06

2.2K 102 0
                                    


"Gimana keadaan mereka, kak?" Tanya Lune melihat Zayden baru saja keluar dari ruangan VVIP, lengkap dengan stetoskop yang bertengger di bahunya.

"Untuk Athea ada retak di tangan kirinya, juga beberapa luka kecil. Sedangkan Athena karena kaki nya menerima beban berat itu menyebabkan memar yang cukup mengkhawatirkan. Tapi sejauh ini keduanya baik baik saja. Mungkin pagi udah bangun" Jelas Zayden.

"Mereka yang kamu cari datanya waktu itu?" Tanya Zayden dan Lune hanya mengangguk sebagai balasan. Mereka memilih untuk duduk di luar ruangan VVIP yang biasanya hanya di peruntukan bagi Keluarga Wajendra.

"Dadd udah tau?" Lanjut Zayden.

"Belum, niatnya abis ini mau aku telpon" Ujar Zayden.

"Permisi" Suara kecil Athea menginterupsi keduanya.

"Ya?" Tanya keduanya langsung menghampiri Athea.

"Kenapa disini, ada bel di samping ranjang bukan? Di tambah lagi kamu nggak pake alas kaki, gimana kalo sakit?" Tanya Zayden bertubi tubi. Tangannya siap untuk menggendong Athea bahkan sebelum Athea sempat menolak.

"Kak Dokter-"

"Zayden" Sela Zayden.

"Kak Zayden, tau dimana Athena? " Athea yang tengah duduk bersila bertanya, terakhir ia lihat ada banyak darah di dahi Athena.

"Dia di kamar sebelah, tunggu pagi ya. Ntar kakak anter." Ucap Zayden sambil duduk kursi tunggu di dekat brankar.

"Kak Zay, kenal sama dia" Athea sedikit berbisik sambil melirik Lune yang duduk di Sofa agak jauh dari dia.

"Huum, dia adek kakak" Kata Zayden tanpa menurunkan suaranya, hingga sekarang posisinya Athea menunduk malu sedangkan Lune menatapnya diam.

"Aku ke kamar Athena" Pamit Lune.

"Adek nya kakak, nggak bakal apa apa in Thena kan?" Tanya Athea sedikit ragu.

"Nggak kok, dia baik tapi emang auranya agak jahat aja" Jawab Zayden dengan kekehan kecil.

"Istirahat, biar cepet pagi" Zayden mengelus surai lembut Athea.

"Tapi gak ngantuk, kak" Kata Athea.

"Kak tau ponsel Thea nggak?" Tanya Athea tiba tiba.

"Di bawa Lune mungkin" Jawab Zayden.

"Yah, padahal pengen nge game biar cepet ngantuk" Sesal Athea, lalu sebuah handphone dengan merek yang sama dengan miliknya jatuh ke tangan putih Athea, siapa lagi jika bukan milik Zayden.

"Pake ini aja, tapi jangan lama lama. Setengah jam abis itu tidur" Tawar Zayden, tanpa berpikir dua kali Athea mengambil HP tersebut dan merebahkan dirinya.

"Kirain main game online, ternyata cuman main block puzzle" Zayden mengambil HP nya pelan pelan karena Athea sudah menjemput mimpinya. Sebelum ia bisa mengeluarkan ke layar home. Zayden merapikan selimut Athea dengan telaten sebelum keluar untuk kembali ke ruangannya. Ia ingat masih mempunyai beberapa berkas yang belum selesai.

Mentari mulai bersinar agak tinggi, mengusik Athena hingga membuatnya bangun. Ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya di ruangan dengan mata coklat nya.

"Udah bangun" Lune yang baru saja keluar dari Kamar mandi bertanya. Sepertinya habis mandi.

"Huum, Athea dimana bang? Dia baik baik aja kan?" Tanya Athena yang saat ini dalam posisi duduk setelah mengatur brankar nya.

"Dia baik baik aja, ada di kamar samping sama Kak Zayden." Lune mendekat ke brankar Athena kemudian mengecek dahinya.

"Udah nggak panas" Gumam Lune.

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang