Ha29

60 13 2
                                    

Yoongi menatap Namjoon yang terdiam di sebuah taman dekat asrama, Yoongi baru saja pulang dari minimarket. Sebenarnya ia malas tapi menyadari kalau sampo miliknya habis ia terpaksa melangkahkan kakinya menuju minimarket.

Tapi saat ia pulang, matanya melihat Namjoon yang duduk tercenung di bangku taman.

"Kau kenapasih?" Tanya Yoongi, ia merasa ada yang aneh dengan Namjoon. Semenjak ia pulang dari bertemu Taehyung sepertinya Namjoon punya banyak sekali benang kusut di pikirannya.

"Kak...." Bagaimanapun Yoongi lebih tua darinya, Namjoon merengek menatap Yoongi yang menatapnya agak sangsi.

"Kenapa? Bicara saja" titah Yoongi, ia akhirnya mengeluarkan susu Stroberi yang tadi ia beli dan memberikannya pada Namjoon.

"Aku harus bagaimana menghadapi Taehyung?" Tanya Namjoon, Yoongi tentu saja tak mengerti. Apa Namjoon pikir dia itu cenayang?

Masih menatap Namjoon, Yoongi membuka minumannya sendiri sambil menunggu kelanjutan cerita Namjoon.

"Kemarin aku bertemu Hoseok" perkataan itu mampu membuat mata Yoongi membola, kenapa Namjoon baru bicara sekarang?

"Di panti asuhan tempat Taehyung tinggal" lanjutan informasi yang diterima Yoongi kini bergelung kusut.

"Maksudmu?" Tanya Yoongi, ia merasa informasi dari Namjoon agak membingungkan.

"Ternyata mereka berdua adalah teman masa kecil kak..." Yoongi masih terdiam, mencerna semua perkataan Namjoon yang ternyata butuh energi cukup tinggi.

"Bisa kau membuatnya menjadi lebih mudah untuk aku cerna?" Tanya Yoongi, seingatnya saat Hoseok masuk asrama pertama kali ia terlihat tak mengenal Taehyung begitupun sebaliknya. Selain itu bukankah Hoseok punya orang tua? Lalu kenapa dia ada di panti?

Tentu saja kebingungan Yoongi dapat dengan cepat Namjoon tangkap. Jangan lupakan bahwa Namjoon itu siswa yang cukup pintar meskipun ia tak mengambil beasiswa.

Namjoon dengan lugas dan terperinci menceritakan semua yang ia alami waktu itu. Mulai dari bagaimana ia bertemu Taehyung hingga pertemuan mengejutkan dengan Hoseok juga perkelahian keduanya. Tidak! Lebih tepatnya kemarahan Taehyung.

Yoongi jadi mengangguk mengetahui motif sebenarnya dari seorang Taehyung.

"Pantas saja Taehyung begitu membenci Hoseok" Yoongi sepenuhnya mengerti. Meski tak pernah berada di posisi Taehyung, Yoongi cukup yakin apa yang menjadikan Taehyung sakit hati. Berkat novel yang selama ini ia baca, Yoongi mampu membaca situasi.

Katakan terima kasih untuk setiap novel yang Yoongi baca.

"Apa kita harus ikut campur untuk masalah mereka?" Tanya Namjoon, ia ragu sebenarnya tapi ia ingin sekali Taehyung menghapus dendamnya itu.

"Agak sulit... Tapi... Aku harus berpikir dulu" Yoongi pergi begitu saja setelah mengatakan kalimat yang tidak jelas, bahkan tak pantas disebut kalimat.

Namjoon yang ditinggal hanya menatap punggung Yoongi yang semakin mengecil karena jarak.

"Jadi?" Namjoon masih belum bisa keluar dari pikirannya yang dalam.

.
.
.

"Kook" Jimin menatap Jungkook yang tengah serius mengerjakan tugas yang diberikan guru matematika.

"Hhmmm" tanya Jungkook, ia sedang menghitung kalau harus diingatkan.

"Dulu kenapa jahat?" Tanya Jimin to the point, tak ingin basa-basi juga karena ia tahu Jungkook tengah serius. Meski sudah dekat Jungkook masih terlihat seram di matanya.

"Jahat?" Jungkook tak pernah merasa ia menjahati Jimin.

"Mmhh... Hoseok sering cerita kalau kalian itu agaakkk.. you know lahh" ujar Jimin, sebenarnya ia agak khawatir menanyakan ini. Khawatir kalau kalau Jungkook marah padanya.

"Aahhh... Ituu.." Jungkook menatap papan tulis penuh rumus di sana.

Jimin yang melihat itu menunggu Jungkook bicara.

"Karena dia membuat kamar kami sesak" ujar Jungkook tenang. Ya, Jungkook jujur karena memang masalahnya sesepele itu.

"Hah?" Jimin tak habis pikir, memangnya mereka pikir kamar asrama itu milik mereka apa?

"Jangan menatapku begitu! Kau kan tahu semua kamar hanya berisi empat orang, kenapa hanya kamar kita yang lima?" Tanya Jungkook, ia kembali menatap bukunya.

"Hanya itu?" Tanya Jimin menatap Jungkook aneh.

"Hmmm" Jungkook mengangguk saja mendengar pertanyaan Jimin

"Heh ketek Tapir! Kamar kalian itu termasuk besar diantara kamar yang lainnya! Mana mungkin kan Hoseok disuruh tinggal di kamarku yang ke sana ke sini mentok!" Meski intonasi suaranya ia rendahkan tapi terlihat jelas Jimin kesal sekarang.

"Ketek Tapir?" Jungkook menatap Jimin sinis, baru kali ini ia disebut ketek Tapir.

Pletak!!

"Apa hakmu memarahiku?! Hoseok saja sudah memaafkan ku, kau siapa?!" Jungkook melotot setelah memukul kepala Jimin dengan pulpennya. Bunyinya cukup nyaring untuk didengar seluruh kelas.

"Jimin? Jungkook? Kalian kenapa?" Tanya guru yang dari tadi duduk sambil memeriksa sebuah berkas di tempat duduknya.

"Nggak buu... Itu tadi... Kutunya Jimin bilang Anyeong jadi digetok" ujar Jungkook sambil meragakan si kutu yang menyapa Anyeong.

"Iisshh" Jimin hanya mendesis tertahan sambil mengusap kepalanya yang kesakitan.

Satu hal yang Jimin dapat pelajari adalah jangan pernah mengejek Jungkook apapun yang terjadi.

Tbc

✓Starlight (hopealone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang