Setelah mengantarkan Dara ke apartemennya, Gion langsung pergi untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dirumah. Gion berpikir kalau masalah ini harus segera diselesaikan, karena jika tidak, kasihan Dara. Dia menanggung semuanya karena dia seorang wanita.
Gion menghembuskan napasnya sebelum masuk ke dalam kediaman keluarganya. Laki-laki itu cukup disambut hangat oleh para asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu. Dan dia juga tentu saja disambut hangat oleh orang tuanya. Gion menghampiri pasangan itu yang berada diruang televisi.
"Mah, Pah!" panggilnya.
Mamanya menoleh, "kamu pulang, sayang?" sapanya hangat.
Gion mengangguk lalu dia duduk disofa samping sofa orang tuanya, "ada yang mau aku bicarakan sama kalian," ujar Gion memulai pembicaraannya.
"Apa itu?" sahut Papanya.
Gion terdiam sejenak, walaupun terasa berat untuk meminta izin kepada mereka, namun Gion sudah memutuskan dan sudah memilih. Lagi pula, menjadi seorang mualaf adalah pilihannya sejak SMA dulu.
"Mah.. Pah.."
Gion menatap kedua orang tuanya yang duduk dihadapannya, "izinin Gion untuk mualaf..."
Hening.
Suasana menjadi hening seketika. Gion memperhatikan ekspresi kedua orang tuanya secara bergantian. Mereka sama-sama terkejut.
"Ada apa, sayang? Kamu baru saja kembali," ujar Mamanya.
Gion terdiam, "Gion, jujur Mama kurang setuju dengan permintaan kamu. Kamu tau kan apa konsekuensinya?"
Gion mengangguk merespon ucapan Mamanya, "Gion tau, Mah.."
"Lalu?"
"Lagi pula bukannya Sheiyya sudah menikah dengan orang lain?"
"Mah.. sudahlah.." ucap Papanya seraya meraih tangan Mamanya.
"Ini keputusan Gion, pilihannya, keinginanannya. Papa yakin Gion sudah beribu-ribu kali memikirkan keputusannya. Dan Gion juga pasti sudah siap menerima konsekuensi dari keputusannya ini."
"Gion sudah dewasa, dia sudah bisa menentukan apa jalan hidupnya. Kita tidak bisa terus mengaturnya, biarkan dia memilih apa yang ingin dia pilih. Dia yang melakukannya, kita sebagai orang tua hanya bisa mensupport setiap langkah dan keputusannya, Mah.." jelas Papa Gion kepada istrinya.
Wanita paruh baya itu terdiam sejenak sembari melihat kearah Gion yang terus menunduk. Dia sangat mengkhawatirkan anak bungsunya itu.
"Tapi Gion, kamu saja bahkan masih kuliah. Untuk kedepannya, bagaimana kamu membiayai kehidupanmu, sayang?" tanya Mamanya khawatir.
Gion mengangkat kepalanya dan manik matanya terarah kearah Papanya, "Gion akan bekerja, Mah."
"Gion akan bekerja keras untuk kehidupan Gion setelahnya. Dan Papa,"
"Izinin Gion bekerja diperusahaan Papa. Gion terima apapun perkerjaan itu. Papa menempatkan Gion dibagian apapun, Gion akan terima," ujarnya meyakinkan Papanya.
Pria paruh baya itu terkekeh mendengar penuturan anaknya, "Papa senang karena sekarang kamu sudah dapat berpikir dewasa. Papa senang karena kamu sekarang sudah menjadi pria sejati yang Papa harapkan,"
"Besok kamu tetap bekerja diperusahaan Papa. Akan Papa tempatkan kamu sebagai manajer disana. Dengan syarat, kamu harus menyelesaikan tugas terakhir kamu sebagai bagian dari keluarga Meizcullen," sambung Papanya.
Gion tersenyum semringah, dia mengangguk dengan antusias, "Iya Pah!"
"Terima kasih! Gion pasti akan melakukan yang terbaik," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ALL [SHEIYYA-REY] | TAMAT
Teen FictionGenre: Romance * * * * * Sheiyya--seorang mahasiswa yang terjebak dalam pernikahan kontrak dengan seorang pengusaha kaya raya, Reyoule Ardagatra. Tidak ada cinta diantara mereka dipernikahan tersebut. Berbagai macam ide cemerlang yang dilakukan oleh...