41.

78 24 13
                                    

Hari sudah menjelang senja, sinar matahari yang datang sudah mulai berubah warna memberi guratan warna baru di langit yang biru.

Hera perlahan membuka matanya, rasa lemas masih setia di sekujur tubuhnya. Begitu pun dengan beomgyu, masih bertahan di sisi Hera.

"kamu sudah sadar? Apa yang kamu rasakan? Butuh apa?"

Hera hanya diam dan melihat ke langit langit kamar hyejin. Kemudian perlahan bangkit, dan kembali melihat sekitar. Kenangan demi kenangan itu kembali berputar di dalam memori nya.

"Jangan diam saja. Katakan padaku sesuatu agar aku mengerti." ujar beomgyu semakin khawatir.

Sejenak kemudian Hera memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut dan menyambar jaket denim nya.

"kamu mau kemana? Hera, dengarkan aku. Kamu harus makan, sejak kemarin kamu tidak makan dan minum, kamu bisa dehidrasi nanti"

"Jangan ikut campur. Dehidrasi pun apa peduli mu?"

"tentu aku peduli. Kamu-"

"satu satunya yang akan membantu mu hidup kan? Iya aku tahu. Aku tidak lupa, setelah ini aku kembalikan kamu ke tubuhmu. Entah bagaimana caranya, aku tidak mau lagi melihat mu."

Hera segera pergi dari rumah sementara beomgyu masih mengikuti nya dan terus berbicara banyak hal. Segala ungkapan dari beomgyu sama sekali tidak Hera tangkap, pikiran nya terlalu kacau.

Hera berjalan tidak tentu arah, kadang dia berjalan ke depan lalu beberapa menit kemudian dia berputar balik, benar benar definisi orang yang tidak punya tujuan.
Kadang dia juga tiba tiba berlari, tiba tiba berhenti melihat ke sekitar lalu berjalan lagi, bahkan kali ini sudah kali ke empat dia memutar komplek setelah berjam jam dia berada di luar rumah.

"Hera, ini sudah malam. Udara juga semakin dingin, sudah waktunya pulang. Kamu juga harus istirahat."

"apa itu artinya aku juga harus menyusul hyejin?"

"Jangan ngawur, ini istirahat dalam arti sebenarnya. Bukan mati."

"tapi hyejin bilang dia sedang istirahat. Kenapa dia tidak ajak aku sekalian?"

"karena dia tahu, kamu kuat. Sangat kuat, makanya kamu harus bertahan."

"untuk siapa aku harus bertahan sekarang?"

"untuk ku"

Hera menoleh ke arah beomgyu, lalu tertawa.

"untuk mu? Hahaha... Yang bahkan akan melupakan ku?"

"Tidak akan. Aku sudah janji, aku tidak akan melupakanmu"

"aku tidak percaya dengan janji mu. Hyejin yang kupercaya saja bisa meninggalkan ku, kenapa kamu tidak?"

"karena aku mencintaimu." jawab beomgyu tegas.

"hyejin juga bilang begitu, itu artinya kamu juga sama sepertinya"

"Tidak. Aku bukan mencintai mu dengan cinta seorang adik pada kakaknya, ini cinta yang lebih dari itu"

"cinta macam apa yang kamu maksud?"

"cinta seorang laki laki pada wanita nya. Ini adalah cinta pertama dan terakhir yang aku punya"

Hera terdiam, dia tidak lagi menatap beomgyu. Dia kembali berjalan jauh sampai mendekati sebuah taman kecil di area komplek sebelah.
Dia memilih duduk di bangku itu dan mengabaikan beomgyu yang masih setia mengikutinya, sampai ada seseorang yang menyapa nya.

"permisi, apakah kamu yang bernama Son Hera?"

Merasa ada yang menyebut namanya, Hera langsung menoleh. Dia mendapati seorang wanita paruh baya dengan sedikit uban yang sudah mulai menyembul diantara rambut hitam nya. Hera sama sekali tidak merasa pernah kenal dengan orang tersebut.

OUR STORY- Choi Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang