Ha28

66 15 1
                                    

Namjoon memijat pangkal hidungnya pening, setelah pertengkatan Taehyung dan Hoseok selesai ia kembali ke asramanya.

Meski ia berusaha menghibur Hoseok, tampaknya itu tak berpengaruh sama sekali. Hoseok yang ia lihat saat perpisahan tadi begitu menyayat hati.

"Aku tak tahu kalau Taehyung begitu membenciku karena hal itu" ujar Hoseok sewaktu Namjoon menunggu bus Hoseok datang.

"Kalau saja aku mengenali Taehyung... Andai saja aku tak menyetujui rencana adopsiku... Andai saja semuanya bisa diulang.." penyesalan Hoseok terus tumbuh, ia tak bisa pungkiri bahwa semua sifat Taehyung adalah salahnya juga.

"Kalau tahu begitu, tak perlu aku marah-marah padanya karena menjahiliku" Namjoon kala itu menghembuskan nafas berat.

Tingkah Taehyung selama ini pada Hoseok bukan lagi disebut kejahilan. Bagaimana mungkin Hoseok mengatakan menaruh duri di sepatu adalah kejahilan?

"Haaaahhh" Namjoon menghela nafasnya lagi, ia bingung harus apa sekarang.

"Loh... Kak Namjoon? Kenapa?" Tanya Jungkook saat ia baru saja pulang les. Jungkook heran melihat Namjoon yang sepertinya punya masalah berat di pundaknya.

"Tidak..." Namjoon tersenyum saja menanggapi Jungkook. Ia tak mau Jungkook juga jadi ikut kepikiran dan membuatnya kehilangan fokus untuk targetnya semester ini.

Ya, Jungkook menargetkan dirinya menjadi Partner Seokjin di perlombaan yang akan datang. Untuk itulah kini Jungkook belajar begitu giat.

"Kau memikirkan perlombaan mu nanti kak?" Tanya Jungkook, ia ingat Namjoon pernah bercerita kalau dia akan menggantikan Hoseok nanti.

"Aahhh..." Namjoon mengangguk, sebenarnya dari tadi ia tak pernah memikirkan perlombaannya. Tapi saat Jungkook mengungkitnya ia jadi kepikiran.

"Jangan khawatir.. selama ini kan kau sudah latihan keras, pasti semuanya baik-baik saja" ujar Jungkook, Namjoon mengangguk saja menyetujui ucapan Jungkook.

"Lohh, kak Yoongi sudah pulang?" Tanya Jungkook saat melihat Yoongi masuk kamar.

"Hhmm" Yoongi langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya.

"Nggak rekaman?" Tanya Namjoon, seingatnya Yoongi itu selalu pulang sore atau bahkan malam untuk rekaman.

"Males" jawab Yoongi, toh kali ini ia tak ada target yang harus di capai. Bersantai sedikit bukanlah dosa untuknya.

"Kak... Ngomong-ngomong kalau boleh jujur, lama-lama aku bosan liat kakak terus-terusan pegang novel itu" dagu Jungkook menunjuk novel yang digenggam Yoongi.

Perlu Yoongi akui, ia memang selalu membawa novel kesayangannya itu kemanapun tanpa membacanya. Yoongi juga bingung kenapa itu bisa terjadi.

Akan selalu ada untuk yang pertama kalinya bagi semua orang, bukan sesuatu yang klise jika kau merasa dunia tak adil...
Jika kau merasa duniamu hancur tak apa, orang dewasa pun pernah mengalami hal itu sebelum menjadi yang sekarang

Yoongi bingung, kenapa novelnya ini begitu banyak kata motivasi. Setiap ia ingin melanjutkan membaca selalu saja ia berhenti untuk mencerna semua kata yang tertera dalam novelnya.

"Aaahhh... Agak menyebalkan juga motivator ini" Yoongi melempar Novelnya ke ranjang Namjoon tanpa merasa bersalah.

Namjoon yang melihat itu hanya terdiam menatap Yoongi. Tak berani menegur atau memungut novelnya.

"Taehyung belum pulang?" Tanya Yoongi, akhirnya dia beranjak mlke lemari yang dipenuhi sticker kumamon miliknya.

"Taehyung... Ahhh entahlah" Namjoon pergi begitu saja, bingung juga apa yang harus ia ceritakan pada teman-teman sekamarnya.

"Dia kenapa?"

.
.
.

Hoseok sudah sampai desanya, membawa satu box kardus berisi barangnya sewaktu kecil, berjalan pelan namun pikirannya kembali pada Taehyung.

Sebenarnya Hoseok ingin sekali bilang pada Taehyung bahwa hidupnya pun tak seindah yang Taehyung pikir.

Ayah Jung meninggal dunia saat Hyenbi lahir, bagaimana mungkin Hoseok bisa bahagia bukan?

Menjadi tulang punggung untuk ibu angkat dan adik tirinya. Jika boleh jujur Hoseok ingin kembali ke panti saja rasanya, bermain dengan anak lainnya tanpa memikirkan beban ini itu.

Tapi, perkataan Eomma nya selalu terngiang setiap kali Hoseok ingin menyerah. Mengatakan bahwa Hoseok harus membalas budi.

Hyenbi lahir prematur, dengan beberapa kecacatan organ tubuh. Pengeluaran untuk Hyenbi begitu besar ditambah Hoseok juga diminta oleh ibunya untuk terus melanjutkan pendidikan.

Bagaimana mungkin Hoseok bisa sekuat itu? Depresi dan kecemasan menghampiri Hoseok, tak dapat dipungkiri Hoseok begitu sesak dengan hidupnya.

Mati-matian ia harus mendapat beasiswa untuk pendidikannya, ia juga harus mencari uang untuk kebutuhan dirinya serta keluarganya, selain itu ia tak boleh terlihat lemah di hadapan orang tersayangnya.

Taehyung tak tahu betapa menderitanya Hoseok, ingin sekali Hoseok mengatakan sumpah serapah di depan Taehyung. Tapi, Taehyung juga tak salah.

Hoseok tak pernah tahu bagaimana Taehyung waktu itu saat dirinya diadopsi. Hoseok tak tahu bagaimana usaha Taehyung untuk mendapat perhatian keluarga Jung.

Hoseok merasa menjadi sahabat yang paling buruk untuk Taehyung. Bagaimana bisa ia merampas hak Taehyung?

Hoseok memukul-mukul kepalanya, menyesali kenapa ia sebodoh itu dulu. Kenapa ia tak memikirkan perasaan Taehyung? Padahal Taehyunglah yang membuat Hoseok betah di panti kala itu.

Bisa-bisanya Hoseok tak tahu terima kasih pada sahabatnya itu. Hoseok pikir Taehyung juga diadopsi tak lama setelah ia diadopsi. Tapi ternyata itu hanya asumsinya, nyatanya Taehyung keluar panti sendiri dan hidup mandiri di kota yang penuh tipuan.

Saat ibu panti menceritakan betapa menyedihkannya Taehyung waktu itu membuat Hoseok merasa bersalah berkali-kali lipat. Tak pernah ia tahu Taehyung sampai semenderita itu tanpa keluarga disampingnya.


Tbc

✓Starlight (hopealone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang