27

1.1K 54 0
                                    


Happy Reading, Little >,<

Dugaan Zachary benar, tak berselang lama Athena hampir jatuh ke lantai jika Felix tidak tanggap.

Langit ingin mengambil alih Athena sebelum lengannya di tahan Zayden karena hal itu percuma. Zachary lebih dulu menggendong Athena ala Bridal style dan membawanya ke kamar pribadi miliknya.

Zayden juga segera mengambil peralatan kedokteran miliknya sebelum akhirnya ikut masuk ke dalam kamar Zachary. Langit tak menunggu diminta masuk atau repot meminta izin, ia mengikuti Zachary tepat ketika Athena berada di tangannya.

"Kali ini Anda keterlaluan." Langit tidak bisa mengomentari cara sadis Zachary dalam pandangannya.

"Apa kau punya cara lain?" Skakmat pertanyaan Zachary membuat Langit bungkam.

"Dia hanya makan saat sarapan." Analisis Zayden yang membuat kernyitan di dahi Zachary dan Langit semakin dalam.

"Aku akan memasang infus. Bangunkan aku saat itu hampir habis." Lanjut Zayden, Zachary menganggukkan kepala nya tanda paham.

"Kalian istirahatlah, Dad akan menjaganya." Final Zachary, mau tidak mau dua lelaki berparas tampan itu pergi dari sana. Memberikan ruang untuk Ayah dan Anak.

"Eugh~" Athena menekan pelan pelipisnya ketika tiba tiba pusing mendera.

Pandangan pertama Athena jatuh pada Zachary dengan kaca mata bertengger manis di hidung mancung nya ditemani Laptop dan tiga empat dokumen kemudian beralih ke jam dinding. Athena bertanya dalam hati, apa Zachary tidak tidur sama sekali.

"Bangun?" Zachary yang berada di sofa segera meninggalkan dokumen yang baru saja ia tinjau.

"Panasnya belum turun." Lanjut Zachary setelah merasakan dahi Athena yang lebih panas dari biasanya.

"Aku udah baikan. Daddy lepasin ini." Kata Athena sambil menunjukkan tangan dimana ada selang infus.

"Tidak. Zayden bilang ia akan melepasnya saat cairan itu hampir habis." Zachary mengambil tempat untuk ikut bersandar di kepala ranjang seperti Athena.

"Daripada itu bagaimana jika kita membahas hal penting." Zachary mengalihkan topik dengan lihai.

"Soal?" Tanya Athena. Banyak aturan yang ia langgar hari ini, jadi ia dengan sadar diri mengajukan pertanyaan tersebut.

"Kenapa kamu marah, Daddy paham betul kartu kredit yang dibekukan tidak akan berpengaruh sejauh itu." Lanjut Zachary.

"Daddy nggak marah?" Athena balik tanya sambil memilin selimut di tangannya.

"Tidak, Daddy hanya sedikit kesal. Masalah apapun atau keluhan apapun bukankah Daddy pernah bilang untuk mengatakannya secara terbuka." Jawab Zachary yang membuat Athena tanpa sadar membulatkan mata tak percaya.

"Sekarang Daddy tanya, apa kami pernah memintamu untuk memiliki banyak prestasi?" Athena menggelengkan kepalanya.

"Apa kami pernah memaksa kalian berdua untuk terus menang di setiap turnamen?" Lagi lagi Athena menggeleng dengan pasti. Ia ingat Zachary bahkan akan menyeretnya pulang jika keadaanya memang tidak memungkinkan untuk bertanding.

"Termasuk ranking, apa kamu pikir kami akan bias pada Athea hanya karena angka?" Untuk kali ini Athena mengangguk meski ragu.

"Tidak, Athena. Kami tidak akan membedakan kalian hanya karena prestasi atau apapun itu. Kasih sayang kami tidak bisa diukur tapi aku yakin kami selalu mengusahakan yang terbaik untuk membuat porsi nya seimbang." Jelas Zachary penuh kesabaran. Jika putra putra nya mendengar, Zachary yakin mereka akan mengolok olok ia tanpa akhir.

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang