9.

103 48 26
                                    

Son Hera pov

"kamu kenapa masih disini?"

Untung masih ketemu, sejak pulang dari perpustakaan aku sama sekali tidak melihat arwah itu lagi, tentu aku merasa cemas.

Apa mungkin waktunya sudah habis? Atau terjadi sesuatu pada badan nya? Tapi beruntung aku masih menemukan nya di dalam perpustakaan.

Wajahnya tampak murung.

"kenapa diam saja? Tidak ikut keluar?"

Dia diam.

"hei jawab! Apa ada masalah? Terjadi sesuatu kah?"

Masih diam.

"baiklah, aku tunggu sampai kamu mau buka suara"

Aku memutuskan untuk duduk di samping arwah, dan membuka buku pelajaran. Meski sebenarnya aku sama sekali tidak belajar. Aku hanya ingin menunggu nya bicara, kurasa pasti dia sedang sedih.








"apa harusnya aku menyerah?" tanya nya setelah hampir setengah jam membisu.

"kamu memikirkan hal itu sepanjang waktu ini ?"
Dia mengangguk.

"aku sadar, aku pasti sangat merepotkan mu. Semua orang punya masalahnya sendiri sendiri, dan berjuang untuk menyelesaikan semua. Tapi tampaknya aku datang dan menambah masalah mu."

"kamu juga pasti memiliki beban tersendiri di pundak mu, dan aku datang dengan sejuta rengekan agar kamu membantu ku. Aku tidak mandiri. Aku benalu. Aku beban. Aku a-aku..."

"ssst.... Cukup"
Aku menggenggam tangan besarnya.
Jika dia bisa menyentuhku berarti begitu juga aku.

Dia menangis.
Tidak ada yang bisa kulakukan selain mendekat kan diriku padanya dan menepuk pelan tangan nya.

Tangisan nya semakin kuat, dan terdengar Pilu.
Sebegitu kah besar nya keinginan mu untuk hidup?

Aku jadi merasa malu dengan arwah ini. Dia berusaha untuk hidup, sementara aku sering berusaha untuk mengakhiri nya.

Miris.

"bohong namanya jika aku mengatakan bahwa kamu tidak menambah masalah ku. Tapi semesta mengirim mu datang kepada ku, itu artinya semesta memandang aku mampu melewatinya, begitu pun kamu."

"kamu masih bisa bertahan hingga sekarang dan tidak kehilangan semangat untuk hidup, artinya semesta tahu bahwa kamu pasti akan hidup. Hanya mungkin, semesta ingin melihat perjuangan mu."

"tapi, semua ini tampak mustahil bagiku. Hera, kau tidak akan tahu rasanya" tangisnya semakin memilukan hati.

Mustahil.
Aku pernah di posisi merasa mustahil, dan kurasa

MASIH.


"dengar. Aku pernah baca suatu pepatah. Pepatah itu mengatakan : semesta selalu mewujudkan sesuatu yang mustahil dengan cara yang jauh lebih mustahil, jadi tenanglah"

"tampak mustahil memang, tapi selama kamu percaya, dan terus berjuang hal yang selalu kamu anggap mustahil, akan terwujud bahkan mungkin dengan cara yang jauh lebih mustahil lagi. Otak manusia terkadang bahkan tak akan mampu menebak nya."

"kita tak pernah tau seberapa luas semesta ini. Jadi yang perlu kita lakukan hanya berusaha. Soal hasil, itu adalah rahasia semesta, dan akan terungkap di waktu yang paling tepat"

"kamu harus percaya itu"

Hera? Apa kamu sedang ber ceramah? Menggelikan, ceramah di depan arwah?

OUR STORY- Choi Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang