19

1.3K 72 2
                                    

"Harusnya tunggu dua hari an supaya gak terlalu bengkak. Plus gak boleh berdiri lama lama. Ntar sampe Mansion minta Bibi buat siapin es. Kakak resepin obat, diminum biar nyerinya kurang." Ketiga orang yang mendengarkan Zayden bingung, sebenarnya Zayden memarahi Athena atau tidak.

"Kok bisa sih ampe kek gini, kamu tau kan. Kalo kaki yang ini kudu lebih hati hati." Tambah Zayden. Athena yang merasa malu dengan kecerobohan nya hanya bisa mengalihkan pandangan dari Zayden.

"Ada berapa pertandingan lagi?" Tanya Zayden tidak membiarkan Athena mengajukan pembelaan.

"Itu kan nggak sengaja, Kak. Bukan Athena yang pingin kek gini juga." Ujar Athena sambil memainkan selimut di atasnya.

"Kalo di itung semuanya mungkin tiga pertandingan Bulu tangkis lagi. Kalo Basket ada berapa ya" Bukan Athena yang menjawab, akan tetapi Athea yang sesaat lalu datang dengan Gavin.

"5 - 6 kalo gak salah denger" Kata Gavin.

"Gak usah ikut ya" Pinta Zayden yang tentu saja tidak akan di indahkan oleh putri bungsu Wajendra.

"Masih bisa kak, sumpah dah. Nggak perlu berlebihan." Athena diikuti tawa, sebisa mungkin tidak membuat khawatir yang ada di sana.

"Kalo nggak kita mundur dari Basket gimana, Na?" Tanya Athea meskipun ragu usulan nya akan di terima baik.

"Kagak perlu, Thea. Cuman gini besok paling dah nggak biru lagi" Kekeuh Athena.

"Kak jangan kasih tau Daddy sama Abang ya, please." Lanjut Athena.

"Belum kakak kabarin, tapi pasti ada yang ngabarin mereka cepet atau lambat." Jelas Zayden yang membuat bibir Athena mencebik kesal.

"Istirahat dulu, kamu juga Thea. Dan kalian bertiga silahkan pulang." Zayden memberi arahan sebelum meninggalkan mereka. Tapi tak satupun dari mereka yang beranjak.

Hingga akhirnya tatapan kesal Zayden, membuahkan hasil karena ketiganya bubar.

"Perasaan gue tadi beli sari roti" Athena menggeledah setiap resleting tas nya.

Cklek~

"Kak, beliin roti di kantin boleh?" Pinta Athena yang membelakangi pintu masuk.

"Duduk" Suara Langit membuat batin Athena berteriak malu, ia mengira yang datang Zayden. Tidak mengharapkan titisan kutub utara ini yang datang.

"Jahat si Athea." Gumam Athena sangat kecil, melihat Athea sudah menuju alam mimpi di samping brankar nya.

"Thena kira, kakak dah pulang" Kata Athena berjalan kembali ke brankar.

"Setidaknya dijawab gitu. Kacang mahal." Protes Athena.

"Waaaah, dapet dari mana?" Tanya Athena saat melihat satu plastik besar berisi es.

"Kantin." Singkat Langit. Ia kemudian mengambil hati hati kaki Athena.

"Maaf." Gumam Langit ia merasa tidak sopan memegang kaki kecil Athena.

"Gimana Kak?" Tanya Athena mendengar suara tidak jelas Langit. Tapi lagi lagi lelaki berparas tampan itu memilih untuk tidak menanggapi.

"Pelan pelan" Cicit Athena tak lupa sedikit menutup matanya.

"Hmm" Meskipun bukan anak PMR tapi sedikit banyak ia tahu bagaimana cara mengompres. Alasan? Mungkin karena ia pernah mengalami bengkak beberapa kali.

Lagi lagi suara pintu terbuka menampilkan Zayden, Lune, Jake dan juga Zachary, tapi kali ini si Kembar yang sudah nyaman di alam mimpi dan hebatnya sama sekali tidak terusik.

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang