17

1.4K 67 0
                                    

"Pulang" Segera Athea membuka matanya hanya untuk bersinggungan dengan manik biru yang dilihatnya esok tadi.

"Gak" Sahut Athea membenarkan kepalanya di atas piano. Sebenarnya ekstra musik sudah selesai sejak tadi. Tapi ia sedang malas pulang dan bertemu Zachary.

"Sekarang Athea Thezia Wajendra" Pemuda itu masih berdiri kokoh di ambang pintu.

"Siapa lu, ampe ngatur kapan gue pulang." Sarkas Athea tapi tidak menimbulkan reaksi pada lelaki yang masih setia berdiri itu.

"Pulang" Akhirnya laki laki ber name tag Gavin De Ernest menarik tangan Athea.

"Lepas" Perintah Athea berusaha mengikuti langkah besar Gavin.

Gavin tidak menjawab sama sekali, bahkan jalan nya semakin mantap untuk menuju tempat parkir Sekolah mereka.

"Athena masih tunggu gue di Lapangan Basket" Lanjut Athea masih berusaha keras melepaskan tangan nya. Tanpa aba aba Gavin berhenti membuat Athea yang sibuk melepaskan tangan nya segera berbenturan pada punggung tegap Gavin.

"Langit udah kesana." Gumam Gavin dan dengan tak acuh mengabaikan tangan Athea yang sibuk mengusap dahinya.

"Balikin" Athena menatap jengkel Langit karena merebut bola basket yang akan ia rebound.

"Jam 4" Langit berjalan ke pinggir lapangan.

"Nggak tanya tuh" Athea hampir saja meraih bola basket nya tapi sayang Langit bergerak satu langkah di depan dengan mengangkat tinggi bola oren tersebut.

"Kak! Balikin!" Kali ini suara Athena naik satu oktaf.

"Pulang sekarang. Om Zacy dah nungguin" Kata Langit mengabaikan permintaan Athena.

"Athea belum kelar." Athena menolak bahkan sudah langsung rebahan tanpa peduli akan rambut yang akan kotor ataupun tatapan aneh dari beberapa siswa yang lewat.

"Bangun, Athea dah pulang sama Gavin" Langit yang sedikit mendengar suara mengalihkan perhatiannya. Ia sedikit terkejut melihat Athena rebahan dengan nyaman di sana jangan lupakan matanya yang tertutup seolah menikmati angin sore.

"Bohong, Athea gak bakal pulang duluan." Kata Athena yang sangat paham bagaimana watak Kembaran nya.

"Telpon Athea, kalo kamu nggak percaya." Kata Langit sambil menundukkan dirinya berniat memberi tumpangan hingga tempat parkir.

Athena melakukan hal itu, dan ia sedikit terkejut menerima pesan dari saudari kembar nya, yang mengatakan ia sudah pulang tentu saja Athea juga meminta maaf karena tidak mengabari terlebih dahulu. Bahkan diakhir pesan ia berkata akan menjelaskan saat Athena sampai di rumah.

"Naik" Perintah Langit tak lupa menepuk punggung nya.

"Gue bisa jalan sendiri" Athena segera bangun. Menyambar tas ransel nya tak lupa sesekali menghapus keringat di dahi nya. Langit yang melihat itu hanya bisa menyunggingkan senyuman. Gadis ini berbeda pikirnya.

"Tadi bola, sekarang tas terus ntar apalagi?" Untuk kali ini Athena tidak mencoba mengambil kembali. Karena saat tas nya diambil seperti ada beban besar yang hilang. Tentu saja ia dengan senang hati membiarkan Langit membawakan tas miliknya.

"Hati" Gumam Langit kabur terbawa angin juga beberapa kendaraan yang bersahutan tak lupa bunyi klakson untuk menyapanya dari beberapa anggota PMR dan OSIS.

"Siniin, mau pulang" Sampai di samping motor kesayangan, tangan Athena menengadah tapi Langit hanya menatap tangan yang jauh lebih kecil dari miliknya itu.

"Naik mobil saya." Kata Langit. Lalu berjalan menjauh dengan tas Athena seolah tidak menerima penolakan. Athena tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak memutar bola matanya.

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang