"nahhh, akhirnya ketemu juga kalian! Jauh banget sih, aku sampai harus mutar mutar tujuh keliling loh"
"dasar buta arah. Tinggal baca maps aja ga bisa, laki laki macam apa kamu?"
"ya biar, laki laki yang bisa baca maps udah banyak, kalau yang kayak aku kan jarang. Limited edition nih, mahal tauk. Jarang ada yang punya"
"tck, mana ada yang mau barang Limited edition kayak begini? Kalau kayak gitu sih namanya bukan Limited edition, tapi namanya afkiran."
Begitulah Yeonjun dan Beomgyu, sejak pertama mereka bertemu bahkan sampai detik ini ketika sudah lama tidak bertemu mereka masih saja tidak berubah. Suka sekali berdebat tentang hal hal kecil meski ujung ujung nya juga mereka tetap saja saling berbagi banyak hal, namun kalau tidak bertengkar rasanya belum afdol.
"oke, mau sampai berapa sesi kalian berdebat? Apa perlu aku panggil moderator disini?" Hera mulai buka suara setelah perdebatan mereka tak kunjung memperlihatkan tanda usai.
"hehe iya maaf." kata mereka bersamaan.
"ngapain kamu ikut ikut nyamain aku? Ga kreatif." protes yeonjun.
"mana ada aku ikutin kamu? Ini namanya kompak"
"sejak kapan kita kompak? Ingat ya, kamu masih hutang cerita banyak sama aku selama dua tahun ini. Hera udah cerita sih, tapi aku mau denger langsung dari kamu nya."
"kenapa? Kangen ya? Uwww, aku tahu kok. Akhir akhir ini bulu mataku banyak yang jatuh. Ternyata kamu serindu itu sama aku. Iya iya, nanti aku cerita, sekarang aku minta tolong dulu sama kamu."
"dih, kamu datang datang mau ketemu aku cuma mau minta tolong? Teman macam apa kamu ini?"
"ishhh, ribet banget sih. Asal kamu tahu aja ya, butuh usaha yang sangat besar dan melelahkan untuk aku bisa kembali normal seperti dulu. Sekarang aku serius tauk! Aku beneran butuh bantuan"
"emang kamu butuh bantuan apa?"
"kamu ingat soal cincin itu?" Hera kembali buka suara.
"cincin yang waktu itu kamu pakai? Yang katanya dia terikat sama cincin itu?"
"iya, kamu masih ingat?"
"tentu. Ada apa dengan cincin itu?"
"cincin nya bukan masalah. Tapi, siapa pemilik cincin itu yang jadi masalah."
"maksudnya?"
"waktu itu kamu juga lihat kan? Ibu mu pakai cincin yang sama kayak yang ibu ku punya? Nah aku sama Hera penasaran, sebenarnya cincin itu milik siapa?"
"mungkin saja cincin itu ada dua kan? Lagian kenapa kalian se penasaran itu?"
"aku pengen tahu aja. Siapa tahu itu bisa menjawab pertanyaan ku selama ini"
"pertanyaan apa? Aku tidak mengerti."
Beomgyu pun mulai menceritakan tentang latar belakang nya, kisah masa lalu nya, dan penuturan dari ibunya, juga keraguan keraguan yang selama ini mengganggunya.
"jadi begitu. Aku tidak menyangka kalau hidup mu seberat itu. Lalu apa yang bisa kulakukan?"
"aku datang kesini bersama ibuku juga. Dia masih di hotel sekarang, dan aku berencana untuk mempertemukan ibumu dengan ibuku. Cincin ini biar ibuku pakai, siapa tahu ibumu bisa peka dan menyadari kesamaan cincin milik ibuku dan ibumu.
Biasanya jika sesama perempuan ketika mendapati ada kesamaan diantara mereka, mereka pasti akan heboh dan membicarakan hal itu. Mungkin saja dari situ aku bisa mendapat jawaban yang aku cari. Darimana ibuku bisa mendapatkan cincin itu, dan dimana ayahku."
"ide yang bagus, kebetulan ibuku adalah orang yang suka sekali membicarakan berbagai perhiasan dan barang barang khas perempuan. Mungkin rencana ini akan berhasil."
"jadi, kapan kita bisa mempertemukan mereka?"
"malam ini juga. Ayah dan ibuku juga sedang dalam masa cuti kerja, jadi mereka punya waktu luang malam ini"
"kita adakan saja acara makan malam, kita, ibunya Beomgyu dan orangtua ku. Bagaimana?" usul Yeonjun yang kemudian disetujui oleh Hera dan Beomgyu.
------×××××------
"kita akan kemana?" tanya Yuri penasaran.
"jalan jalan saja" jawab Beomgyu singkat, kali ini dia merasa gelisah, tapi tidak tau apa sebab nya. Dia merasa semua ini tidak seharusnya dia lakukan, keragu raguan mulai muncul dan membuat mood nya sedikit kacau.
Merasakan perbedaan sikap Beomgyu, dengan tangan kanan nya, Hera langsung menggenggam tangan Beomgyu.
Beomgyu menoleh dan mendapat isyarat dari Hera bahwa semua akan baik baik saja."tapi ibu capek. Boleh ibu pulang saja? Ibu juga tidak enak mengganggu kalian. Rasanya ibu malah merepotkan mu Hera."
Memang sedari tadi Yuri berjalan dengan lambat dan bertumpu pada tangan kiri Hera. Yuri belum sepenuhnya sembuh, jadi dia membutuhkan orang yang akan membantunya berjalan.
Hera menggeleng dan mengatakan,
"tidak bi, bibi tidak merepotkan. Kalau bibi lelah, bagaimana kalau kita istirahat di bangku itu. Sekalian kita bisa pesan minuman. Aku pesankan ya?"
"baiklah. Kita istirahat sebentar. Terima kasih Hera, kamu baik sekali. Pantas Beomgyu bisa jatuh cinta padamu"
"bibi ini ada ada saja." kata Hera sedikit malu.
Beomgyu menjauh dan mulai menghubungi Yeonjun.
"kamu dimana? Aku udah sampai."
"iya, aku lagi di jalan. Tunggu ya." yeonjun kemudian memutus panggilan dan kembali fokus pada jalan.
"siapa itu? Sebenarnya kita mau ketemu siapa?"
"teman ku"
"apa segitu pentingnya dia sampai kita harus bertemu dengannya?"
Yeonjun mulai kesal dengan pertanyaan dari ayahnya,dan memutuskan untuk diam saja, sikap suka merendahkan orang lain itu masih saja belum bisa hilang dari ayahnya.
Di restoran.
"hai gyu! Sudah lama disini?" sapa yeonjun dengan ramah.
"lumayan. Kenalkan, Ini ibuku"
"selamat malam tante, aku Choi Yeonjun. Temannya Beomgyu. Kebetulan sekali aku juga sedang bersama orangtua ku. Kita mungkin bisa makan malam bersama, sepertinya seru."
Yeonjun menyapa Yuri dengan ramah, dan mengajak nya untuk berjabat tangan. Namun ternyata yang diajak bicara justru terpaku pada satu hal.Merasa ajakan nya tidak ditanggapi, Yeonjun menoleh ke arah ayah dan ibunya, namun hal yang sama juga terjadi.
Tuan Choi tampak juga terpaku saling menatap dengan Yuri.
"ada apa ini?" batin mereka bertiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY- Choi Beomgyu
FanfictionMembantu arwah untuk mendapatkan hidupnya kembali? Bukankah itu mustahil? Siapa yang bisa percaya mitos seperti itu? Namun nyatanya hal itulah yang dihadapi oleh Son Hera. Gadis dengan begitu banyak luka batin yang ia kunci rapat rapat di sebalik pu...