Rey bangun sedikit telat kali ini. Sekarang dia sedang terburu-buru karena jam setengah delapan dia baru saja rapih dengan pakaiannya. Ini semua gara-gara masalah pernikahannya yang amat sangat menyebalkan. Karena hal itu Rey jadi susah tidur semalam. Ya Tuhan, dimana Rey mencari perempuan yang pas untuk dirinya?
Baru saja kakinya melangkah menuruni anak tangga rumahnya, Maminya—Liza menjadikan telatnya Rey bangun tidur menjadi salah satu bahan pembahasannya sekarang. Mengatas namakan pernikahan tentunya.
"Makanya, Rey. Mami bilang juga kamu cepat menikah, biar ada yang urusin kamu, kelonin kamu, bangunin kamu. Jadi nggak kesiangan kayak gini."
"Mami, apaan sih? Masih pagi udah ngomel aja," gerutu Rey sembari duduk di kursi samping Cello.
Mereka akan melangsungkan sarapan Bersama. Sementara, Liza sedang mempersiapkan masakannya yang baru saja matang. Wanita itu masih melanjutkan pidato pagi harinya.
"Rey, kamu tahu? Papi kamu itu dulu nggak punya tanggung jawabnya sebagai laki-laki—"
"Mami.. mulai lagi deh," sahut Willie.
"Apa? Biar anak kamu terus ingat dan tidak mencontoh Papinya yang kalau tidur malammmmm terus!" balas Liza.
"Terus ya, semenjak nikah sama Mami, dia tidur jadi teratur, bangun pagi. Wajahnya juga gadi fresh, nggak kusam kayak kamu Rey. Ketahuan banget kamu lagi banyak masalahnya, ckck!"
"Tapi benar juga kata Mami-mu, Rey."
"Coba kamu bayangin, setelah pulang kerja, mandi, makan, terus kelonan.. Rey, Rey.."
"Makanya saat itu baru beberapa minggu menikah, kamu langsung jadi. Hehe," imbuh Willie.
"Nih ya Rey, Cello.. kalian berdua itu lebih baik cepat-cepat menikah. Punya anak. Biar kalian rasain bagaimana bahagiannya hidup diantara perempuan dan sosok anak kecil di dekat kalian.."
Kaki jenjang Rey menyenggol kaki Cello yang berada di sampingnya. Rey memberikan kode untuk laki-laki itu agar cepat membawamya pergi. Dari dulu sampai sekarang Rey selalu seperti itu jika dirinya sedang di siding oleh kedua orang tuanya. Makanya Cello langsung peka dengan kode yang diberikan oleh laki-laki itu.
"Em—om, tante Liza.. hari ini kita harus buru-buru karena Rey ada meeting jam delapan nanti.."
"Selalu seperti itu! Kalian itu ya!!—"
"Mih, udah tenang. Dua minggu lagi. Mami ingat aja dua minggu lagi," ujar Rey menenangkan Liza.
"Kamu serius Rey, dua minggu lagi ingin menikah?" tanya Willie.
Rey mengangguk, "iya lah.."
"Kalau gitu, Papi harus mempersiapkan semuanya. Termasuk memberitahu kerabat-kerabat Papi. Pantesan hari ini Mami kamu udah booking café untuk pertemuan dia sama teman-temannya. Papi mau juga ah!"
"Ya, terserah kalian,"' sahut Rey.
Kedua anak dewasa itu berdiri berbarengan, "Rey pamit berangkat dulu."
"Iya.. Cello, kamu harus hati-hati, ya! Kamu mengemudi bawa calon pengantin loh."
"Siap, tante tenang aja.."
"Cello pamit dulu tante,, om.."
"Ya, hati-hati kalian," respon Dawillie.
🔥🔥🔥
Di dalam perjalanan menuju kantornya, Rey terus memikirkan bagaimana ia cepat mendapatkan pasangan yang cocok untuknya. Minimal dia bisa diajak kompromi. Pandangannya terus mengarah kearah luar jendela. Napasnya berhembus kasar membuat Cello menatap dirinya dari pantulan cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ALL [SHEIYYA-REY] | TAMAT
Fiksi RemajaGenre: Romance * * * * * Sheiyya--seorang mahasiswa yang terjebak dalam pernikahan kontrak dengan seorang pengusaha kaya raya, Reyoule Ardagatra. Tidak ada cinta diantara mereka dipernikahan tersebut. Berbagai macam ide cemerlang yang dilakukan oleh...