"Tigapuluh tujuh"

3.9K 362 11
                                    

"Tigapuluh tujuh"
















"Kau sudah mencari ke rumahnya?"

Pertanyaan Jisung membuat Jaemin, Jeno dan Hyunjin melihat ke arahnya.

"K-kenapa?" bingung Jisung saat tiga sahabatnya tiba-tiba menatapnya aneh.

"DAEBAK JISINGIE....!!! OKAY BYE..!!!" teriak Jeno sambil beranjak dan memeluk Jisung dan langsung pergi gitu aja meninggalkan Jaemin, Hyunjin dan Jisung.

"D-dia kenapa?" tanya Jisung yang masih bingung.

Dan buksnnya menjawab, Jaemin dan Hyunjim malah pura-pura gak dengar dan langsung fokus pada ponsel mereka masing-masing.

Bukannya gak mau jawab tapi kalau Jisung udah kek orang dongok gitu urusan makin panjang dan yang ada ntar Jaemin dan Hyunjin pusing sendiri mangkanya mereka milih diem dan ngebiarin Jisung cengoh selingkuhan sendiri, ntar juga sembuh sendiri si Jisung.

Sedangkan Jeno mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah Haechan.

"Kenapa aku gak kepikiran ya? wah emang otaknya Jisung tuh berguna saat kondisi mendesah aja" ucap Jeno sambil fokus melihat  jalan.

Ya, Jeno yang tak menemukan Haechan di apartementnya bukannya langsung telfon Haechannya atau dateng ke rumah Haechan tapi malah telfon 3 sahabatnya dan meminta untuk kumpul di markas mereka.

- - -ooOoo- - -

"Aarrrrgggg... eomma~ Jeno jahat eomma tolong echan..!!!" teriak Haechan membuat Jeno melotot tak percaya haechan bisa teriak kek cewe mau di perkosa padahal dia cuma narik tangannya doang.

"Heh! kau ini kenapa sih" ucap Jeno sambil membungkam mulut Haechan yang sekarang meronta minta di lepasin dan di saat yang bersamaan eomma Haechan masuk kedalam kamar Haechan.

Cklek!

Jeno, Haechan mau pun Taeyon eomma Haechan terdiam saling menatap.

"Umm.. maaf eomma menganggu" ucap Taeyon sambil kembali mundur sebelum akhirnya menutup pintu kamar Haechan.

Setelah kepergian Taeyon, Jeno melepas tangannya dan mereka mulai mengubah posisi menjadi sama-sama duduk di atas ranjang di kamar Haechan.

"Maaf" ucap Jeno membuka pembicaraan di antara mereka.

"Gak" jawab Haechan sambil melipat kedua tangannya dan membuang muka.

"Chan~aaa... maaf ih..." rengek Jeno udah mirip uke membuat Haechan ingin tertawa tapi gengsi kan lagi ngambek ceritanya dia.

"Gak mau" ucap Haecha kekeh.

"Kan aku juga punya alasan kenapa ak-"

"Alasan apa? coba katakan"

Jeno, menunduk lesu saat mendengar ucapan Haechan yang meminta penjelasan kenapa dengan dirinya saat di makam kemarin.

Flashback oN.

Selesai mengantar Haechan ke makan Appa Haechan, Jeno mulai berjalan kebarah alain dan di ikuti oleh Haechan di belakangnya.

"No, kita mau kemana?" tanya Haechan.

Jeno, menghentikan langkahnya dan berbalik dengan senyum di wajahnya menatap Haechan, "Ke makan eommaku" jawab Jeno yang ternyata eomma Jeno juga di makamkan di pemakaman yang sama dengan Appa Haechan dan karena itu Jeno membeli 2 buket bunga dia berniat sekalian ke makan eommanya.

Mendengar itu Haechan tersenyum dan melangkah lebih dekat pad Jeno, "aku boleh ikut?" tanya Haechan.

Jeno, mencubit pelan hidung Haechan "asal kau gak bikin ulah" ucap Jeno yang berarti membolehkan Haechan ikut dengannya.

Merekapun mulai berjalan menuju makam eomma Jeno dengan langkah yang sama dan bersebelahan tanpa sadar tangan mereka mengatai dan saling menggenggam hingg tiba-tiba langkah Jeno terhenti dan genggamannya pada tangan Haechan menguat hingga Haechan meringis menahan sakit.

"No, kenapa?" tanya Haechan bingung.

Tanpa sepatah kata apa lagi menjawab pertanyaan Haechan, Jeno pelepas genggamannya dan berjalan beberapa langkah ke depan lalu menaruh bunga yang dia bawa di salah satu makam di depannya.

"Eomma, Nono datang eomma apa kabar? Nono merindukan mu tapi Nono tak bisa berlama-lama di sini, Nono minta maaf dan Nono janji akan kembali lagi" ucap Jeno menatap foto sang eomma yang ada di batu nisan tersenyum cantik mirip Jeno.

"Sampai bertemu lagi eomma" lanjut Jeno sebelum membungkuk memberi hormat dan kembali mendatangi Haechan.

"Ayo pulang" ucap Jeno meraih tangan Haechan untuk di tariknya tapi langkahnya kembali berhenti.

"Jeno! pulanglah Appa merindukanmu"

Suara lelaki paruh baya yang berdiri di depan makam eomma Jeno dan menjadi alasan Jeno tiba-tiba menghentikan langkahnya dan meremas tangan Haechan karena dia melihat sang Appa sosok yang sangat dia benci dan tak ingin ia temui lagi.

Haechan, yang baru tau lelaki paruh baya itu Appa Jeno segera menoleh kearah lelaki itu sesaat dan kembali menatap Jeno yang juga meliriknya dan mengisyaratkan pada Haechan untuk segera pergi.

"No"

Jeno, melepas genggamannya dan pergi dari sana meninggalkan haechn karena dia benar-benar tak ingin bertemu Appanya.

Haechan, yang bingung memilih membungkuk hormat pada Appa Jeno sebelum dia berlari mengejar Jeno yang sudah lebih dulu pergi.

Flashback Off.

"Karena dia...??"



- - -ooOoo- - -

Bingung..???

Tenang... bentar lagi end dan bakal aku jelasin Okay 🤣

"100 Day's" {Nohyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang