30.

1.6K 64 11
                                    


"Besok kalo nggak ada hal diluar dugaan. Kalian boleh pulang."

Perkataan dari Zayden sontak membuat si Kembar bahagia bukan main. Sampai sampai seluruh orang yang ada dalam ruang rawat si Kembar ikut merasakan kebahagiaan itu.

"Beneran ya, gak boleh bohong." Athena melipat tangannya di depan sambil menghujani Zayden dengan tatapan tajam.

"Beneran, asal jangan minta duo ingusan itu bawain ayam atau junk food lain lagi." Ucap Zayden tak lupa menekan kata terakhir.

Langit dan Gavin memalingkan mata mereka dari Zayden ataupun Keluarga Wajendra yang lain. Berpura pura jika sindiran Zayden bukan untuk mereka, meskipun sejujurnya tidak berguna.

Kejadian Ayam bermerk K sebenarnya terciduk oleh Lune yang mampir setelah mengambil dokumen di Mansion. Meskipun saat Lune datang hanya Athea dan Gavin yang makan, tapi ia yakin Athena pun sama bersalahnya.

"Lupain itu Zayden, mungkin keduanya jenuh dengan makanan Rumah Sakit." Ashan membela si Kembar.

Langit dan Gavin yang mendengar pembelaan dari Ashan untuk si Kembar ikut lega.

Athea dan Athena dengan cerdik segera duduk di dekat Sang Kakek. Zayden hanya bisa pasrah, jujur ia juga mengerti perasaan jengkel si Kembar tentang makanan Rumah Sakit. Jika dihitung kembali mereka berdua tinggal cukup lama, lebih dari sepuluh hari semenjak Operasi hingga saat ini. Tapi Zayden memegang teguh kesehatan jauh lebih penting dari kesenangan sesaat dari Junk Food.

"Kakek emang paling ngerti." Athea tersenyum cerah, beda dari senyum tipis yang ia pamerkan saat berada di luar. Ashan tersenyum puas dengan pujian yang diberikan oleh cucu kesayangannya.

"Bisakah kalian pergi?" Paham jika Zachary akan membicarakan 'itu' dengan Si Kembar. Semua orang segera keluar dari Ruang Rawat, menyisakan si Kembar dengan kebingungan yang terpampang jelas.

"Abang tumben gak nolak." Athena melihat Lune yang keluar paling akhir.

"Pasti di ancem Daddy." Sahut Athea tapi dengan suara kecil.

"Bisa kita bicara?" Zachary duduk di meja depan si Kembar.

"Tentu." Kompak si Kembar tak lupa mengulas senyum.

"Daddy sedikit bingung harus mulai darimana." Zachary melihat binar di mata bungsunya. Binar yang sebisa mungkin akan ia jaga hingga tidak ada yang bisa meredupkan nya.

"Daddy kalo ngomong gini, firasat Athea jadi nggak baik." Ucap Athea yang menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Kalian sendiri yang bisa menyimpulkan itu baik atau buruk." Zachary menggenggam erat dua tangan kecil yang kontras dengan miliknya.

"Daddy tau dalang dibalik kejadian itu, dia orang yang kalian kenal meski tidak baik. Orang itu Windy, istri baru Arezza." Pernyataan Zachary hampir membuat si Kembar tak bisa berkata kata. Meski keduanya pernah berpikir Windy adalah pelakunya tapi presentasenya kecil menurut si Kembar.

"Kenapa? Apa Daddy tau alasannya?." Tanya Athea tidak mau repot menebak.

"Karena dia merasa kalianlah yang membuat hubungan Queen dan Arezza membaik, hingga menunda perceraian jauh dari kontrak yang Ayah dan Bunda kalian buat sebelumnya." Jelas Zachary tidak menutup nutupi.

"Alasan klasik, hubungan Ayah dan Bunda nggak pernah baik sejak kita lahir kecuali di depan publik." Athena mengalihkan pandangannya dari mata hangat Zachary.

"Daddy tau." Paham Zachary, tentu saja seluk beluk dari Queen dan Arezza sudah ia kantongi jauh sebelum Hak Sidang Asuh si Kembar.

"Satu hal lagi." Zachary mengeratkan lagi genggaman yang mulai renggang pada tangan si Kembar.

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang