04. MENIKAH?

4.5K 145 1
                                    

Rey melangkah keluar dari kantornya dengan langkah yang hati-hati. Kali ini ia mendapatkan masalah yang tidak sepele. Seakan masalah ini adalah puncak dari segala masalahnya. Jujur, saat ini Rey merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Karena, tadi saat Cello mengantarkan kopi pesanannya, Cello bilang tiba-tiba saja dia di datangi oleh beberapa wartawan yang meliput dirinya. Segala pertanyaan mengenai berita miring tentang Rey ditanyakan kepadanya. Alhasil, Cello tidak menjawab dan dia memilih untuk lari sampai kopi yang di bawanya tumpah-tumpah hingga tinggal setengah dari cupnya saja saat ia sampai di ruangan Rey.

"Lo yakin udah aman?" tanya Rey memastikan.

"Kata security yang jaga di depan sih, aman," jawab Cello.

Rey sempat berpapasan dengan beberapa karyawan perusahaannya, hampir semua dari mereka menatap Rey penuh hati-hati. Mereka semua seakan takut dimakan oleh laki-laki itu. Hei! Rey itu masih normal!

Rey menghentikan langkahnya di pintu masuk kantornya. Matanya membulat sempurna, mulutnya menganga saat mendapati banyaknya wartawan yang berkumpul di depan pintu masuk kantornya. Rey melangkah mundur dan berbalik badan.

"Reschedule semua pertemuan hari ini," perintahnya kepada Cello.

Rey kembali berjalan ke ruangannya tanpa di temani oleh Cello. Jika kalian bertanya kemana laki-laki itu, tentunya Cello sedang menangani semua permasalahan yang menjerat boss sekaligus temannya itu.

Rey membuka pintu ruangannya, "kayaknya gua emang harus nikah nih," gumamnya.

Laki-laki itu memijat pelipisnya, memikirkan bagaimana cara menyelesaikan permasalahannya ini tanpa harus menikah. Rasanya cukup sulit menyelesaikannya.

Rey mengehembuskan napasnya, tangannya bergerak merogoh saku celananya untuk mengambil handphone miliknya.

"Halo, Mih," Rey menghubungi Maminya.

"Apa? Mami nggak mau, ya Rey kalau kamu menolak semua kencan buta yang udah Mami siapin dari jauh-jauh hari!"

"Kasih aku jadwalnya sekarang."

"Maksudnya?"

"Kencan buta itu di mulai dari jam satu siang nanti," jelas Rey.

"Loh, emangnya kamu nggak bekerja?"

"Aku bossnya," jawab Rey.

"Lagi banyak wartawan yang mantau kamu, ya?" tebak Liza sangat tepat.

"Kalau Mami tau, nggak usah nanya," balas Rey.

"Jadi kamu sudah pasrah, Rey?" tanya Maminya.

"Ya, demi kesehatan mental aku. Dari pada aku gila."

"Dan aku rasa menikah bukan lah hal yang buruk," lanjutnya menjawab.

"Oke, nanti Mami kirim jadwalnya. See you, sayang!"

"Jangan lupa kabari Mami bagaimana pertemuan kalian nanti," sambungnya.

"Ya."

Rey mematikan sambungan teleponnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas sofa yang tersedia di ruang kerjanya. Pandangannya menatap langit-langit ruangan itu.

Menikah, ya?

Rey menghembuskan napasnya panjang. Isi kepalanya masih terus bertempur memikirkan cara menyelesaikan masalah ini. Rupanya, sesulit ini menjadi orang dewasa.

"Kenapa laki-laki harus menikah?" tanyanya pada diri sendiri.

"Populasi manusia di dunia ini udah banyak banget. Masa iya manusianya mau berkembangbiak terus? Mending meningkatkan kualitas negara. Membantu melunasi hutang negara, membantu membuka lowongan pekerjaan, membantu kaum duafa, membantu..."

Tanpa sadar Rey sudah terlelap dalam tidurnya. Sepertinya dia begitu kelelahan dengan hari ini.

🔥🔥🔥

"Pap-pah..."

"Apa sayang, hm?"

"Acu nau tunya dede dayi.."

"Kamu mau punya dede bayi?"

"Iyaa.. bole tan?"

"Boleh dongg.. tapi kamu tanya sama Mama dulu dia mau kasih kamu adik bayi atau nggak."

"Tanna Mama?"

"Iya, sayang.."

"Mamaaaa.. acu mau tunya dede dayiii.. hikss.."

"Reyyyy!!"

"Sayang,, buat dede bayi itu nggak gampang.. nanti aja ya?"

"Tapi atu maunya cekalanggg.."

"Ayo lah sayang.. kasihan itu anak kamu kesepian.."

"Kita buatin teman untuk dia yuk? Kamu mau dimana?"

"Kamu mau punya adik bayi?"

"Kalau kamu mau, Mama sama Papa akan buatin untuk kamu. Tapi tempat buatnya itu jauh.. dan kamu nggak bisa ikut. Kamu sama Eyang sama Oma dulu nggak apa-apa?"

"Rey?!"

"Rey istighfar, anjritt!"

"REYOULEE LO MIMPI APAAN, GILAAAA!!!"

Detik itu juga kelopak mata laki-laki itu terbuka dengan lebar, dia juga langsung bangkit dari tidurnya menjadi duduk. Segitu terkejutnya Rey mendengar teriakan dari asisten pribadinya.

"Gua udah gila nih kayaknya."

"FIX!"

"Arghhhh!"

"Kenapa sih? Lo mimpi apa, ha? Mimpi basah?!"

"Basah pala lo!"

"Gua mimpi, gua udah punya anak, gila! Gua udah punya istri!"

"Istri gua cantik, anak gua lucu, TAPI KENAPA PAS GUA UDAH BANGUN SEMUA ITU NGGAK BISA GUA INGET GIMANA RUPANYA ANJRITTT??!!!!"

Cello menggeleng-gelengkan kepalanya. Sepertinya apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya itu memang benar, Rey sudah stress karena banyaknya tekanan dalam hidupnya. Terutama tekanan dari keluarganya yang mengharuskan Rey untuk segera menikah.

"Udah deh, sekarang lo bangun, cuci muka. Kita ke café yang udah nyokap lo siapin."

"Kita udah telat nih," sambung Cello.

"Hah?!"

"Emang sekarang jam berapa?" tanya Rey.

"Setengah dua," jawab Cello.

"Serius gua ikutin cara Mami, nih?"

"Ya, lo mau kecewain Mami lo? Dia excited banget sama kencan buta lo ini."

Jeda, "Ayo lah, Rey. Lo kan bisa nolak kalau lo nggak suka," sambung Cello.

"Tau nggak lo?"

"Gua juga lama-lama bisa gila karena terjerat sama masalah lo ini, Rey."

"Asal lo tau, ya Rey."

"Mami lo dari tadi neleponin gua, chat gua, mesen ke gua kalau jangan sampai lo batalan kencan buta ini. Pokoknya lo harus dating. So please kerja samanya, ya tuan.."

Rey menghembuskan napasnya. Hari-harinya terasa sangat berat akhir-akhir ini..

"Yaudah.. ayo.."











🔥🔥🔥

HOPE U LIKE IT

MY ALL [SHEIYYA-REY] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang