29

1.1K 51 0
                                    

Hari ke-2 setelah operasi si Kembar berlangsung. Belum ada tanda tanda keduanya akan bangun. Seperti biasa para lelaki tampan dengan berbagai label dalam hidup si Kembar terus bergantian masuk ke ruang ICU.

Matteo dan Azfan juga beberapa kali berkunjung untuk mengecek si Kembar. Keduanya telah sepakat nantinya Zayden akan mengambil alih pengawasan si Kembar meski tidak sepenuhnya, tentu setelah Athea dan Athena sadar dan di rawat di ruang inap biasa.

"Lu belum mau bangun? Gue janji kalo lu bangun gue beliin ice cream se gudang gudang nya." Gavin menggenggam tangan Athea.

"Atau gue checkout in komik yang lu suka? Gue lupa siapa karakter utamanya. Lu nggak mau gitu kasih tau ke gue, Zia?" Meskipun tau Athea tidak mungkin membalasnya Gavin tetap setia berbicara.

"Udah mau DBL, yakin nggak mau ikut? Katanya pengen jadi tim inti biar bisa main dari starting."

"Athea?" Gavin segera menekan tombol hijau di samping brankar Athea setelah merasakan jari Athea bergerak.

Zayden datang ditemani Azfan dan juga seorang perawat.

"Dek, tolong keluar sebentar." Pinta Azfan halus. Tidak perlu di beritahu dua kali, Gavin segera keluar dan memberitahu yang lain jika mungkin Athea akan sadar.

"Semuanya baik, lu bisa ambil alih dari sini." Kata Azfan setelah mengecek Athea.

"Gue tinggal kalo gitu. Btw, Athea udah bisa di rawat di kamar biasa. Udah nggak perlu pemantauan intensif lagi." Azfan yang sampai di pintu segera berbalik menghadap Zayden yang sibuk menanyai Athea berbagai hal.

"Makasih Az." Kata Zayden tulus.

Kamar yang tidak lagi asing di mata Athea menyapa ketika ia membuka mata untuk kedua kalinya. Ia tidak begitu sadar sebelumnya, tapi ia bisa mendengar Zayden memintanya untuk beristirahat kembali. Athea tidak menolak, karena entah mengapa tubuhnya sedikit sakit dan hal yang paling ia inginkan hanyalah tidur.

"Daddy?" Panggil Athea.

Zachary pun segera membuka matanya tersenyum pada Athea yang memanggilnya.

"Ada yang sakit?" Tanya Zachary masih menggenggam tangan Athea yang agak dingin.

"Enggak, Athena baik baik aja kan?" Tanya Athea. Meski kabur ia menyaksikan bagaimana Athena terkena tembak di pelukan Zachary.

"Pasti." Jawab Zachary penuh keyakinan.

"Minum dulu, kamu baru sadar setelah dua hari." Zachary membantu Athea yang sedikit kesulitan untuk duduk.

"Selama itu? Perasaan cuman tidur sebentar." Beo Athea benar benar tidak berharap akan pingsan selama itu.

"Ntar malem, Athea pengen liat Athena. Boleh Dad?" Tanya Athea hati hati.

"Tanya Abang mu." Kata Zachary lagi lagi menyerahkan keputusannya ke Zayden yang baru saja masuk ruangan mereka.

"Abang." Sapa Athea.

"Seneng banget buat kita khawatir." Zayden mendekat dengan senyum yang tidak luntur. Athea hanya bisa terkekeh tidak memiliki niat untuk menyangkal Zayden.

"Luka nya masih nyeri?" Tanya Zayden sambil memeriksa Athea.

"Sedikit." Jujur Athea. Zayden mengangguk.

"Abang, ntar malem boleh jenguk Athena?" Athea mengulang pertanyaan yang sebelumnya ia ajukan ke Zachary.

"Boleh. Tapi pake kursi roda ya. Takut jahitannya ke buka lagi." Kata Zayden membuat Athea senang bukan main.

Zayden pergi setelah berbincang sebentar dengan Athea ataupun Zachary. Karena ini juga masih jam kerja jadi ia tidak bisa leluasa untuk tinggal meskipun ingin.

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang