Extra Chapter -1

1.3K 46 0
                                    


9 Tahun yang lalu.

Ki Hajar Dewantara Elementary School

Jam istirahat menggema di seluruh koridor dan ruang kelas, membuat banyak siswa siswi berlomba untuk keluar kelas mereka. Terkecuali dua anak kembar yang saat ini masih menikmati waktu mereka berdua di salah satu bangku kelas bagian depan.

"Harusnya jawabannya apaan si. Tadi tu aku cari hasilnya 6 tapi agak nggak yakin." Atheuu dengan jepit rambut biru kecil bertanya.

"Kalo nggak salah 5, A. " Jelas Athea tak lupa memperlihatkan oret oret perhitungan miliknya.

"Aa~ paham paham."

"Aduh~ maaf jari gue agak licin." Minuman berwarna oranye hampir memenuhi lembar rangkuman yang sedang si Kembar pelajari.

"Licin? Bohong." Athena menatap tajam ketiga orang yang sangat merasa tidak bersalah didepannya.

"Orang buta pun tau mana yang sengaja mana yang enggak."

"Lu!." Sebelum tangan anak nakal menyentuh Athea, tangan Athena lebih dulu menarik kerah baju teman kelas mereka. Athena menatap sengit lawannya. Memang tak berbicara tapi dapat dilihat jika Athena muak dengan kelakuan tiga serangkai yang terkenal sombong dan semena mena di kelas.

Tak tinggal diam, Salsa menarik rambut Athena seketika.

Bukannya berteriak, Athena segera memukul tangan Salsa, mendorong nya hingga jatuh ke lantai.

Athea menatap bangga sang kakak kembar, sebelum dengan sengaja menendang dua kaki tangan Salsa hanya agar mereka merasakan apa yang dirasakan ketua nya.

"Ada apa ini?" Guru Bahasa Daerah bertanya dengan nada rendah.

Tau posisinya menguntungkan, tiga anak yang terduduk di lantai segera menangis. Hebatnya berhasil membuat Guru menyimpulkan tanpa bertanya.

"Athea, Athena ikuti saya."

"Drama." Kompak si Kembar sebelum berjalan mantap mengikuti Guru tersebut.

"Apa apaan di sekolah? Gimana kalo reputasi Ayah jadi buruk karena kelakuan sembrono kalian? Bagaimana jika investor tau dan mempengaruhi Investasi yang mereka berikan? Sebelum melakukan sesuatu pikirkan dulu berapa kerugian yang akan Ayah tanggung. Kalian itu udah besar."

"Udah besar?" Tanya Athea tanpa ekspresi meski pikirannya berkecamuk tak mau berhenti.

"Kamu-"

"Kenapa Ayah susah banget percaya apa yang kita bilang? Bisa nggak, sekali aja pikirin perasaan kita. Bukan mikir bisnis Ayah terus menerus. Sering banget Athea ragu, apa kita beneran Anak kandung Ayah sama Bunda."

"Kalau emang Ayah sama Bunda nggak mau punya kita. Kenapa nggak aborsi. Mungkin kehidupan Ayah jauh lebih tenang.

Terlihat dari umur memang keduanya masih kecil. Tapi untuk mengerti hal hal seperti itu sudah menjadi pemahaman luar kepala. Bukan karena mereka sengaja mencari tau tapi kebanyakan teman temannya akan bilang seperti itu membuat si Kembar mau tidak mau paham maksud mereka.

"Kalian...." Arezza kali ini benar benar marah dan Si Kembar sadar itu.

"Mungkin dengan ada di ruangan yang hening kalian akan paham kesalahan apa yang telah kalian perbuat kali ini." Meskipun awalnya ragu tapi keduanya berakhir berjalan mantap mengikuti langkah jenjang Arezza, dilihat dari arahnya seperti biasa kemungkinan besar Arezza akan menempatkan mereka di Gudang lantai ini.

"Setelah pulang, akan Ayah buka." Singkat Arezza setelah mengunci Gudang.

"Tuan, besok Tuan Besar dan Nyonya Besar akan tiba sekitar jam 7-8 pagi. Haruskah saya menghubungi Nyonya Queen agar beliau menyelesaikan perjalanan bisnis nya sebelum jam itu?. " Tanya sekertaris sekaligus asisten pribadi Arezza.

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang