Ha 22

140 23 0
                                    

Namjoon melotot kesal pada orang yang ada di hadapannya. Urat-uratnya keluar menandakan kesalnya yang sangat kentara.

"Bagaimana mungkin kau merahasiakan ini kook??" Tanya Namjoon kesal, semilir angin di taman tak membuatnya rileks sama sekali.

"Aku tanya kenapa kau tak ceritakan ini padaku??" Tanya Namjoon, gerah juga ia menatap Jungkook yang hanya menunduk.

"Kau pikir kau bisa menjadi pahlawan hah?!!" Namjoon membuang mukanya dan mendengus kesal.

"Kenapa kau diam saja??!!"

"Hyung... Aku tidak pernah tahu kau berada di pihak mana" jawab Jungkook santai, ia merasa tak salah dengan tindakannya.

"Maksudmu??" Tanya Namjoon heran

"Kau... Kau ada di pihak siapa??" Tanya Jungkook menunjuk Namjoon dengan tak sopan.

"Kau tak netral... Kau bermuka dua... Bagaimana mungkin aku bisa percaya padamu?" Tanya Jungkook lagi. Kali ini ia tak ingin bertingkah sopan pada Namjoon lagi.

"Apa katamu??" Tanya Namjoon tak percaya. jungkook, adik kecilnya bisa berkata kasar seperti itu.

"Kau... Selalu mendukung Tae!! Dan sekarang kau mau aku menceritakan semuanya?? Jangan gila Hyung!!" Jungkook kesal, Namjoon yang ia anggap kakaknya itu bahkan tak menemaninya dan membelanya saat Tae habis-habisan menghinanya, menertawakannya dan membuatnya menjadi asing di kamarnya sendiri.

Namjoon tak pernah ada untuk merangkulnya saat ia menangis karena ulah Taehyung yang mulai membencinya.

Jungkook tak pernah menunjukan bahwa ia tertekan, tapi sungguh Jungkook menginginkan kasih sayang para Hyungnya lagi khususnya Namjoon.

"Kau... Mana mungkin aku bercerita jika nyatanya kau tak dipihakku" Jungkook menahan air matanya, ia tak mau dipermalukan.

"Kau pikir aku masih membenci Hoseok?" tanya Namjoon sedikit mereda saat Jungkook menunduk.

"Aku tak pernah tahu Hyung... Kau.. terlalu pengecut" Jungkook melangkah pergi dan meninggalkan Namjoon yang diam mematung.

"Aku?? Terlalu pengecut"

.
.
.

Namjoon berlari tergesa menuju kamarnya, suara bising ia timbulkan saat ia melangkah cepat menuju pintu kamarnya.

Ceklek

Namjoon mematung saat di kamar hanya ada Yoongi yang memutar-mutar bukunya.

"Di mana Jungkook??", Tanya Namjoon

"Dia belum pulang... Kalian semua di manasih?? Tumben sekali aku datang saat kamar kosong" Yoongi kembali memutar mutar bukunya. Mengusir bosan.

"Tae belum pulang??" Tanya Namjoon lagi.

"Kau tak dengar yang aku bicarakan tadi?" Tanya Yoongi balik. Keduanya terdiam cukup lama sampai akhirnya suara Yoongi memecahkan keheningan.

"Sebenarnya ada apa?" Tanyanya kelewat peka, ada sesuatu diantara mereka berempat. Khususnya Jungkook dan Taehyung tapi sekarang ditambah dengan Namjoon.

"Apa aku melewatkan sesuatu?" Tanya Yoongi penasaran, ia yakin ada ynag tengah dipikirkan Namjoon.

"Tidak Hyung... Emmhh nanti, kalau Tae pulang hubungi aku ya" Namjoon segera bergegas pergi dari kamarnya meninggalkan Yoongi yang keheranan.

Aku adalah seorang pengecut ynag sebenarnya.

Yoongi terdiam saat tiba-tiba sebuah kalimat muncul di kepalanya, sebuah dialog dari salah satu novel kesukaannya.

Aku berjalan diantara puing puing penyesalan.

Apa aku harus terjatuh untuk terbaring di hamparan bunga harapan?


Tbc

✓Starlight (hopealone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang