"Empatpuluh Delapan"

3.2K 288 9
                                    

"Empatpuluh Delapan"







Satu minggu berlalu dan Haechan sudah mulai melupakan kematian Somi dan memulai aktifitasnya seperti hari-hari bisa.

Brak!

Haechan, yang sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Jeno sebelum mereka berangkat ke sekolah di buat reflek menoleh dan sedikit mendongak melihat ke arah kamar Jeno yang ada di lantai atas saat dia mendengar suara seperti benda jatuh.

"Apa yang dia lakukan?" gumam Haechan sebelum lanjut memasak.

Brak!

Brugh!

Dubrak!

"Yash! Lee Jeno apa yang sebenarnya kau lakukan hah!" geram Haechan yang akhirnya mematikan kompor dan mulai berjalan menuju lantai atas lebih tepatnya ke kamar Jeno.

BRAK!

Haechan, terdiam melihat posisi Jeno dengan kaki di atas dan kepala di bawah tangan terlentang.

"A-apa yang kau lakukan?" tanya Haechan.

Perlahan Jeno membenarkan posisinya lalu berdiri dan berjalan mendekati Haechan.

"Kau di pecat" ucap Jeno.

"Hah?!"

"Iya kau di pecat, bisa-bisanya ada kecoak di kamarku, kau bisa bersih-bersih gak sih, aku sudah memba-" ucapan Jeno terhenti saat melihat Haechan melotot ke arahnya.

"Apa? kenapa berhenti, ayo lanjut...mamba apa..??"

"Gak jadi di percaya deh" ucap Jeno Sambel berencana kabur dari Haechan tapi itu hanya rencana karena Haechan berhasil meraih ikat pinggangnya dan menariknya kembali ke hadapan Haechan.

"Aku di sini dua bulan lebih, bersih-bersih, masak, nyuci, udah kayak babu aku, tanpa kau gaji dan kau masih nyalahin aku? itu salahmu sendiri kalau tidur jendela gak pernah kau tutup, siapa tau itu kecoa terbang dari luar masuk ke kamarmu, kenapa jadi aku yang kau sal-"

Chup!

Gak kuat telinga Jeno dengar Haechan ngomel mangkanya dia narik Haechan dan mempertemukan bibir mereka biar diem tu uke.

Dan ya... suara berisik yang di hasilkan Jeno itu karena Jeno lagi kejar-kejaran sama kecoak yang entah darimana datangnya.

- - -ooOoo- - -

Brak!

Haechan, menganting pintu mobil Jeno untuk kedua kalinya setelah seminggu lalu Haechan melakukan hal yang sama saat mereka mencari Somi.

"Lama-lama aku lepas juga tu pintu mobil" gumam Jeno sambil keluar dari mobil dan mengejar Haechan.

Brugh!

Aaww~

"Haechan, kamu tak apa-apa? maaf ka-"

"Yak! kak Renjun kalau jalan bisa bener gak sih? jalan tuh matanya di pakek, kalau aku patah tulang gimana?"

Jeno, yang tadinya ngejar Haechan seketika berhenti tak jauh dari Haechan dan Renjun berdiri saat dia melihat Haechan kembali ngomel.

Sedangkan Renjun yang ada di hadapan Haechan hanya bisa cengoh sambil celingunkan melihat sekitar di mana siswa/i yang sudah sampai di sekolah dan ada di lorong melihat ke arahnya.

"T-tadi kakak tak seng-"

"Apa...apa... tak seng apa... ayo ngomong"

Sebenarnya Jeno bahagia gitu lihat rival nya di semprot sama crush nya, tapi lama-lama gak tega juga lihat wajah Renjun yang sepertinya udah kena mental.

Srak!

Dan akhirnya Jeno mendekati mereka lalu mengangkat Haechan seperti karung beras begitu saja dan membawa Haechan menjauh dari hadapan Renjun yang hanya bisa terdiam melihat kepergian mereka.

Brugh!

Jeno, menjatuhkan tubuh mungil Haechan di atas sofa usang yang ada di gudang sekolah.

"Hah!" hela nafas Jeno berat "Sekarang katakan, kau ini kenapa hhmm?" tanya Jeno dengan nafas yang sedikit tersengal karena lelah mengendong Haechan.

"Apa nya?" tanya balik Haechan.

"Aishh..!! malah balik tanya, kau ini kenapa..?? ngomel mulu kek emak-emak micin nya hilang" ucap Jeno.

"Enggak tuh"

Jeno, menatap Haechan dengan tatapan datar dan dia mulai berjalan mendekati Haechan.

Brugh!

Jeno, mengukuh Haechan yang hanya menatapnya polos yang mana itu membuat Jeno mati-matian menahan nafsunya untuk tidak menyerang Haechan detik itu juga.

Chup!

Mata Jeno membola saat Haechan tiba-tiba menarik tengkuknya dan mempertemukan bibir mereka.

"C-Chan"

Haechan, tak menjawab dan malah menutup matanya lalu mulai melumat pelan bibir Jeno.

"ggghhhh~"

- - -ooOoo- - -

Kalian teh kenapa 😭😭😭😭

"100 Day's" {Nohyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang