Di waktu yang sama namun tempat yang berbeda.
"choi Yeonjun! Kamu tuli ya?! Ayah memanggil mu. Buruan turun!" gertak sang kakak.
"tck! Apalagi sih?" gerutu yeonjun, meski malas mau tidak mau ia mulai beranjak meninggalkan kamar nya.
"bisa gak sih sehari aja jangan bikin masalah di keluarga ini? Benalu!" sinis kakak kedua.
"kalau Benalu kenapa ga dibasmi aja sekalian?" jawab yeonjun gak kalah sinis.
"niat nya sih gitu. Tapi aku bukan petani."
"Sudah sudah, ayo. Nanti ayah bisa makin marah." sela kakak tertua.
"takut banget sama si tua Bangka... Padahal kalu dia makin marah kan bagus, penyakitnya bisa makin parah, trus mati. Kamu bisa jadi penerus utama" yeonjun berterus terang.
"kamu jangan keterlaluan njun. Ber terimakasihlah, aku masih bersabar" tegur kakak tertua.
Ketiga bersaudara choi itu pun segera menemui ayah mereka.
Choi Yeonjun
Mau apalagi sih tua bangka ini? Kok ga ada bosen bosen nya ngatur orang melulu.
Semua dia anggap kayak robot.Aku Choi Yeonjun, anak ketiga alias si Bungsu dari ketiga bersaudara.
Diantara kami, hanya aku yang masih duduk di bangku SMA, meski memang sudah tingkat akhir.Jarak usia kami bisa terbilang cukup jauh,
kakak pertama ku, choi jungwoo usia 28 tahun.
Kakak kedua ku choi sungwoon usia 25 tahun.
Sementara aku 18 tahun.Itulah kenapa aku selalu diperlakukan sebagai anak kecil yang tidak tahu apapun.
Tidak. Bukan lagi anak kecil.Lebih seperti robot. Semua harus sesuai dengan sistem yang sudah menjadi standar keluarga ku.
Kadang aku jadi berpikir apa mungkin keluarga ku itu adalah sebuah program? Sementara aku adalah hasil uji coba?24/7 dalam kehidupan ku, rasanya tidak sedtik pun aku dibiarkan untuk menentukan jalan hidupku.
Tidak ada negosiasi, semua hanya YA atau TIDAK.Dan yang berhak memutuskan hanya sepasang manusia yang berada tepat di hadapanku saat ini.
"yeonjun. Bagaimana sekolah mu hari ini?" tanya ibuku.
"baik. Tidak ada masalah"
"kamu tahu kan peraturan nya? Jangan mengulangi nya lagi, atau kamu tahu resiko nya" ayah juga ikut berbicara.
"kami tidak mau tahu, kamu harus menjadi lulusan terbaik di sekolah itu. Kami sudah menyiapkan jalur universitas yang akan kamu tempuh. Jadi tugasmu hanyalah mendapat nilai terbaik di sekolah. Mengerti?" lanjut ayah.
"memang aku boleh berkata 'tidak mengerti' ?"
"Jangan membantah!!" si tua bangka sudah mulai darah tinggi
"yeonjun, tolong jangan memperkeruh suasana. Sekolah yang kami pilih itu lebih baik dari yang sebelumnya. Mereka juga punya koneksi dengan universitas yang akan kamu masuki. Jadi..."
"ini semua adalah yang terbaik untukku?" aku menyelesaikan kalimat ibuku.
"tck kalimat template" bisikku.
"tentu saja lebih baik. Lihat saja, nilai akademik mu sama sekali tidak membaik apalagi setelah kamu mulai coba coba bermain hal yang tidak berfaedah. Wasting time" celetuk sungwoon hyung.
"bagian mana yang kamu sebut tidak berfaedah?" tanya ku mulai emosi.
"tck... Hei, sadarlah. Kamu ingin jadi musisi? Lihat lah lebih jelas, kenyataan nya kamu hanya akan jadi budak para petinggi agensi." balas sungwoon hyung.
"mana ada seperti itu? Menjadi musisi itu adalah seni. Itu adalah kreatifitas kita. Tidak ada perbudakan."
"kamu terlalu buta. Dengar yeonjun, aku sudah bekerja selama lebih dari 7 tahun. Sedikit banyak aku juga menanam saham di berbagai agensi, dan artis artis yang selalu kamu banggakan itu hanya menjadi 'budak' atau katakanlah 'mesin penghasil uang'." jelas jungwoo hyung.
"apa yang dikatakan kedua kakak mu benar. Kamu jangan merendahkan martabat keluarga Choi. Kamu terlahir dari keluarga pebisnis. Kamu terlahir untuk memimpin, jadi jangan bermimpi untuk menjadi 'budak'. "
Usai ayah memberi ceramah basi nya, aku tidak tahan lagi. Hingga akhirnya aku lebih memilih segera keluar dari ruang keluarga itu tanpa pamit.
Sedetik saja aku lebih lama disitu, kepala ku bisa pecah.Arrrgghh....
Kapan sih malaikat maut menjemput meraka ber 4? Aku sudah tidak kuat.
Tidak peduli jika mereka hanya mencemooh ku dengan apa yang menjadi hobi ku, juga impian ku. Tapi rasanya tidak semudah itu, mereka bahkan melakukan segala upaya untuk menggagalkan mimpiku.
Membakar semua album, alat musik, bahkan memutus hubungan pertemanan ku dengan orang orang yang tidak mereka setujui.
Aku benar benar dijauhkan dari segala sesuatu yang tidak sepaham dengan mereka.
Bahkan gaya berpakaian pun harus se izin mereka.
Katakan padaku, bagaimana cara agar aku tidak gila.Bolehkah aku juga menyalahkan tuhan disini? DIA tidak memberiku otak yang setara dengan mereka ber 4.
Ya.
Aku tidak sepintar, dan secerdas kedua kakak ku. Aku tidak pandai dalam hal bisnis.
Aku sangat lambat dalam pelajaran.
Jauh di belakang kedua kakak ku.Terkadang aku jadi sering berpikir, mungkin kah aku anak yang tertukar?
Haha... Drama memang.
Tapi bisa saja kan?
Sudah jelas jelas darah pebisnis tidak mengalir di dalam diriku. Sementara semua keluarga ku adalah pebisnis ulung.Aku sering ingin menyerah, dan melupakan semua nya.
Bunuh diri?.
Mungkin itu adalah jalan yang tepat.
Kalian mungkin berfikir bahwa masalah yang aku hadapi tidak lah serumit itu, hingga memiliki pandangan untuk bunuh diri.Tapi, cobalah untuk menjadi diriku sehari saja. Aku benar benar akan terkagum kagum jika kalian mampu melewatinya.
18 tahun hidup tanpa ada satu orang teman pun. Dari segala segi kehidupan ku sudah ada yang mengatur. Bahkan kurasa mereka semua sudah mengangkat diri menjadi utusan tuhan di bumi, dengan job desc, mengatur kehidupan ku NON STOP.
Ditambah dengan kemampuan ku yang sama sekali tidak menunjang keinginan mereka, membuatku hidup 100 kali lebih berat.
Aku akui otak ku memang kalah jauh dari mereka.
Sementara bakat ku sama sekali tidak bisa menjadi penawar.
Mereka menolak.Kabur?
Hahaha... Coba nanti kuhitung sudah berapa kali aku mencoba kabur, kutaksir pasti tidak kurang dari 20 kali.
Dan hasilnya sama bahkan dengan dampak yang jauh lebih parah.Begitulah sepenggal kisah seorang Choi Yeonjun yang menggelikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY- Choi Beomgyu
ФанфикMembantu arwah untuk mendapatkan hidupnya kembali? Bukankah itu mustahil? Siapa yang bisa percaya mitos seperti itu? Namun nyatanya hal itulah yang dihadapi oleh Son Hera. Gadis dengan begitu banyak luka batin yang ia kunci rapat rapat di sebalik pu...