"Tiga"

7.7K 774 21
                                    

"Tiga"













Jeno dan Haechan berdiri di pinggir jalan di sebuah jembatan dan mereka duduk di pembatas jembatan itu menatap ke arah sungai yang terbentang di hadapan mereka.

Ya, Jeno emang anak orang kaya, mobil bagus pakaian ber merk tapi dia anak rebel yang milih nongkrong tuh di jembatan di gedung kosong, kek gitu-gitu di banding di cafe atau mall.

"Aku/aku"

Kedua terdiam saat tak sengaja membuka suara secara bersamaan.

"Kau ngomong duluan" ucap Haechan.

"Umm... aku mau ngomong soal ganti rugi mobilku" ucap Jeno membuat Haechan memutar bola matanya malas karena ujung-ujungnya tentang mobil.

Mereka memang satu kelas tapi karena beda kasta dan pergaulan, ya jadinya mereka gak pernah ngobrol, baru tau namanya aja tadi pagi gara-gara Haechan gak sengaja lempar kaleng yang membuat mobil Jeno lecet.

"Hah! tau aku, dan aku mau menemuimu juga mau bicarakan ini" ucap Haechan yang langsung mendapat tatapan dari Jeno.

"Apa?" tanya Haechan yang benarnya sedikit terkejut dengan tatapan Jeno, "aku gak akan ngemis belas kasih lagi" lanjut Haechan.

"Lalu?"

"Aku cuma mau bilang kalau aku menerima tawaranmu selama 100 hari dan masalah ganti rugi lunas" ucap Haecha.

"Kenapa?"

Haechan, menoleh ke arah Jeno yang ada di sampingnya "Kenapa apanya?" tanya Haechan.

"Kenapa kau mau?"

Lagi-lagi Haechan memutar bola matanya malas "Ini orang ngeselin banget ya, kan aku udah bilang kalau aku gak bakal bisa bayar, dan tadi aku cerita ke eommaku  masalah ini lalu eommaku menyuhku untuk tetap tanggung jawab, dan tak ada pilihan lain selain nerima tawaranmu itu" ucap Haechan.

Flashback oN.

Taeyon, membawa anaknya masuk kedalam toko dan duduk di kursi yang tersedia di sana.

"Coba cerita" ucap Taeyon dengan lembut.

"Eomma, echan minta maaf" ucap Echan masih dengan kepala menunduk entah lagi takut atau emang dia lupa cara dongak mangkanya nunduk mulu.

"Kau melakukan kesalahan?" tanya Taeyon yang paham akan anaknya dan Haechan pun mengangguk.

Taeyon, tersenyum dan mengusap bahu Haechan yang mana membuat Haechan menatap eommanya.

"Aku tak sengaja membuat rusak mobil teman sekolah ku, dan dia memintaku untuk ganti rugi" ucap Haechan mulai menjelaskan kejadian di sekolah tadi.

"Lalu?"

"Dia minta $3000"

Taeyon, sedikit terkejut mendengar nominal itu tapi yang namanya bertanggung jawab sudah di pegang teguh di keluarganya jadi dia tetap berusaha untuk tenang dan membiarkan anaknya menyelesaikan ceritanya.

"Dia memberiku pilihan, aku harus bayar $3000 atau aku bersih-bersih di rumahnya selama 100 hari"

"Echan jawab apa?"

Haechan, menggelengkan kepalanya "aku belum menjawabnya karena bingung kalau bayar $3000 kita uang dari mana? dan kalau aku tinggal di rumahnya eomma bagaimana?" ucap Haechan.

"Eomma, baik-baik saja jangan mengkhawatirkan eomma karena kamu harus tanggung jawab dengan apa yang sudah kamu perbuat"

Ibu mana yang tega melihat anaknya menderita tapi tak ada pilihan lain untuk Taeyon yang berpikir kalau misal anaknya tak tanggung jawab nanti malah di bawa kerabat hukum, ya kan orang kaya kadang gak ngotak.

Haechan, menatap eommanya dalam dan berhambur kepelikannya sebelum ponselnya bergetar dan terlihat nama Jeno sedang melakukan panggilan padanya.

Flashback Off.

"Nah kan, , emang harusnya gitu tau, kau harus tanggung jawab, bener itu kata eommamu" ucap Jeno setelah mendengarkan cerita Haechan yang akhirnya memilih menjadi babu Jeno selama 100 hari"

"Aku dorong kau ya lama-lama, ngeselin banget jadi orang" kesal Haechan mendengar ucapan Jeno.

"Dich selow dong, ya udah kita mulai dari malam ini" ucap Jeno.

"Hah?!"

"Apa?"

"Ya kau jangan gila, masa malam ini? Aku belum membereskan baju ku belum mengucapkan perpisahan pada eomma ku"

"Ya kalau gitu ayo sekarang, aku antar kau pulang"

Haechan, hanya terdiam dengan mulur terbuka saking tak percayanya dengan apa yang Jeno lakukan.

"Yak! cepet turun waktu kita gak banyak"

"Ck! Kaya sih kaya tapi otaknya gak ada"

"Ngomong apa kau?"

"Enggak, itu tadi ada lumba-lumba"

Jeno, melihat ke arah sungai saat Haechan berkata ada lumba-lumba yang sudah pasti itu berbohong, ya mana ada gitu lumba-lumba di sungai, Jeno nya aja yang goblok percaya sama ucapan Haechan.

"Mana?" tanya Jeno.

"Kan bener otaknya gak ada, miris" gumam Haechan lagi sambil turun dari pembatas dan meninggalkan Jeno yang masih celingukan mencari lumba-lumba yang di bilang Haechan.

"Woe!"

Jeno, melihat ke arah Haechan yang sudah berdiri di samping mobilnya.

"Ngapain sih?" tanya Haechan.

"Cari lumba-lumba yang kau bilang" jawab Jeno.

Sungguh Haechan beneran ingin dorong Jeno sampek terjatuh ke sungai biar hanyut ke Afrika.

- - -ooOoo- - -

Jeno radak" emang

"100 Day's" {Nohyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang