33.

69 24 32
                                        

"lalu apa hubungannya? Kan sudah jelas, Hera bukan bagian dari mereka. Kenapa kalian juga jadi membenci Hera segitunya?"

"kami tidak membenci nya yeonjun. Kalau kami membenci nya, tidak mungkin kami memilihnya sebagai partner belajar mu waktu itu. Kami hanya membatasi pergaulan mu dengan nya"

"yang dikatakan ibumu benar. Biar bagaimana pun dia telah tumbuh dan dibesarkan oleh keluarga yang buruk. Paman tirinya adalah seorang pengedar narkoba, kita belum tahu tentang orangtua tirinya. Bisa jadi pekerjaan mereka justru lebih mengerikan.

Dan kami tidak mau pergaulan mu dengan nya memberi pengaruh buruk pada dirimu. Karena itu sebaiknya kamu benar benar menjauh dari Hera. Teman sekolah kan banyak, tidak hanya Hera. Berteman lah dengan yang lain, dengan orang yang setara dengan kita."

"berteman dengan selain Hera? Memang nya ada yang masih bisa disebut teman selain Hera?"

"jadi, jangan coba coba melawan. Atau kamu ingin Hera menjadi topik hangat di sekolah nya? Tentu sebagai teman yang baik, kamu tidak mau kan kalau Hera sampai dipermalukan di depan teman teman yang lain?"

Inilah yang paling yeonjun benci dari orang tuanya. Ketika mereka merasa bahwa perintah mereka tidak dipatuhi maka ancaman demi ancaman terus menerus akan menjadi jurus pamungkas mereka.
Tidak heran jika akhirnya mereka bisa bermusuhan dengan Son bersaudara, bayangkan saja jika kepada anak mereka sendiri saja mereka bisa memberikan ancaman yang menakutkan, apalagi jika itu berkaitan dengan pesaing bisnis.

Yeonjun hanya diam tidak menjawab, dia pergi meninggalkan ruangan tersebut dan mengunci diri di dalam kamar nya.
Dia merebahkan diri di kasur dengan perasaan yang kacau, dia selalu menganggap dirinya telah mengenal Hera dengan baik.
Tapi sejatinya dia tidak tahu apapun tentang hera, informasi yang ia dapat malam ini benar benar membuat yeonjun tersadar bahwa selama ini, hanya Hera yang mengenal yeonjun, tidak sebaliknya.

Hanya Hera yang mengetahui sisi lemah yeonjun, tapi tidak sebaliknya. Hanya Hera yang mendukung penuh impian yeonjun, tapi tidak sebaliknya. Hanya Hera yang menyemangati yeonjun dikala masalah datang, tapi tidak sebaliknya.

"Dan dengan bodohnya aku berharap Hera melihat ku sebagai laki laki. Bukan sebagai teman. Hahaha.... Yak yeonjun! Kamu itu benar benar tidak tau diri!"

"kamu tahu apa tentang hera?!! Apa yang sudah kamu lakukan demi bisa mengenal Hera lebih dekat?!! Huh? Tidak ada kan? Semua yang kau lakukan itu hanya membebani Hera dengan masalah mu, dan mimpi mimpi konyol mu."

"kamu sering datang dan menginap di rumahnya. Tapi tak pernah sedikit pun kau penasaran tentang keluarganya, tidak pernah sedikit pun kau mendengar keluh kesah nya. Semua yang kau lakukan disana hanya bersembunyi dan bersenang senang dengan mimpi mimpi mu. Kau tidak sepenuhnya hadir untuk Hera, justru Hera yang selalu hadir untuk mu. Lalu kau berharap lebih dari nya?!!!"

Yeonjun terus menampar diri nya sendiri dan memaki maki kebodohan nya. Segala sumpah serapah keluar dari mulutnya akibat rasa sesal yang begitu dalam karena merasa tidak banyak berusaha demi Hera.

Bahkan di detik ini pun, yeonjun tidak melakukan apapun untuk membantu Hera dalam mencari hyejin.
Hari ini yeonjun tidak melihat Hera dan beomgyu, Hera tidak masuk sekolah. Tempat bernama sekolah itu yang awalnya menjadi tempat yang menyenangkan mendadak menjadi tempat yang menyeramkan.
Tatapan sinis dan ketakutan dari para siswa terhadapnya membuat yeonjun sama sekali tidak tahan.

Dia merindukan Hera, dia juga merindukan si jahil beomgyu. Bahkan hingga detik ini dia belum mengetahui namanya. Akhir akhir ini ia selalu disibukkan dengan jadwal tambahan yang ayahnya berikan, bahkan untuk berbincang santai dengan Hera dan beomgyu pun tidak sempat.
Yeonjun semakin kesepian.

Dia meraih ponsel nya, dia bahkan tidak ingat kapan terakhir dia menghubungi Hera. Dia menekan nama itu dan memanggilnya,
Namun nomor tersebut tidak aktif.

"dia sudah tidur. Tidak. Mungkin saja, dia sedang sibuk. Aku tahu apa tentang hera? Teman macam apa aku ini?"

Lelah dengan semua yang terjadi, yeonjun pun terlelap.



-------×××××-------

"ada ini lagi" Hera membuka amplop itu, dan seperti yang kemarin. Terdapat satu buah flashdisk beserta sticky note bertuliskan,

DAY 1 PART 2

Video itu dimulai dengan gambar tempat yang sama persis seperti pabrik yang mereka kunjungi barusan.
Hal itu setidaknya membawa angin segar bagi mereka berdua, bahwa perjalanan mereka ke Daegu tidak sepenuhnya sia sia.

"lihat, ini hyejin. Cantik kan? Bagaimana? Suka dengan rotinya?" suara Gikwang terdengar.

"Sudah kuduga, dia juga pasti terlibat. Manusia setan!" Hera yang emosi tanpa sengaja mencengkram amplop yang masih ia pegang.

Pemandangan di video tentu tidak akan membuat siapapun bisa bertahan melihatnya. Tidak ada lagi hyejin yang cantik dan manis disana, tidak ada hyejin dengan keceriaan nya disana, tidak ada pula hyejin yang suka tebar pesona di hadapan kamera seperti biasanya.

Yang dilihat oleh beomgyu dan Hera adalah bagaimana hyejin menghabiskan roti roti itu secara tidak teratur. Benar benar aneh dan menjijikkan. Selapar laparnya manusia, mereka tidak akan makan sampai serakus itu. Terlebih jika kita bicara tentang hyejin yang santun.

Roti yang sudah jatuh dan bercampur dengan debu debu kembali menjadi santapan hyejin, pandangan nya ketika melihat ke kamera benar benar berubah. Mata anak yang kelaparan dan meminta makanan lebih banyak lagi. Hyejin kembali mengumpulkan rempah rempah roti yang sudah kotor dan memakan nya lagi, sebagai pertanda bahwa ia masih lapar.
Jelas sangat tidak wajar.
Ada sesuatu yang terjadi disini.

"kamu masih lapar? Tunggu paman Taehee ya? Dia bawa roti yang sangat banyak. Maklumi ini Hera, sudah tiga hari ia tidak makan, dan baru sekarang dia makan. Lahap sekali ya?? Hahahaha"

Hera langsung menutup laptop nya, tidak sanggup melihat apa yang terjadi selanjutnya. Matanya memanas, air matanya keluar tanpa bisa ditahan, hatinya dipenuhi rasa sakit dan benci.
Hera sangat mengenal hyejin, dan semua yang direkam oleh Gikwang itu sangat mengerikan dan mustahil dilakukan oleh adiknya, bahkan jika dia kelaparan.

Beomgyu tahu Hera tidak butuh kalimat apapun saat ini, maka dia hanya diam dan memeluknya. Meski rasa benci terhadap paman paman tirinya tidak menurun namun setidaknya aksi beomgyu dapat meredakan sedikit rasa sedih yang ia rasakan, sekaligus menyumbangkan aura positif kepada Hera.

"mereka terlalu kejam! Hyejin itu keponakan mereka sendiri!! KENAPA MEREKA HARUS SEKEJAM ITU PADANYA?!!"
Hera menangis dan berteriak di dada beomgyu, suara nya tercekat karena terlalu sakit bahkan untuk sekedar bersuara. Tangan Hera mencengkram beomgyu kuat kuat, agar emosi nya bisa sedikit tersalurkan.

Beomgyu sendiri tidak menyangka bahwa ada orang setega itu pada bocah kecil berusia 8 tahun. Terlebih itu adalah keponakan nya sendiri.

"keponakan?" batin beomgyu heran.

Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa Hera? Bukankah mereka yang menculik hyejin adalah orang yang sama dengan yang bekerja sama dengan kakak yeonjun untuk membunuh ayah nya sendiri?
Apa mungkin Hera kenal dengan mereka semua?

Pertanyaan semacam itu berdesakan muncul dari otaknya, namun mulut dan hati nya menolak untuk mempertanyakan hal itu langsung pada Hera.
Hera sedang tidak baik baik saja.

OUR STORY- Choi Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang