"Empatpuluh"

3.8K 394 17
                                    

"Empatpuluh"













"Jadi?"

Jeno, mengangkat kepalanya dan menatap Haechan yang juga menatapnya dengan tatapan penuh harapan.

"Aku tak tau" jawab Jeno membuat ekspresi Haechan seketika berubah menjadi datar.

"Au ah! terserah kau aja No" balas Haechan sambil beranjak dari duduknya dan akan kembali pergi meninggalkan Jeno.

"Yak, tunggu~" rengek Jeno sambil menahan pergelangan tangan Haechan.

Haechan, menoleh ke arah Jeno yang memasang wajah memelas membuatnya luluh untuk kesekian kalinya dan kembali duduk.

"Mau bagai mana pun dia Appa mu No, kau harus menemuinya dan tanya yang sebenarnya" ucap Haechan yang sepertinya semakin ingin Jeno menemui Appa nya setelah mendengar cerita Jeno.

Flashback oN.

"Temani aku makan" ucap Jeno lirih sambil memeluk Haechan membuat Haechan luluh.

"Tapi kau menceritakan kenapa kau menghindari Appamu" ucap Haechan.

Jeno, melepas pelukannya dan menatap dalam manik Haechan sebelum akhirnya dia mengangguk mengiyakan permintaan Haechan dan untuk pertama kalinya Jeno akan menceritakan tentang hidupnya pada orang asing yang bahkan 3 sahabatnya pun tak tau.

Srak!

Haechan, kembali menarik kursi dan duduk di ikuti oleh Jeno yang melakukan hal sama dengan yang di lakukan Haechan.

"Sekarang katakan apa yang membuatmu benar-benar tak mau menemui Appamu?" ucap Haechan mengawali percakapan mereka.

"Dia...dia... dia membunuh eommaku" ucap Jeno dengan kepala menunduk.

Mendengar itu Haechan sedikit terkejut tapi berusaha terlihat tenang karena dia yakin tuan Lee tak mungkin melakukan hal itu.

"Dari mana kau tau Appamu melakukan itu?"

Pertanyaan Haechan membuat Jeno Flashback kejadian beberapa tahun lalu di mana dirinya tak sengaja melewati ruang kerja sang Appa dan tanpa sengaja juga dia mendengar percakapan sang Appa dengan seseorang.

*Jeno Flashback.

"Apa kau gila? mana mungkin aku membunuh istriku sendiri?"

Jeno, reflek menutup mulutnya saat mendengar kata membunuh dari sang appa.

"Tapi tuan ini demi jabatan anda, istri anda sebagai penghalang di sini"

"Tapi...tapi... apa gak ada cara lain selain membunuh Hah?"

"Tidak tuan, istri anda C.E.O satu-satunya di perusahaan itu, dan jika istri anda mati secara otomatis perusahaan akan jatuh ke tangan aden Jeno dan karena aden masih belum cukup umur anda sebagai appa memegang kendali penuh perusahaan itu"

Jeno, melihat appanya mondar-mandir sambil memijat kepalanya yang mungkin terasa pusing karena dia harus memutuskan satu pilihan kehilangan perusahaan yang hampir bangkrut atau kehilangan istrinya.

"Kita bicarakan ini lagi nanti" ucap tuan Lee dan orang bawahannya itu langsung membungkuk hormat sebelum berjalan keluar ruangan yang mana itu membuat Jeno segera berlari menjauh sebelum ketahuan dirinya menguping.

Sejak kejadian itu Jeno selalu berusaha melindungi eommanya tapi apa daya dia yang masih terbilang belia tak bisa berbuat apa-apa karena pada akhirnya kabar kematian eommanya terdengar olehnya.

Brak!

"Jeno?"

Tanpa sepatah kata Jeno berjalan mendekati tuan Lee dan melayangkan pukulan tepat di wajah Appanya.

"Jeno, apa yang kau lakukan Hah?!"

"Appa, yang membunuh eomma kan?"

"Apa maksudmu?"

"Aku mendengarnya sendiri Pa"

"Jeno, Appa bisa jelaskan"

Jeno, menggelengkan kepalanya dengan air mata yang selama belasan tahun tak pernah keluar dari mata puppy nya kini air mata itu membasahi wajah tampannya.

"Jeno, membencimu Pa, sangat membencimu" ucap Jeno sebelum akhirnya keluar meninggalkan sang Appa yang hanya bisa menggeleng sambil bergumam kalau tuduhan Jeno atas meninggalnya nyonya Lee itu tak benar.

Flashback Off.

Haechan, hanya diam memdengar cerita Jeno tentang kematian eommanya yang menjadi awal kebencian Jeno pada Appanya.

"Sekarang kau tau kan kenapa aku tak mau lagi menemuinya"

"Uummm.... Tapi itu tetap salah"

Mendengar itu Jeno reflek menoleh ke arah Haechan dengan sebelah alis terangkat..

"Kau hanya mendengar tanpa ada kejelasan dan aku yakin tuan Lee tak akan melakukan itu"

"Tu-tunggu, kau bilang tuan Lee? kau mengenal Appa ku?"

Haechan, melihat ke arah Jeno dan tersenyum membuat Jeno semakin bingung dengan Haechan.

Srak!

Haechan, menggeser kursinya dan berdiri lalu mendekati Jeno "karena aku calon eomma baru mu" bisik Haechan sebelum dia lari menuju kamarnya mengantisipasi amukan Jeno.


- - -ooOoo- - -

Chan lu jangan ngadi" ya... lu sama Njun aja dia ngamuk kok malah mau sama bpk nya pula kau.

"100 Day's" {Nohyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang