"Tigapuluh lima"

4K 372 7
                                    

"Tigapuluh lima"













Brugh!

Jeno, yang ada di bawah selimut meringis menahan sakit saat sesuatu menindihnya secara tiba-tiba.

"Jeno, bangun" rengek Haechan yang entah kesurupan apaan itu tengah malem datang ke kamar Jeno dan langsung lompat gitu aja.

Brugh!

Jeno, mendorong Haechan hingga menyingkir dari atasnya dan terjatuh di ranjang di sampingnya.

"Kau kenapa Hah!?" kesal Jeno.

Dan bukannya menjawab, Haechan justru menatap Jeno dengan mata yang berkaca-kaca membuat jeno terdiam.

"K-kau kenapa?" tanya Jeno mulai panik melihat Haechan yang akan menangis.

"Gak jadi" ucap Haechan langsung beranjak dan keluar dari kamar Jeno.

"Kenapa sih? sensitif amat kayak orang hamil, dan masa dia nangis cuma karena aku mendorongnya?" gumam Jeno yang benar-benar bingung dengan tingkah Haechan satu hari ini.

Brak!

Jeno, yang akan kembali tidur di kejutkan oleh suara pintu yang tertutup dengan keras dan itu membuatnya penasaran sehingga dia memutuskan untuk beranjak dari ranjangnya.

"Chan.. Chan... mau kemana?" tanya Jeno sambil kuluar dari kamarnya mengejar Hachan yang akan menuruni tangga.

Srak!

Jeno, berlari dan meraih pergelangan tangan Haechan mehannya membuat langkah Haechan terhenti, "Kau mau keman?" tanya Jeno lagi.

Haechan, menoleh ke arah Jeno yang membuat Jeno terkejut melohat mata sebam dan wajah basah Haechan.

"K-kau kenapa?" tanya Jeno.

Dan bukannya menjawab Haechan malah berusaha melepaskan genggaman tangan Jeno, "Lepas" ucap Haechan yang masih berusaha ngelepasin tangan Jeno dari lengannya.

"Gak! aku gak akan ngelepasin kamu sebelum kamu kasih tau aku mau kemana" ucap Jeno yang tak di hiraukan oleh Haechan.

Srak!

Jeno, menarik Haechan ke pelukannya dan memeluknya dengan paksa.

"Lepas ih, Jeno lepas"

Haechan, memberontak di dalam pelukan Jeno tapi karena tenaga Jeno 3x lebih luar ya itu sia-sia dan hanya buang-buang tenaga doang.

"Kau kenapa? kenapa menangis?"

Karena tak berhasil melepaskan diri akhirnya Haechan mengalah dan diam di pelukan Jeno.

"Jawab aku kenapa kau menangis?" tanya Jeno lagi.

"Aku mimpi buruk, aku mimpi Appa ku, aku merindukan appaku hiks" ucap Haechan yang sebenarnya membuat Jeno ingin marah padaha Haechan yang seperti anak kecil menangis hanya karena mimpi buruk dan merindukan sang Appa.

Tapi di sisi lain Jeno juga merasakan dan melakukan hal yang sama saat mengingat kematian dan merindukan eommanya.

"Besok libur, kau mau ke makam Appamu? akan mengantarmu" ucap Jeno membuat Haechan mengangkat kepalanya menatap Jeno yang malah melotot menyadari posisimereka.

"Yak!" teriak Jeno melepas pelukannya ngebuat Haechan bingung.

"Apa?" tanya Haechan.

"Gak!" jawab Jeno sambil melenggang pergi menuju kamarnya meninggalkan Haechan yang hanya bisa terdiam terbengong melihat tingkah Jeno yang mungkin penyakit saltingnya lagi kambuh.

Cklek!

"Jangan kemana-mana dan kembali ke kamarmu tidur, besok pagi aku antar kau ke makam Appamu" lanjut Jeno yang kembali membuka pintu kamarnya dan hanya mengeluarkan kepanya.

Haechan, yang masih belum beranjak dari tempatnya bahkan dia belum dasar dengan apa yang sudah terjadi hanya mengangguk paham.

- - -ooOoo- - -

"Ayo turun, ini untuk Appa mu dan ini untuk eommaku" ucap Jeno memberika karangan bunga pada Haechan sebelum mereka turun dari mobil.

"Kapan?"

Jeno, menghentikan aktifasnya dan melihat ke arah Haechan, "apanya?" tanya Jeno.

"Kapan kau menyiapkan ini?" tanya Haechan sambil melihat karangan bunga yang terlihat tidak murah itu.

"Pentingkah kau tau kapan aku menyiapkannya?"

"Iya lah! kalau ternyata ini nyolong gimana?"

"Yak! Byun Haechan, kau pikir aku gak mampu beli itu bunga apa? ngebeli dirimu buat di nikahin aja aku mampu" ucap Jeno.

Haechan, melihat ke arah Jeno sambil tersenyum lalu  "hehehe.... ini romantis tau, makasih Nono" ucap Haechan sambil mencubit pelan pipi Jeno lalu keluar mobil lebih dulu meninggalkan Jeno yang spot jantung.

"Romantis katanya, itu kan bunga untuk orang mati anjirr, kemarin di kasih kejutan ngamuk-ngamuk sekarang bilang romantis? dia manusia apa dedemit sih" batin Jeno melihat Haechan yang sudah melambaikan tangan memanggilnya di depan gerbang pemakanan.

Tenang gaesss, bunganya di bungkus plastik sama Jeno, jadi Haechan gak bersin-bersin, dia alergi bunga buka phobia, jadi masih bisa nyentuh bunga asal di bungkus rapi dan tidak kontak secara langsung dengan bunganya.

- - -ooOoo- - -

Setengah setan dia No, mangkanya di kasih bunga orang mati bilang romantis 😅😅.

"100 Day's" {Nohyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang