"Athena!" Darren segera menghampiri Athena yang saat ini tergeletak dengan nafas tak beraturan.
"Athena, pelan pelan" Darren menempatkan kepala Athena di pangkuannya.
"A..bang, sakit" Athena hampir menyentuh dada nya sebelum tangan nya menyerah.
"Makannya kalo basket inget waktu, kalo dah capek jangan dipaksain. Ngeyel banget dibilangin" Omel Darren dan yang di omelin langsung tersenyum.
"Abang, kalo Athena gak ada-"
"Hush, gak usah ngomong yang aneh aneh. Sekarang kita ke UKS. Badan kamu panas banget. Abis debat lagi sama mereka?" Tidak menunggu lama, Darren segera menggendong Athena ala Bridal Style.
Athena tidak menjawab, matanya terlalu berat untuk dibuka bahkan suara Darren perlahan kabur di pendengarannya.
"Athena" Gumam Darren yang melihat Athena tidak sadarkan diri lalu mempercepat jalan nya menuju UKS mengabaikan tatapan Siswa Siswi yang melihat ia dan Athena penasaran.
"Athea" Kael menepuk pelan bahu Athea yang terasa hangat. Tidak mendapat balasan ia pun segera berputar agar bisa berhadapan dengan Athea.
Dapat ia lihat, wajah Athea pucat pasi. Bahkan hidung nya mengeluarkan cairan merah.
"Athea!" Kali ini Kael memanggil agak keras, tapi lagi dan lagi Athea tak membalas. Dengan cekatan ia mengambil tisu yang kebetulan berada tak jauh dari ia berdiri. Membersihkan darah yang tak kunjung berhenti. Melepas hoodie nya untuk dipakai kan pada Athea. Kemudian dia membawa Athea dengan cara yang sama digunakan Darren.
"Kael" Lirih Athea di perjalanan mereka ke UKS.
Beberapa Siswa maupun Siswi segera saja berbisik memberikan opini mereka tentang apa yang mungkin terjadi dengan Atlet sekolah itu.
"Bagian mana yang sakit?" Tanya Kael perhatian.
"Gue tadi debat sama Ayah" Bukannya menjawab Kael, Athea malah berkata sedikit terlihat mengadu.
"Sesekali debat nggak salah juga Thea" Hibur Kael, kemudian tidak ada balasan lagi dari sahabat nya itu.
"Lama lama pengen gue hajar juga, Arezza Adhitama" Geram Kael.
"Bang" Kael sedikit terkejut mendapati Darren tengah duduk di samping brankar dimana Athena terbaring dilengkapi infus dan juga alat bantu pernapasan.
"Bu, tolong periksa Athea. Badannya panas banget sama tadi sempet mimisan" Jelas Kael setelah membantu membenarkan posisi Athea di Brankar UKS.
"Kamu minggir dulu ya, biar ibu periksa lebih lanjut" Ucap si Pengawas UKS sembari menutup tirai sedemikian rupa hingga Darren maupun Kael tidak dapat melihat.
"Ketemu Thena dimana, Bang? Serius kah penyakitnya ampe pake alat bantu pernapasan?" Tanya Kael bertubi tubi sambil menatap khawatir pada Athena yang masih nyaman dalam tidurnya.
"Lapangan Basket Indoor. Keknya gara gara dipaksain buat main basket terus , jadi nafas nya gak teratur ditambah lagi dia belum sarapan" Jelas Darren yang di angguki Kael.
"Athea dimana tadi? Kantin pa Perpus?" Giliran Darren yang bertanya.
"Perpus, Bang. Oiya tadi dia cerita kalo abis debat ma bokap nya sebelum pingsan" Jawab Kael menatap tirai putih yang tak kunjung dibuka.
"Kebiasaan, pasti kalo abis adu argumen entah sama Bokap ato Nyokap mereka pasti abis itu Demam" Ujar Darren yang kelewat paham dengan si Kembar layaknya saudara kandung.
Kael hanya diam, bingung harus membalas. Dan sepertinya tidak ada jawaban yang lebih baik daripada kediaman nya.
"Keduanya demam tinggi, kalo infus nya dah habis dan panas pasien belum turun. Saya harap kalian bisa menghubungi keluarga mereka untuk di rujuk ke Rumah Sakit" Jelas Petugas Kesehatan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Athe(n)a
Novela JuvenilSampai kapan pun, kuharap kita tetap sehat dan saling melindungi.