"Empat belas"

5.5K 551 23
                                    

"Empat belas"













Jeno dan Haechan duduk di balkon kamar Jeno padahal jam sudah menunjukkan pukul 02:45 dini hari.

"No" panggil Haechan membuat Jeno yang duduk di sebelahnya menoleh.

"Apa?"

"Aku minta maaf" ucap Haechan dengan kepala memunduk menatap gelas berisi coklat hangat di tangannya.

"Hhmmm"

Haechan, menoleh ke arah Jeno yang menatap lurus ke depan menatap kegelapan langit.

"Aku benar-benar minta maaf, kau boleh menambah masa hukumanku asal kau memaafkan aku" ucap Haechan yang asal bicara tak tau aja kalau di dalam hati Jeno susah berteriak penuh kemenangan.

"Oh! ya udah hukuman aku tambah 100 hari lagi" ucap Jeno enteng.

"Eh! kok banyak banget?" ucap Haechan.

Jeno, menoleh ke arah Haechan yang menatapnya bingung, "50 hari karena kau menolak tidur dengan ku dan 50 hari lagi kau membuatku gila" ucap Jeno sambil beranjak dari duduknya dan masuk kedalam menunggalkan Haechan.

Haechan, yang baru sadar ada yang gak beres segera beranjak dan ikut masuk menyusul Jeno yang sudah terbaring di ranjang.

"Yak! kau kan sudah gila dari awal, kenapa aku yang di salahin" ucap Haechan berdiri di samping ranjang.

Dan Jeno memilih menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya dan memejamkan mata mengabaikan Haechan yang masih terus mengomel.

- - -ooOoo- - -

Keesokan harinya semua sudah kembali normal, Jeno yang sudah sembuh dari demam dadakannya dan Haechan yang sudah mulai mengerjakan sesuai hukumannya selama 100 hari di apartement Jeno.

"Pagi!" sapa Jeno dengan senyum tapi malah membuat Haechan heran.

"Kenapa kau?" tanya Haechan.

Jeno, yang sudah duduk di meja makan metap ke arah Haechan "apanya yang kenapa?" tanya balik Jeno.

"Tumben nyapa" ucap Haechan sambil meletakkan sandwich di atas meja.

"Nyapa salah gak nyapa di bilang sombong, mau mu apa coba" ucap Jeno.

"Dich! baper~"

Entah setan apa yang merasuki Jeno di pagi hari, Jeno segera beranjak setelah di katain baper oleh Haechan dan dia melenggang pergi.

"No!" panggil Haechan tapi Jeno tak menggubris dan tetap jalan keluar apartement membuat Haechan mau tak mau membungkus sarapan mereka dan langsung berlari mengejar Jeno.

Brak!

"Kau ini kenapa sih?" tanya Haechan setelah sampai di mobil Jeno.

Jeno, yang masih ngambek dengan alasan tak jelas itu melipat kedua tangannya dan membuang muka.

"Hhuufff... maaf deh maaf" ucap Haechan yang akhirnya mengalah.

"Hukum aku nambah 50 hari"

Haechan, membuka mulutnya lebar-lebar "apa kau beneran gila? semalam kau naik kan 100 hari sekarang kau tambah lagi 50 hari, kenapa gak sekalian kau nikahin aku aja biar bisa terus bersamamu" ucap Haechan.

Jeno, yang mendengar ucapan Haechan seketika tersemyum dan perlahan menoleh ke arah Haechan.

"Kau mau nikah denganku?" tanya Jeno.

Haechan, menjadi salah tingkah karena pertanyaan Jeno yang malah menganggap ucapannya serius "Gak!" jawab Haechan yang sekarang gantian membuang muka.

"Ahahaha...." tawa Jeno pecah saat dirinya merasa berhasil ngerjain Haechan dan sekarang membuat Haechan salting sekaligus ngambek.

"Jaem, mungkin kau benar" gumam Jeno sambil menyalakan mesin mobil dan mengambil sandwich yang ada di pangkuan Haechan lalu menginjak gas pergi ke sekolah.

Flashback oN.

Malam di mana Jeno ngakak Haechan tidur dan Haechan menolak, Jeno sempat menghubungi Jaemin untuk menemaninya mabuk di baskem mereka dan itu udah hal biasa bagi Jaemin ya jadinya di iyain.

Tapi selama perjalanan mereka terus melakukan panggilan dan di sana Jeno cerita tentang kejanggalan yang ada pada dirinya ke Jaemin.

"Jaem?"

"Hhmmm"

"Apa yang kau rasain saat kau menyukai seseorang?" tanya Jeno.

"Maksudmu suka gimana?"

"Ya suka"

"Ya sukanya tuh gimana? kayak kau suka sama suatu barang atau kau suka yang sayang pengen milikin?"

"Gak tau"

"Lah monyet!"

"Ya kan aku gak tau mangkanya aku tanya"

"Hhmmm... iya juga sih selama ini kau kan gak pernah pacaran, eh! tunggu, kau sedang jatuh cinta Jen? wihh.. kau bisa jatuh cinta Jen"

"Mulai ngledek kau ya, kau pikir aku hewan apa"

"Aku pikir kau alien, hewan punya juga punya nafsu ena-ena ya, sedangkan kau gak punya ahahahahaha..."

Jeno, mematukan sambungan secara sepihak setelah mendengar tawa Jaemin, tapi Jeno mematikan panggilan bukan karena dia marah di ejek Jaemin, melainkan emang dia udah sampai di tempat tujuan.

Sesampainya di gedung tua yang di anggap markas mereka itu, Jeno segera masuk kedalam yang ternyata Jaemin sudah lebih dulu ada di sana.

"Lama banget" ucap Jaemin sambil memberikan sebotol bir untuk Jeno.

Sedangkan Jeno tak menjawab dan hanya menerima botol bir itu lalu duduk di depan Jaemin.

"Kenapa kau?" tanya Jaemin dan Jeno hanya menggelengkan kepalanya, "tumben jam segini baru nelfon" lanjut Jaemin yang paham akan Jeno.

Masih rada jawaban dari Jeno membuat Jaemin memilih diam dan mereka menikmati minuman di temani kacangcap dua burung gagak.

"Kalau kau suka sama seseorang lebih baik kau ungkapin sebelum orang itu pergi dan kau hanya bisa menyesal" celetuk Jaemin tiba-tiba.

"Haechan" ucap Jeno tiba-tiba juga dan itu membuat Jaemin melihat ke arah Jeno dan langsung menghela nafas.

"Kamper udah tepar" ucap Jaemin"

"Haechan"

Lagi-lagi Jeno memanggil nama Haechan dengan mata tertutup dan malam itu Jeno memanggil nama Haechan sampai akhirnya dia tak sadarkan diri.

Flashback Off.

Haechan, hanya diam memandangi pepohonan di pinggir jalan dan pengendara lain yang berlalu lalang di pagi itu sambil memakan sandwich buatannya.

- - -ooOoo- - -

Cieekkk mulai ada kupu" malam... 🤣

Gaes...Gaes... aku punya Book baru wehhh pair Nohyuck 🤭

"100 Day's" {Nohyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang