28

1.1K 52 0
                                    


Happy reading


"Terakhir kali, aku ingat kamu bahkan tidak datang saat aku meminta. Sepertinya si Kembar sangat berarti untukmu." Windy berkata tanpa memalingkan mata nya pada lampu kota Jakarta yang terlihat megah di jam segini.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Zachary tidak ingin membuang waktu menjawab pertanyaan Windy.

"Apa yang bisa kau berikan?" Windy menyeringai menatap jauh Zachary yang masih berdiri di pintu masuk.

"Kau ingin Ayah dari Putri mu kembali?" Tawar Zachary.

"Arezza Adhitama, aku kira ia sudah mati ditangan mu, apa yang membuatmu tidak melakukannya Zac?" Windy menuangkan Wine untuk dirinya sendiri.

"Jelas bukan urusanmu."

"Aku tidak lagi tertarik dengan Arezza." Zachary segera mengembalikan ekspresi terkejutnya.

"Bagaimana jika kamu memutus hubunganmu dengan si Kembar dan mengeluarkannya dari yayasan Edense." Windy berkata dengan girang seolah mereka sedang berdiskusi tentang cuaca hari ini.

"Kau gila." Desis Zachary menatap jijik Windy.

"GILA? HAHAHA, KAU BENAR. AKU GILA ZAC."

"KAU TIDAK TAU GILA NYA MENJADI IBU TUNGGAL, HARUS BERTEMU DENGAN ORANG YANG KAU SAYANG SECARA DIAM DIAM. DICACI MAKI, DAN YANG PALING MENYEDIHKAN TERUS DISALAHKAN." Windy membuang gelas ditangannya ke depan Zachary yang hanya diam tak beralih barang seinci pun.

"TAPI ITU AKAN SEGERA BERAKHIR SETELAH AKU MENGAKHIRI HIDUP SI KEMBAR. HAHAHA. MEREKALAH YANG MEMBUAT PERCERAIAN AREZZA DAN QUEEN TERTUNDA UNTUK WAKTU YANG LAMA."

"MEREKA SELALU MENATAPKU DENGAN SOROT KASIHAN LEBIH DARI SIAPAPUN YANG KUTEMUI. AKU BENCI ITU."

"Hubungan mu dengan Arezza memang terlarang, jangan menyalahkan orang lain ketika kau sendiri masalahnya." Zachary tidak terima Tuan putrinya yang berharga disalahkan padahal jelas keduanya tidak turut andil dalam hal itu.

"Aku tidak disini untuk mendengar pencerahan mu, Zac." Windy kembali pada nada normalnya.

"Ah ya, kau tau alasan si Kembar terpancing olehku? Karena aku mengirim foto Queen di Rumah Sakit jiwa dengan keadaan yang jauh dari kata baik tentunya."

"Sayangnya mereka terlalu naif, Queen Aldinza telah menemui Tuhan dua hari sebelumnya. Sesuai dugaan pikiran pintar mu Zac, Queen mati di tanganku. Aku ragu kedua anak itu masih bisa menatap ku dengan rasa kasihan." Windy menutup kata kata nya dengan senyum lebar.

Entah karena pengaruh Wine atau Windy memang ingin membeberkan tindakan kriminalnya. 

"Dimana si Kembar?" Tanya Zachary sambil memberi signal ke sniper di gedung depan.

°Athe(n)a°

"Kepala gue sakit banget bangs*t." Athea mengutuk ketika bagian kepala belakangnya terasa sangat nyeri seperti habis dipukul.

Tunggu, Ia ingat akan menemui Queen setelah mendapat kabar jika Queen tengah dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Tak hanya itu ada surat yang menunjukkan bahwa Queen menderita Demensia. Membuat ia dan Athena kalang kabut dan langsung pergi tanpa izin dan tanpa ponsel mereka,

Setelah sampai di Rumah sakit tersebut ada perasaan janggal dan sangat aneh karena tidak terlalu terawat dan hanya ada beberapa pasien tapi ia dan Athena menepis hal itu jauh jauh, tidak mengharap firasat mereka benar karena ketika keduanya bertanya ada seseorang yang sengaja memukul mereka dari belakang hingga ia dan Athena pingsan tanpa perlawanan.

"Kita dijebak?." Tanya Athena menyadari jika tangan dan kakinya diikat sangat kuat.

"Exactly, tapi gue yakin Daddy sama Abang bakal cepet kesini."

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang