Keberagkatan Cello menuju Paris sekitar pukul enam pagi dini hari. Cello sudah bangun dari jam 4 pagi, dan sudah bersiap. Sekarang pukul 5 pagi, laki-laki itu sudah rapi dan hendak berangkat menuju bandara kini. Cello memasukkan kopernya ke dalam bagasi taksi yang dia pesan, lalu menutup pintu bagasi tersebut. Ia menyalakan ponselnya, melihat room chat antara dirinya dengan Rey. Sudah dari dua hari yang lalu keduanya tak saling berkabar atau bertegur. Rey benar-benar mengasingkan Cello dalam hidupnya.
Cello memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaketnya. Beberapa hari lagi dia akan kembali dan membawakan kebenaran untuk kebaikan hubungannya dengan Rey. Cello tahu dia salah, walaupun tidak sepenuhnya ini adalah salahnya.
Cello masuk ke dalam mobil taksi tersebut.
* * * * *
Sementara Rey dan Sheiyya—mereka sedang berada dalam perjalanan pulang karena kondisi Sheiyya kini sudah kembali normal. Meskipun begitu, Rey harus tetap siaga dan memperhatikan apa yang Sheiyya konsumsi agar kejadian yang lalu tidak terjadi lagi. Sheiyya sangat senang sekali karena dirinya bisa keluar dari rumah sakit, udara dirumah sakit sungguh tidak enak bagi indera penciumannya. Sheiyya yakin anaknya pun tidak menyukainya.
"Oh ya, Sayang,"
"Hum?"
"Dara sama temen kamu udah dirumah dari pagi tadi untuk mempersiapkan kedatangan kamu kembali ke rumah sama Mama sama Mami," ujar Rey memberitahu.
"Dara sama Gion?"
"Emangnya mereka enggak ada kelas 'pagi-pagi udah ke rumah gitu?" tanyanya.
Rey menggeleng tidak tahu, "entah."
"Shei, kamu nggak mau ambil cuti aja sampai anak kita lahir nanti?" tawar Rey.
Sheiyya menggeleng menolak tawaran itu, "enggak, Rey. Nanti aja disemester tujuh. Sebentar lagi kan aku mau ujian," jelasnya.
"Biar aku cutinya juga satu semester doang," sambung Sheiyya.
Rey mengangguk sembari menjulurkan tangannya ke kepala Sheiyya, "iya sayang. Terserah kamu aja," jawabnya.
"Makasih, sayangg," balas Sheiyya.
"Oh ya, Rey,"
"Gimana Cello?" tanyanya penasaran.
Rey mengangkat kedua pundaknya 'ekspresinya acuh dengan pertanyaan itu. "Nggak tau. Dia nggak ada kabar dari dua hari yang lalu," jawabnya.
"Jangankan ngasih aku kabar, dia minta maaf aja nggak," lanjutnya bicara.
Sheiyya menghembuskan napasnya, "mungkin dia kayak gitu karena dia emang enggak merasa kalau ini salahnya, Rey."
Jeda, "aku yakin Cello nggak salah. Cello nggak terlibat dalam hal ini. Daaannn,, mungkin Letta juga. Enggak ada yang tau juga kan musuh keluarga kita diluaran sana siapa aja?"
"Sayang,"
"Harus berapa kali aku bilang sama kamu, hm? Pelaku itu bilang sendiri dihadapan aku. Dan dalam hal ini Cello terlibat karena dia sumber informasi untuk Letta."
"Ya.. siapa tau Cello enggak sadar kalau semua yang dia kabarin ke Letta itu Letta jadikan sebagai informasi untuknya."
"Kita nggak bisa ngehakimi Cello gitu aja tanpa kita dengar dulu penjelasannya. Apalagi kita sama sekali enggak punya bukti yang kuat mengenai tuduhan kita, Rey," sambung Sheiyya menasehati.
Rey menoleh, "Shei, akan aku buktiin ke kamu kalau Cello memang terlibat dalam hal ini," yakin Rey.
"Dengan cara? Dan kamu yakin bisa? Kamu aja sibuknya minta ampun," cibir Sheiyya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ALL [SHEIYYA-REY] | TAMAT
Ficțiune adolescențiGenre: Romance * * * * * Sheiyya--seorang mahasiswa yang terjebak dalam pernikahan kontrak dengan seorang pengusaha kaya raya, Reyoule Ardagatra. Tidak ada cinta diantara mereka dipernikahan tersebut. Berbagai macam ide cemerlang yang dilakukan oleh...