Naruto menyelimuti kaki jenjang Hinata dengan selimut saat perawat akan menyingkap pakaian terusan yang dikenakan wanita itu untuk pemeriksaan kandungan.
Mereka tidak pergi keluar rumah selama beberapa waktu demi alasan keamanan, maka Naruto memanggil Dokter kandungan dan seorang perawat dari rumah sakit ke apartmentnya.
Hinata belum terbiasa sama sekali saat Dokter menyentuh tubuhnya untuk pemeriksaan kandungan seperti ini. Wanita itu berbaring di atas ranjang dengan Naruto yang berdiri di sampingnya. Pria itu hanya mengamati saat dirinya diperiksa.
"Dari hasil catatan kehamilan dan juga pemeriksaan berkala, bayinya tumbuh dengan sehat, namun tetap minum pil tambah darah secara rutin karena ibunya memiliki riwayat darah rendah." Dokter memberitahu sambil tetap memeriksa keadaan Ibu hamil yang tengah berbaring di atas ranjang besar itu. "apa ada keluhan?"
Hinata menatap Dokter wanita itu "sering kali, saat malam perutku terasa kram."
Naruto menoleh ke arah Hinata. Wanita itu tak pernah mengeluh begitu di hadapannya namun dia terkadang menyadari saat malam, Hinata nampak begitu gusar di atas ranjang, apa karena kram perutnya?
"Sebetulnya kram perut di masa awal kehamilan adalah hal yang wajar, namun jika sakitnya tak tertahankan segeralah hubungi Dokter."
Hinata pikir kram perutnya tak seburuk itu hingga harus segera memanggil Dokter, hanya saja, itu membuatnya lelah dan tidak nyaman. "Baiklah."
"Katakan padaku kapanpun kau mengalami kram perut lagi." Naruto berujar pada Hinata dengan serius.
Hinata terkejut kala akhirnya Naruto bicara padanya. Ya, setelah malam di mana mereka berdua bicara saat itu, mereka telah terjebak dalam situasi yang tidak dapat dikatakan baik.
Perbedaan pendapat serta keraguan telah membuat mereka saling menjaga jarak untuk sekedar menenangkan pikiran.
"Bagaimana soal keberangkatan ke Inggris?" Naruto bertanya pada Dokter, sebelumnya dia sudah memberitahu soal rencana ini namun dia dengar Ibu hamil tidak boleh berpegian dengan pesawat terbang.
"Di usia kehamilan ini, sudah cukup aman, lagipula kondisi ibu dan bayinya sangat baik. Selama perjalanan jangan sampai stress." Dokter berujar serius dan memberitahu pandangannya soal rencana itu.
Hinata mengalihkan pandangan dari Naruto saat pria itu membahas lagi soal keberangkatannya ke Inggris. Mereka tak lagi pernah membahas soal itu sebenarnya maka semua masih abu-abu di matanya.
Tapi beberapa kali Hinata mendapati Naruto berbicara via telepon bersama sekretaris dan juga pengacaranya seolah tengah mengatur keberangkatan itu. Tapi Hinata tak pernah dilibatkan dalam pembicaraan tersebut.
...
Suara tamparan keras menggema di ruang kerja kediaman Otsutsuki.
Toneri menerima satu tamparan lagi dari ayahnya karena hari ini akhirnya tiba juga, hari dimana ayahnya mengetahui soal semua kekacauan yang terjadi.
"Bagaimana bisa seseorang menghamili calon istrimu hm?" Hamura berujar marah pada putranya.
"Dia berselingkuh." Toneri tentu saja akan melimpahkan segala kesalahan pada Hinata.
"Bagaimana bisa dia berselingkuh?" Hamura memaki putranya yang bodoh itu dengan sangat keras.
Toneri tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena dirinya bahkan tidak sadar bahwa salah satu alasan Hinata bisa menyeleweng adalah karena perlakuannya sendiri. "ayahnya tidak mendidiknya dengan benar."
Hamura kini mengalihkan tatapan tajamnya ke arah Hiashi yang juga berada di ruangan yang sama. "Hiashi, katakan sesuatu soal putrimu."
Hiashi berujar penuh sesal "aku benar-benar minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanity
FanfictionEven though we shouted out countless times, without it ever reaching one another but whenever you ask me again, how I feel, please remember my answer is you.