Hoseok melamun di kamarnya, menatap jendela yang menampakan pemandangan kebun milik tetangga. Suasana sangat hening malam ini. Tentu saja karena Hoseok tengah sendirian di dalam rumah minimalis keluarganya.
Memori tentang masa kecilnya bermunculan, jujur saja Hoseok rindu kedua orang tuanya. Andai saja kala itu Hoseok tak merengek minta jalan-jalan mungkin saja ia masih hidup bahagia bersama kedua orang tuanya kala itu.
Hoseok menghembuskan nafasnya pelan, ia tahu percuma saja menyesali apa yang sudah terjadi. Tapi, Hoseok sangat tak ingin ada di posisi ini sekarang.
Mata Hoseok menatap kardus yang beberapa hari lalu ia bawa dari panti. Hoseok tak menyangka ia akan membawa kembali foto kedua orang tuanya.
Dulu ia berpikir akan meninggalkan Poto itu dan hidup bahagia dengan memulai lembaran baru bersama keluarga barunya. Tapi, sepertinya Hoseok sadar bahwa tak ada yang lebih bahagia selain masa kecilnya dulu.
Pikirannya berkecamuk, terlintas kala ia keluar panti di gandeng ibu Jung. Kala itu senyum cerah terbit di bibirnya, merasa bahwa gerbang menuju kebahagiaan telah terbuka untuknya.
Tapi bolehkah Hoseok merasa benci pada ibu Jung? Kenapa ia membawa Hoseok kecil waktu itu? Kenapa Hoseok harus menderita sekarang? Kalau saja Hoseok dibiarkan di panti saja mungkin Hoseok tak akan semenderita ini.
Kehilangan sosok Bear dan menjadi tulang punggung keluarga, bolehkan Hoseok merasa benci pada Ibu Jung?
"Astaga... Apa yang kupikirkan?" Hoseok menampar dirinya sendiri, ia tak boleh berpikiran buruk saat ini. Jujur saja Hoseok sudah menyayangi ibu Jung dan Hyenbi seperti keluarganya sendiri. Seharusnya Hoseok bersyukur bukan? Ia jadi punya 4 orang tua. Meski 3 orang tuanya tengah memperhatikannya di surga tempat yang Hoseok yakini sangat indah.
Pusing mulai mendera Hoseok tanpa aba-aba, merasa bahwa ia akan tumbang Hoseok segera berjalan ke arah tempat tidur. Setidaknya ia tak akan jatuh ke lantai yang dingin.
"Aarrgghh" Hoseok merintih kesakitan, ia bingung kenapa akhir-akhir ini ia terus saja merasa pusing yang berlebih ditambah intensitas mimisannya bertambah.
Hoseok ingin mengatakannya pada ibu Jung, tapi ia urungkan berkali-kali saat melihat wajah pucat dua orang yang ia sayangi.
Ia tak ingin menjadi beban pikiran selanjutnya untuk Ibu dan Hyenbi. Biarlah jika ia mati, ia lebih baik langsung mati dibanding ia harus berbaring lemah dan menjadi beban.
Matanya ia kerjapkan berkali-kali menolak untuk pingsan kala itu, ia ingin sadar. Namun, perlawanannya hilang ketika ia menatap lemarinya. Terduduk sesosok bayangan hitam di sana.
Sudah tak asing bagi Hoseok dengan bayangan itu, tapi tetap saja buku kuduknya berdiri saat tahu bahwa sosok itu kini menatapnya.
Hoseok melihat wajahnya, sendu dan pucat. Tak ada senyuman sama sekali di sana. Hoseok tak bisa bergerak, tubuhnya terasa dipaku dan keringat membanjirinya.
Ia gemetar setelah matanya menangkap sesuatu yang sosok itu pegang. Hoseok tercekat dan akhirnya kehilangan kesadaran.
Malam itu Hoseok pingsan tanpa ada seorangpun yang tahu. Hanya sosok di atas lemari yang menatap Hoseok dengan pandangan sulit diartikan. Mengayun-ayunkan kakinya ke depan dan ke belakang menimbulkan suara meski tak ada yang mendengar.
.
.
.Jimin menggigit kuku jarinya gelisah, kini ia tengah berada di antara Yoongi dan Jungkook. Ya, Jungkook mengajak Seokjin dan Jimin makan siang bersama teman sekamarnya. Awalnya Jimin menolak karena ia masih takut dengan Yoongi dan Taehyung tapi paksaan Jungkook membuatnya luluh.
"Kau kenapasih?" Tanya Seokjin menjauhkan tangannya dari mulut Jimin, Seokjin tak mau melihat teman sekamarnya itu terluka karena menggigit jarinya sendiri.
"Aku merasa tak enak hati" ujar Jimin, ia dari tadi merasa hatinya tak menentu. Antara gelisah, takut dan khawatir.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Jungkook, jujur saja ia agak takut dengan Jimin sekarang. Jimin seperti orang kesurupan yang pernah Jungkook lihat di sini tv.
"Aku jadi memikirkan Hobie" lirih Jimin membuat semuanya berhenti mengunyah.
"Hoseok?" Tanya Jungkook, ia hanya memastikan saja saat ini.
"Hhmmm... Dari kemarin aku tak tenang... Liburan semester kapan sih?" Tanya Jimin, ia agak khawatir dengan Hoseok saat ini.
"Masih lama... Memangnya apa yang membuatmu khawatir?" Tanya Seokjin, ia juga sebenarnya khawatir karena semenjak Hoseok pulang nomor ponselnya tak aktif sampai sekarang.
"Aku takut Hoseok diganggu lagi" Yoongi kini menatap Jimin heran.
"Diganggu siapa? Taehyung kan ada di sini" Yoongi menunjuk Taehyung yang tengah meminum soda dengan dagunya.
Suasana hening seketika
Siapapun tahu Taehyunglah satu-satunya orang yang gencar mengganggu Hoseok.
"Bukan... Bukan manusia" Jimin langsung menggerak-gerakkan tangannya heboh.
"Ayolah Jim... Hentikan parno mu itu" Seokjin kini sudah tahu arah pembicaraan Jimin.
"Tapi Seharusnya Hoseok membawa beberapa jimatku, kita kan tidak tahu apa yang mengikutinya" perkataan Jimin membuat semuanya menatap serius pria dengan pipi bak mochi itu.
"Maksud kalian, Hoseok diikuti Jin?" Tanya Namjoon memastikan.
"Tidak... Aku ada di sini" Seokjin menunjuk dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa mengikuti Hoseok kan?
"Aahh..." Taehyung rasanya ingin tertawa melihat wajah polos Seokjin, tapi ia tak bisa karena ia belum cukup akrab dengannya.
"Bukan... Maksud Namjoon, jin sebangsa hantu bukan kau" Yoongi berbaik hati menjelaskan. Akhirnya Seokjin mengangguk mengerti.
"Iya" jimin mengalihkan pembicaraan, ia langsung menjawab pertanyaan Namjoon. Tak mau kebodohan Seokjin tersebar begitu saja.
"Memangnya apa yang Hoseok alami?" Tanya Namjoon, ia penasaran juga akhirnya.
"Emmhh... Hoseok sering mengeluh padaku kalau dia sering merasa pusing setelah itu ia selalu melihat sosok hitam tinggi di sekitarnya. Itu tak terjadi hanya sekali. Bahkan waktu itu parah sekali!" Jimin bercerita dengan menggebu-gebu.
"Apa?" Tanya Yoongi, kini atensinya penuh menatap Jimin.
"Kau ingat kan? Waktu Hoseok keluar dari kamar mandi dengan basah kuyup?" Jimin menatap Seokjin serius.
"Waktu itu Hoseok bilang ia dikunci di kamar mandi oleh sosok hitam itu, dan ia juga diguyur!! Kau ingatkan?!" Sambung Jimin, ia menatap Seokjin sangat serius.
Taehyung mendelik mendengar cerita Jimin.
"Jangan aneh-aneh, aku yang mengunci dan mengguyurnya" ujar Taehyung, mematahkan kisah horor Jimin.
"Tidak.. tidak... Sosok itu hitam, Hoseok bilang ia juga melihatnya saat akan memanjat" kilah Jimin, ia masih ingat betul cerita Hoseok kala itu.
"Dia pasti salah lihat! Waktu itu aku pelakunya!! Aku yang menguncinya dan menyiramnya dengan air bekas lap pel" keukeuh Taehyung.
"Itu ulah hantu Tae!! Sosoknya hitam"
"Itu aku Jim!! Aku sendiri yang melakukannya!!"
Perdebatan tak berfaedah itu tak berakhir bahkan saat Yoongi keluar dari bangkunya, makanannya sudah habis dari tadi sebenarnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
✓Starlight (hopealone)
Fanfiction'Dia adalah seorang pria yang sangat bercahaya, bagaikan matahari di siang hari dan bulan di malam hari' Kerja kerasnya mengantarkan dia menuju sebuah kesuksesan gemilang dimata teman-temannya. Namun, semua orang tak pernah tau apa yang tengah ia pi...