelepon istrinya itu dan sekarang sudah berada di supermarket dalam salah satu mall kota.

"Padahal aku udah bayangin kalau kita belanja bulanan bersama-sama. Aku yang dorong troli belanjaannya dan kamu yang pilih bahan belanjaan,"  balas Kenzie.

Safa menggigit bibir bagian bawahnya pelan. Ikut membayangkan apa dikatakan suaminya itu dan dia gemas sendiri.

"Ya, sudah bulan depan kita belanja bareng ya, Mas? Aku janji bakal ajak kamu nanti, ya," ujar Safa. Memberikan sebuah janji pada suami tercintanya itu.

"Janji ya, sayang? Jangan bohong, lho. Bohong itu dosa, nanti Allah marah."

Safa tidak bisa menahan tawanya kala mendengar penuturan Kenzie. Kenzie berbicara seperti dia anak kecil saja.

"Iya, iya, suamiku sayang. Sekarang lanjut kerja, ya? Aku juga mau lanjut belanja ini," balas Safa. Kalau tidak di segera akhiri panggilan ini. Kenzie pasti banyak membuka topik cerita sehingga mereka akan lupa waktu dan lupa pekerjaan masing-masing. "Nanti siang aku bakal ke kantor kamu kok, Mas. Kita makan siang bareng di sana."

Mata Kenzie berbinar setelahnya. "Ok, sayang! Aku tunggu kedatangan mu siang ini. Jangan lupa dandan yang cantik, ya!" Tapi, tak berapa lama kemudian lelaki itu menggeleng. "Eh, jangan dandan cantik-cantik! Aku nggak rela lelaki lain melihat kecantikan mu itu," sambungnya.

Safa terkikik pelan. "Iya, Mas. Udahan dulu, ya? Semangat kerja, ya Mas suamiku," tuturnya, menggoda Kenzie sekalian.

Tak tahu kalau sekarang wajah Kenzie memerah hingga ke telinganya. "Iya, kamu udah makin pandai menggodaku ya," gemas Kenzie.

"Kan, belajar dari kamu, Mas," balas Safa sembari memasukkan bumbu merica ke dalam troli belanjaannya.

"Bisa aja kamu, sayang. Ok, sekarang aku tutup telepon, ya! Kalau udah sampe rumah jangan lupa kasih kabar ke aku. Assalamualaikum."

Safa mengangguk pelan. "Iya, Mas. Waalaikumsalam."

Setelahnya Safa memasukkan ponselnya ke dalam sling bag-nya. Lalu melanjutkan belanjaannya karena harus banyak dia beli untuk stok satu bulan ke depan. Safa menatap jam tangannya sebentar.

Perfect [Malik's Family 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang