24

1K 63 0
                                    


Happy Reading, Little ♡

"Kenapa cuman berdiri di sana?" Ujar Zachary melihat kedua bungsu nya hanya berdiri di ambang pintu tanpa niat mendekat kepadanya.

Bungsu nya terlihat menggemaskan karena hidung dan mata mereka masih memerah. Ia jadi merasa bersalah tidak bangun lebih cepat.

"Tuan Putri." Panggil Zachary tapi kali ini sembari merentangkan kedua tangannya.

"Daddy." Kompak si Kembar lengkap dengan memeluk Zachary dari kedua sisi. Ketiga kakaknya hanya bisa menggelengkan kepala mereka.

Pemandangan langka, melihat si Kembar menangis tersedu padahal biasanya keduanya ralat Athena selalu cerah seperti matahari sedangkan Athea sedingin bulan malam hari. Sisi mereka yang lemah ini jarang mereka tampilkan pada Wajendra.

°Athe(n)a°

"Dad, nanti pulang sekolah kita mau ngerjain tugas kelompok di Cafe deket sekolah." Kata Athea di sela sela sarapan pagi ini.

Sudah seminggu lebih sejak kejadian Zachary tertembak. Bahkan Zachary sudah beraktivitas seperti biasa esok hari setelah ia memaksa keluar dari Rumah Sakit. Tentu saja si Kembar terus memarahi Daddy mereka yang gila kerja. Tapi hal itu hanya membuahkan hasil Zachary pulang lebih cepat 2 jam dari hari kerja biasanya.

"Ajak ke Mansion aja temen temen kamu." Zayden yang biasanya tidak ikut sarapan kali ini hadir. Sepertinya hari hari padat nya agak berkurang.

"Nggak ah, kurang seru. Kalo di Cafe kan bisa bikin story estetik." Athena menolak mentah mentah gagasan tersebut.

"Plus berkata kasar tanpa ada yang bakal marahin." Lanjut Athena dalam hati.

"Ck, di Mansion juga banyak sudut estetik." Kata Zayden tak terima. Athena menggelengkan kepala tanda tak setuju.

"Cafe mana?" Tanya Zachary setelah menyelesaikan makanan di piringnya.

"Cafe XXX , Gang barat laut." Sahut Athea.

"Oke." Simpul Zachary tanpa penolakan, membuat kelima lelaki lain di meja menatap aneh dirinya.

"Sayang Daddy, gak sayang Abang sekalian." Canda Athena sudah siap dengan ransel di ikuti Athea juga Langit dan Gavin.

"Batal nih uang jajan." Lune berpura pura memasukkan lagi uang selebaran warna merah ke dompetnya.

"CANDAAA." Kata Athena cepat. Sedangkan yang lain hanya bisa menertawakan kejadian tersebut.

Empat remaja melenggang pergi dengan motor masing masing, setelah menerima beberapa wejangan yang sama tiap harinya hingga mereka hapal.

"Tumben sepi." Athea masuk terlebih dulu dalam Cafe. Ia sempat ragu karena dari luar terlihat Cafe yang biasanya ramai saat ini sepi tanpa pengunjung sedikitpun kecuali barista yang menunggu dekat kasir.

"Apa abis ada yang booking." Tanya Jean teman kelompok mereka.

"Bisa jadi tuh." Sahut Daisy.

"Atas nama Athea dan Athena?" Kasir tersebut memastikan. Karena Cafe ini memang sengaja di kosongkan dari dua jam yang lalu hingga mereka tutup atas nama si Kembar.

"Ya?" Tanya si Kembar agak bingung.

"Tuan Wajendra memesan tempat ini termasuk dengan semua menu. Jadi Nona sekalian bisa memesan apapun tanpa membayar sama sekali." Lanjut si Barista.

"Waah, pantesan Daddy setuju tanpa syarat." Gumam Athena.

"Pesen apa aja, sekalian bawa pulang buat ortu kakak adek. Tetangga juga boleh." Athena dengan puas mempromosikan. Toh semua sudah di bayar. Sayang kalo mereka cuman pesan sedikit.

Athe(n)aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang