Hari minggu sepertinya selalu menjadi hari ter favorit bagi para siswa seusia ku, namun sepertinya aku tidak sepaham dengan mereka.
Tidak.
Bukan nya aku benci hari minggu, tapi bagiku semua hari terasa sama, tidak ada bedanya sedikit pun. Datar.
Apa aku terdengar seperti siswa yang menyedihkan? Anggap lah begitu, tapi rasanya jika kalian mengenalku maka kurasa tak akan ada satupun dari kalian yang menyangka hidupku serumit itu.
Apa aku memiliki teman? Tentu, jika mereka memang bisa disebut teman. Aku bukan orang yang terasing pada dasarnya, hampir semua teman seangkatan ku kenal dengan ku. Mereka juga ramah, sangat sedikit dari mereka menampakkan sikap tidak bersahabat dengan ku, entah bagaimana sikap mereka di belakang ku aku tidak peduli, yang jelas mereka selalu memaparkan senyuman manis di hadapan ku.
Oh ya, rasanya aku belum memperkenalkan diriku ya?
Namaku Son Hera, keluarga ku? Mereka tampak baik. Sepertinya."Hera unnie...."
Ahh itu suara adik ku, 8 tahun. Satu satu nya harta yang aku miliki saat ini, dan harapan terbesar adalah membawa nya pergi dari lingkaran setan ini.
Gadis semurni dia tidak pantas berada di neraka seperti ini.
Aku tersenyum melihat nya memasuki kamarku,
"Ada apa memanggil?""unnie, hari ini cerah sekali kan?"
"lalu?"
"tapi aku tidak ada teman bermain" katanya sambil menunjukkan ekspresi sedih.
"kamu mau mengajakku bermain?"
Dia mengangguk dengan penuh semangat. Baiklah... Jika itu untuk adik ku kenapa tidak?"mau pergi ke mall?" tanyaku
"mau mau mau, habis itu kita ke taman bermain, trus kita makan malam di restoran sushi, boleh ya unnie?"katanya sambil menunjukkan puppy eyes andalan nya
"baiklah baiklah, sana kamu siap siap dulu. Unnie juga harus bersiap siap, jangan lupa pakai baju yang cantik" kataku sambil mencubit pipi nya pelan.
Adikku tersenyum lebar, matanya memancarkan kebahagian dengan sangat, wajahnya begitu cantik, menggemaskan.
Son Hyejin namanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari ini tidak seperti minggu minggu sebelumnya, sedikit lebih berwarna. Hyejin adalah warna kemilau yang menyinari hari ku.
Tidak terasa hari sudah semakin sore, aku berniat mengajak hyejin makan dan pulang setelahnya, besok kami masih harus sekolah, jadi ku pikir tidak baik juga membiarkan dia main terlalu lama. Badan nya butuh istirahat untuk sekolah esok hari.
"unnie, lihat!"
Aku melihat ke arah yang ditunjuk hyejin dengan penuh semangat.
Toko pernak pernik, semacam perhiasan anak muda."mau beli?" hyejin mengangguk antusias dan langsung berlari ke toko tersebut.
Hyejin terlihat begitu asyik memilih aksesoris yang ditawarkan, memang terlihat cantik apalagi jika hyejin yang memakai nya, tapi ini bukan style ku. Aku bahkan hampir tidak pernah memakai berbagai macam perhiasan meski aku memiliki segalanya.
"unnie, menurut unnie bagus yang mana? Keduanya sangat cantik"
"kamu suka keduanya?" ia hanya mengangguk
"kenapa tidak beli keduanya saja, kan bisa untuk gantian"
"boleh?"
"tentu"
Hyejin dengan begitu senang nya membawa aksesoris itu untuk ditunjukkan nya pada penjual.
"nona, kebetulan cincin yang seperti ini memiliki pasangan nya, mungkin nona berminat" kata penjual kepadaku sambil menunjukkan cincin yang dimaksud, belum aku menjawab.
"iya kami beli yang satu lagi" hyejin sudah lebih dulu menjawab.
"unnie, kita belum pernah punya cincin couple. Aku mau punya itu juga. Tidak apa ya?"
"baiklah" kataku singkat, entah kenapa setelah melihat cincin pasangan yang ditawarkan penjual, kepala ku jadi sedikit pusing.
Tidak,
bukan pusing. Rasanya berat. Sangat.Mungkin ini karena aku kelelahan, aisssh... Bisa bisa nya sakit kepala datang mendadak dan merusak suasana bahagia ku dengan hyejin.
"nona, ini cincin nya"
Setelah melakukan pembayaran, aku dan adik ku makan bersama di restoran yang diinginkan nya. Sesuai rencana kami pulang setelah matahari terbenam.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Aishhhh... Kenapa seluruh tubuhku rasanya lemas sekali, kepala ku semakin pusing.
Aku mengecek suhu tubuhku dan ternyata semua normal, aku tidak demam. Wajahku juga tidak pucat, semua tampak normal.
Tapi kenapa begini rasanya? Untuk duduk saja sudah berat sekali rasanya, aku beneran sakit kah?
Tapi
Entah mengapa aku teringat cincin pasangan yang sore tadi kubeli bersama hyejin, dengan badan lemas ternyata aku masih mempunyai tenaga untuk berdiri dan mengambil cincin itu di meja belajar ku.
Aneh.
Bentuknya cantik, sederhana, namun tampak elegant. tapi kenapa berat ya? Padahal punya hyejin tidak seberat itu. Bukan kah ini cincin yang sama? Kenapa bisa punya berat yang berbeda?
Aku masih terpaku pada cincin itu untuk beberapa saat, dan mengingat kata hyejin tadi sore.
"pokoknya unnie harus pakai cincin itu ya... Pliisss. Pakai ya? Sekaliii aja"
Dia begitu imut saat memohon seperti itu, rasanya jahat sekali jika aku tidak menunaikan keinginan nya. Toh juga tidak akan setiap hari kupakai, sesekali menyenangkan hati adik dengan menggunakan barang couple tidak ada salahnya kan?
NYUUUTTTT...
Astaga kepala ku kenapa sih? Sakit sekali. Apa mungkin aku tadi terbentur sesuatu? Tapi rasanya tidak mungkin. Dari tadi aku baik baik saja kok.
Tck.. Lebih baik aku tidur, kuharap besok sudah sembuh. Jangan sampai sakit kepala sialan ini mengganggu hari ku besok, jangan lupa besok ulangan kimia.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."temui tidak ya? Temui, tidak, temui, tidak, temui. Yap TEMUI."
"eh tapi dia sudah tidur"
"besok sajalah, kasian dia"
"tapi bagaimana kalau kejadian sama seperti sebelumnya?"
"bodo amat, yang penting coba dulu"
Sosok itu ber monolog di balkon kamar tidur Yerim sambil berjalan mondar mandir. Dia memilih untuk tetap diam dan memperhatikan pemilik baru cincin tersebut.
"cantik" katanya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY- Choi Beomgyu
FanfictionMembantu arwah untuk mendapatkan hidupnya kembali? Bukankah itu mustahil? Siapa yang bisa percaya mitos seperti itu? Namun nyatanya hal itulah yang dihadapi oleh Son Hera. Gadis dengan begitu banyak luka batin yang ia kunci rapat rapat di sebalik pu...