"Empatpuluh sembilan"

3.5K 277 24
                                    

"Empatpuluh sembilan"
















Jeno dan Haechan duduk bersebelahan dengan kepala menuduk.

"Jelaskan pada Appa/Eomma"

Haechan dan Jeno saling menatap satu sama lain saat orang tua mereka berbicara secara bersamaan.

"Sepertinya jodoh deh mereka" celetuk Jeno.

"Apa kita jodohin aja" timpal Haechan.

"Yak! mana bisa gitu, kalau mereka menikah berarti kita gak bisa nikah dong"

"Dich, emang aku mau nikah sama kamu, lagian kita bukan saudara kandung yang gak ada hubungan darah, jadi tetap bisa nikah lah"

"Bener juga sih"

Brak!

Tuan Lee menggebrak mejak yang ada di depannya sehingga perdebatan gak jelas Jeno dan Haechan terhenti.

"Kalian ini kenapa? Appa mendudukkan kalian di sini untuk meminta penjelasan dengan apa yang kalian lakukan, kenapa malah debat sendiri" ucap tuan Lee panjang lebar tapi sepertinya Jeno dan Haechan tak perduli, padahal beberapa menit lalu mereka terlihat seperti orang yang akan di hukum gantung.

Tuan Lee kembali duduk dan menghela nafas untuk menetralkan emosinya "Nyonya Silahkan anda bicara terlebih dulu" ucap tuan Lee pada Taeyon.

Taeyon, atau eomma Haechan mengangguk dan tersenyum sopan pada tuan Lee sebelum dia berbicara.

"Terimakasih tuan" ucap Taeyon sebelum beralih pada Haechan yang ada di hadapannya.

"Channie?" panggil Taeyon dan Haechan mengangkat wajahnya menatap sang eomma.

"Channie, tau apa salah Channie?" tanya Taeyon.

Haechan, mengangguk "Tau eomma, tapi itu salah Jeno bukan echan loh Ma" ucap Haechan membuat Jeno seketika melihat ke arahnya.

"Yak babi! kenapa aku coba" ucap Jeno sedikit ngegas.

"Kamu lah, coba kamu gak nyerang leher aku, pasti aku juga gak akan kebawa nafsu" elak Haechan.

"Yash! kan kamu duluan yang narik aku trus cium aku"

"Ya kan aku khilaf, kalau kamu masih sadar kenapa gak nolak coba?"

"Heh! aku cowo normal ya, di kasih yang enak masa di sia-sia in"

"Tuhkan, jadi itu salahmu yang kelebihan hormon jadi nafsuan"

Haechan dan Jeno saling menatap dengan tatapan tajam tak ada yang mau ngalah siapa yang salah dan itu membuat tuan Lee dan nyonya Byun hanya bisa menghela nafas mereka melihat tingkah anak mereka masing-masih.

Flashback oN.

"Kak, kak Renjun?"

Renjun, sedikit terperanjat saat seorang siswa menepuk bahunya dan membuatnya tersadar dari lamunan.

"I-iya?"

"Kakak gak apa-apa?"

Renjun, menggeleng sambil tersenyum pada siswa itu sebelun dia teringat akan Haechan.

"Ah! Iya aku harus pergi bye" ucap Renjun sebelum berlari ke arah di mana Jeno membawa kabur Haechan.

Ya, meski Renjun sempat termenung tapi dia dengan sangat melihat Jeno dan Haechan pergi ke arah mana.

Renjun, berlari dan melihat satu persatu setiap ruangan yang dia lewati sampai tanpa sadar dia berada di ujung bangunan yang kana tersisa satu ruangan di sana yaitu gudang.

"Gak mungkin kan mereka kesini?" gumam Renjun "tapi aku tadi jelas melihat mereka berjalan ke arah sini? atau aku salah lihat? kalau salah lihat berarti mereka kemana?" lanjut Renjun terus bertanya pada dirinya sendiri.

Dan karena tak ada jawaban, Renjun memilih untuk memutar arah dan kembali ke kelas.

"Aaahhh~"

"Tunggu!" Renjun menghentikan langkahnya saat telinganya menangkap suara desahan.

"Gghhhh~"

"Aaahhh~"

"Aaahhh~"

Perlahan Renjun kembali memutar tubuhnya dan mulai melangkah mendekati gudang itu.

"Sssttt....Aaahhh~"

Brak!

Jeno dan Haechan yang sudah dengan ke adaan setengah telanjang itu terkejut dengan ke datangan kepala sekolah dan Renjun yang membuka pintu gudang dengan kasar.

"Apa yang kalian lakukan..!!!?"

Dan ya, Renjun mengadukan perbuatan Haechan dan Jeno yang pada kepala sekolah yang akhirnya mengharuskan Tuan Lee dan nyonya Byun di panggil ke sekolah.

Flashback Off.

Brak!

Brak!

"Besok kalian tunangan" ucap tuan Lee setelah menggebrak menja dua kali untuk merelai perkelahian Jeno dan Haechan.

"Apa?!"

"Gak ada penolakan, perbuatan kalian memalukan dan ini udah keputusan eomma dan tuan Lee"

Haechan, menoleh ke arah eommanya, "k-kapan eomma rundingannya?" tanya Haechan.

Taeyeon, tak menjawab dan malah fokus pada tuan Lee sebelum mereka lanjut membicarakan pertunangan Jeno Haechan mengabaikan dua bujang yang hanya bengong melihat orang tua mereka masing-masing.

- - -ooOoo- - -

Brak!

"Yak! bisa gak sih nutup pintunya pelan aja" teriak Haechan yang terkejut karena Jeno menurup pintu apartemen dengan tidak santainya.

Chup!

"Cepet tidur, udah malem besok kita pasti sibuk seharian" ucap Jeno yang malah mencuri kecupan pada pipi kiri Haechan sebelun dia mengingatkan Haechan untuk cepat tidur karena besok adalah hari pertunangan mereka yang pastinya akan memakan waktu seharian.

"Aihs! aku gak pernah membayangkan menikah dengan orang sepertimu" gumam Haechan.

"Sama, aku berpikir akan menikah dengan lelaki tampan dan kaya raya bukan kacung sepertimu.

"YAK! LEE JENO!!!"

Mendengar terikan Haechan, Jeno yang sudah berjalan sampai di tengah tangga segera berlari menuju kamarnya dan menutup pintu bahkan menguncinya.

Takut dia di amuk maung yang bentar lagi jadi istrinya gara-gara kepergok mau ena-ena di gudang sekolah.

- - -ooOoo- - -

Alhamdulilah end... makasih ya gaesss... udah sabar nungguin aku Up sampek ending.

"100 Day's" {Nohyuck} || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang