BAB 25 ( PILIHAN SULIT )

194 15 0
                                    

"Cinta memang tidak selamanya akan indah apalagi untuk kita yang memang tidak bisa mengatakannya karena orang yang kita cintai adalah sahabat sendiri" ucap seseorang yang berhasil menyadarkan Saddil dari alam pikirannya

"Apa maksudmu ?" Tanya Saddil ketika dia membalikan tubuhnya menghadap pria yang saat ini tengah berjalan mendekatinya

Pria itu tersenyum simpul lalu menepuk pundak Saddil ringan "sudahlah aku tahu semuanya bahkan aku juga tahu tentang perasaan yang kau simpan untuk gadis penjual kue itu"

"Apa lagi yang kau tahu ?"

"Banyak, salah satunya aku juga tahu bahwa gadis itu tidak hanya dekat denganmu saja bahkan dia juga dekat dengan Asnawi bukan ?" Saddil menghela nafasnya

"Apa menurutmu Asnawi juga menyukainya ?" Tanya Saddil Egy tersenyum simpul ketika mendengar pertanyaan darinya "pertanyaanmu itu salah, harusnya kau menanyakan siapa yang gadis itu cintai kau atau justru Asnawi karena jika dia mencintaimu dan kau ingin mengorbankan cintamu demi sahabatmu maka tetap saja dia tidak akan bahagia, sebaliknya jika dia mencintai Asnawi dan kau lebih memilih memakasakan egomu maka dia juga tidak akan bahagia aku yakin itu" jelas Egy

"Hei bro yang kau sebut ego itu adalah cinta, terdapat perbedaan besar antara ego dan cinta" Egy kembali tersenyum simpul dan mengangguk "memang benar tapi perbedaannya itu sangat tipis bro"

"Aku sudah melihat banyak sekali kasus cinta berubah menjadi ego, misalnya ada seorang pria yang mencintai wanita tapi wanitanya tidak memiliki rasa yang sama dan si pria justru memaksanya untuk mencintainya apa namanya itu kalau bukan ego ?" Saddil menghela nafasnya dan mengangguk

"Definisi cinta menurut semua orang itu memang berbeda-beda" ucap Saddil "dan menurutmu ? Apa itu cinta ?" Tanya Egy lalu Saddil tersenyum simpul

"Mengikhlaskan, definisi cinta menurutku adalah mengikhlaskan orang yang kita sayang untuk mengejar kebahagiaannya, jika memang Amira mencintai Asnawi dan bukan aku maka aku akan melepaskannya" jelas Saddil sebari tersenyum tipis

"Dan lagian juga komitmenku dengan Amira itu hanya sebatas komitmen persahabatan tidak lebih dan kurang dari itu" Egy tersenyum dan menepuk pundak Saddil "aku tidak menyangka bahwa aku bisa memiliki sahabat yang bijak seperti dirimu"

Saddil tersenyum dan memegang pundak Egy "aku bijak karena orang di sekitarku juga bijak salah satunya adalah dirimu, apa kau tahu ? Yang membuat aku bisa berpikir bijak adalah semua perkataanmu tadi"

"Ya aku tahu kita berdua memang orang yang bijak tapi.." Egy menggantungkan kata-katanya "tapi apa ?"

"Tapi sayang selain bijak kau juga pemarah" lanjut Egy "kenapa kau bisa berpikir seperti itu ?"

"Hei bro aku sudah lama sekali berteman denganmu, aku juga sering melihat kau marah apalagi pada saat ada pemain lawan yang tidak sengaja melakukan pelanggaran keras kepada salah satu pemain kita" Saddil terkekeh ketika mendengar perkataan Egy

"Ya ya kau benar aku memang pemarah tapi aku hanya akan marah jika ada orang yang berusaha melukai orang yang aku sayang"

"Itu berarti aku harus mengingatkan Asnawi untuk itu" sesaat senyum Saddil menghilang ketika Egy mengatakan hal itu "apa perkataanku menyinggung dirimu kali ini ?" Tanya Egy ketika dia melihat perubahan dari wajah Saddil

Saddil terkekeh "mana mungkin seorang Saddil tersinggung dasar bodoh!" Ucap Saddil sebari sedikit menoyor bahu Egy dan hal itu tentu saja membuat Egy juga terkekeh

                                ***

"Permisi nona ada yang ingin bertemu denganmu" ucap Susi salah satu karyawan dari Indonesia juga yang bekerja di toko kue yang sama dengannya "siapa ?" Tanya Amira dia memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya dan segera ke depan untuk mengetahui siapa yang mencarinya di pagi buta seperti ini

"Kau ? Kenapa kau datang di pagi buta seperti ini ?" Tanya Amira ketika dia mengetahui ternyata yang dimaksud Susi tadi adalah Saddil "kenapa kau terkejut seperti itu ? Apa kau pikir hanya Asnawi saja yang bisa menemuimu di pagi buta seperti ini hm ?" Amira tersenyum simpul dan menggeleng "bukan begitu, aku hanya terkejut saja"

"Berbicara mengenai Asnawi apa kau sudah memiliki jawaban ?" Amira mengernyit bingung "jawaban ? Jawaban apa yang kau maksud ?"

"Jawaban mengenai siapa yang kau pilih, aku atau Asnawi ?"

Deg!

Amira cukup terkejut ketika dia mendengar perkataan Saddil "apa maksudmu ?"

"Tidak ada, aku hanya bertanya saja bagaimana jika nanti kau di hadapkan pada pilihan itu ? Siapa yang kau pilih ? Aku atau Asnawi ? Katakan" Amira menghela nafasnya dan tersenyum simpul

"Itu adalah pilihan yang sangat sulit, satu sahabatku dan satu lagi cintaku, aku tidak akan pernah bisa memilih salah satu dari kalian" jelas Amira

"Sahabat ? Aku pernah mendengar kau mengatakan kalau aku ini adalah sahabat pria terbaikmu jadi yang kau cintai itu adalah Asnawi ?"

Deg!

Perkataan Saddil kembali membuat Amira terkejut bahkan pipi gadis itu saat ini terlihat memerah

"A-apa yang kau katakan ? A-aku tidak mengerti" ucap Amira sebari mengambil lap yang berada di atas meja dan mulai mengelap meja yang saat itu bahkan terlihat sangat bersih

Hal itu tentu saja membuat Saddil semakin yakin bahwa gadis itu saat ini memang tengah salah tingkah dan itu berarti feeling yang dia miliki mengenai Asnawi dan Amira itu benar bahwa mereka berdua mungkin saja saling mencintai satu sama lain

Saat ini Saddil memang baru mengetahui Amira yang mencintai Asnawi tapi entahlah dia juga sangat yakin bahwa Asnawi rekan satu timnya itu juga sangat mencintai sahabat perempuannya ini

"Percuma saja jika kamu mengelak dari hal itu Amira karena tingkah dan pipimu itu tidak bisa membohongiku, hal itu membuatku semakin yakin bahwa kamu memang benar-benar mencintai dia" jelas Saddil

"Aku-"

Craannkk...

Perkataan Amira terpotong ketika dia mendengar sesuatu yang berisik sepertinya itu adalah salah satu benda yang terjatuh

Fokus Amira dan Saddil saat ini beralih ke sumber suara itu dan mereka terkejut ketika melihat siapa yang berdiri di ambang pintu saat ini

"Asnawi" ucap Amira dia hendak menghampiri Asnawi tapi pria itu pergi begitu saja dari sana

"Kenapa dia pergi begitu saja ?" Tanya Amira sebari masih melihat punggung Asnawi yang semakin menjauh "hei kenapa kau masih disini Amira ? Cepat kejar dia mungkin dia sudah salah paham karena melihat kau bersamaku disini" jelas Saddil

Ddrrrttt.... Drrrttt....Drrttt...

Amira menatap ponsel miliknya yang kebetulan saat itu bergetar dia melihat layar ponsel itu dan layar ponsel itu memapangkan nama 'Mr. Kim' yang tak lain adalah bosnya

"Hei apa yang kau tunggu ? Cepat kejar cintamu Amira!" Tukas Saddil ketika dia melihat Amira masih tak bergeming "t-tapi bosku dia menelpon"

"Ckk... Kau bisa memberikan alasan kepadanya nanti sekarang yang terpenting adalah cintamu, kejar dia sebelum dia benar-benar jauh" ucap Saddil lalu Amira mengangguk dan dia segera mengejar Asnawi tapi dia juga tak lupa membawa ponselnya karena nanti setelah dia berhasil berbicara dengan Asnawi dia akan langsung menghubungi Mr. Kim bosnya

                                 ***

See you di next part

ASMARA SANG KAPTEN GARUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang