BAB 4 ( MENYUSUL KE KOREA )

309 24 0
                                    

Amira menatap lurus ke arah persawahan itu semilir angin menerpa wajahnya dia hanya menghela nafas ketika mengingat semuanya

*Flashback

"Apa kamu tahu lelahnya bekerja huh ? Tidak! Aku rasa kamu tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya lelah bekerja! Kamu tahu bagaimana aku harus menahan rasa sesak di dadaku setiap hari hanya untuk memberimu uang!" Amira melihat ayah dan ibunya kembali bertengkar hanya karena masalah uang

Iya benda itu, benda yang di anggap semua orang penting itu nyatanya benda itu bisa menghancurkan keluarga secara perlahan

"Kamu tahu ? Aku selalu mengatakan jika putriku Amira sudah selesai kuliah maka aku tidak akan kembali bekerja! Tapi nyatanya setelah dia lulus aku masih harus bekerja juga! Kamu tahu kenapa ? Ini semua terjadi gara-gara kamu! Kalau saja kamu tidak menahannya untuk ikut bekerja di Puskesmas maka semua ini tidak akan terjadi! Dia pasti sudah bekerja dengan temannya di Jakarta atau dimanapun yang gajinya besar! Aku tidak menyalahkan putriku tapi aku menyalahkanmu! Karena secara tidak langsung kamu menahan putrimu untuk berkembang!!"

"Ya!! Salahkan saja diriku! Semuanya salahku! Aku juga tidak tahu bagaimana rasanya lelah bekerja! Yang aku tahu hanya tidur dan menerima uang saja! Itu kan yang ingin kamu katakan ? Apa kamu kira aku juga tidak lelah ? Aku juga lelah! Setiap hari aku harus bangun di pagi hari untuk mengupas buah! Aku harus memasak dan membereskan rumah! Aku juga lelah! Dan sebenarnya aku juga tidak ingin melihat kamu bekerja lagi karena kita memang sudah menua! Tapi pikirkan sekali lagi! Kami itu kepala keluarga! Sudah seharusnya kamu mencari nafkah bukan ?" Kali ini ibu Amira yang biasanya hanya diam ikut membalas perkataan ayah Amira

"Terserah!! Aku mau pergi! Rumah ini terasa sangat tidak nyaman lagi!" Tukas ayahnya lalu dia pergi dari sana meninggalkan ibunya yang menangis

Airmata Amira menetes begitu saja baru saja dia pulang tapi dia sudah di kejutkan dengan pemandangan ini

Sebenarnya jika ayahnya selalu marah memang sudah biasa namun kali ini ayahnya sampai membuat ibunya menangis

"Bu.." ucap Amira sebari memegang pundak ibunya lalu ibunya tersenyum hangat "tidak papa ibu sudah biasa" ibunya memang seorang wanita yang kuat

Amira mengangguk dan dia memeluk ibunya dari samping sementara ibunya mengelus tangan putri bungsunya itu

*Flashback off

"Aku harus segera mengambil keputusan, aku tidak bisa berdiam diri melihat keadaan ini, aku harus bertindak, gaji yang aku dapatkan dari kantorku sekarang sama sekali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluargaku, gajiku bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanku sendiri, tidak, aku tidak akan bisa terus bertahan dalam situasi seperti ini" gumam Amira dari dalam hati sebari menatap persawahan luas yang berada di hadapannya itu

"Tapi kemana aku harus pergi ? Dan ibu juga pasti tidak akan mengizinkanku, tidak tapi aku harus segera bertindak, pertama yang harus aku lakukan adalah mencari pekerjaan terlebih dahulu setelah itu barulah aku mengurus masalah izin dari ibu" Amira menghela nafasnya

Ddrrttt....Drrtttt....Ddrrrttt...

Amira merasakan ponselnya bergetar dia segera mengambil ponselnya yang berada di dalam saku bajunya dan layar ponsel itu memapangkan nama 'Mila'

Amira mendekatkan ponselnya ke arah telinganya "Halo assalamualaikum iya kenapa Mil ?" Tanya Amira

"Walaikumsalam Amira aku mau nanya kamu masih bekerja di Puskesmas kah ?"

"Iya kenapa ?"

"Kamu beneran tidak ada niatan mau keluar ?" Amira menghela nafasnya baru saja dia terpikirkan untuk keluar

ASMARA SANG KAPTEN GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang