"Bolt." Hinata melangkah mendekat menghampiri putranya yang berlari ke arahnya.
"Ibu.." Boruto tersenyum cerah dan masuk ke dalam pelukan ibunya yang sudah sangat dirinya rindukan.
Hinata menundukan tubuhnya dan mendekap erat anak itu dipelukannya sambil mengusap surai pirangnya. Padahal hanya sebentar tak bertemu dan rasanya sudah rindu sekali.
"Bolt rindu sekali." Boruto memeluk leher ibunya erat-erat sambil menenggelamkan wajahnya di pundak Ibu.
"Ibu lebih rindu dengan Bolt." Hinata kemudian menangkup wajah anak itu dan mengecup kedua sisi pipi gembilnya.
Naruto membiarkan Hinata melepas rindu dengan putranya lebih dulu sedangkan dirinya menyambut ayah dan ibu yang berjalan di belakang Bolt.
"Bagaimana penerbangannya?" Naruto mengambil alih koper yang ibunya bawa dan memeluk wanita itu lebih dulu daripada ayahnya.
"Cukup lancar, Bolt banyak tertidur sepanjang perjalanan." Minato memeluk putranya secara singkat.
"Syukurlah." Naruto kemudian bertukar tatap dengan ibunya yang seolah ingin tahu soal perkembangan masalah yang terjadi disini. Dia lalu tersenyum tipis dan mengangguk. "Jangan khawatir."
"Ayah, kemari.." Bolt lalu melambaikan tangan ke arah ayahnya.
Naruto menoleh lalu bergegas memeluk anak itu setelah dia selesai melepas rindu dengan ibunya. "Hey, bagaimana perjalananmu?"
"Bolt tidur lama sekali." Boruto mengadu pada ayahnya. "Dan menonton film."
Naruto kemudian mengangkat anak itu ke gendongannya, mengecup sekilas pipi gembilnya "bisa beritahu Ayah soal film itu?"
Boruto mengangguk cepat "awalnya ada dua t-rex dengan gigi tajam." Anak itu lalu menjelaskan semua yang dia ingat pada ayahnya sambil dibawa berjalan ke dalam mobil.
...
Boruto menyantap sarapannya dengan lahap. Sudah lama dia tidak memakan pancake buatan ibunya.
Hinata hanya menopang dagu sambil menatap putranya. Melihat anak itu makan, sudah membuatnya cukup kenyang.
"Pencake Ibu yang terbaik." Anak itu mengacungkan ibu jarinya kemudian bertepuk tangan.
"Terima kasih." Hinata tersenyum lembut menatap anak itu. Pagi ini dirinya hanya berdua dengan Bolt.
Naruto masih tertidur di kamar karena lagi-lagi pria itu melaksanakan meeting di dini hari tadi dan baru saja melanjutkan tidurnya sedangkan ayah dan ibu Naruto beristirahat di kamar hotel tepat di seberang kamar ini. Mungkin mereka masih kelelahan karena penerbangan panjang dan Bolt ternyata memiliki lebih banyak energi.
"Ibu, ini di mana?" Boruto menoleh ke arah jendela di belakang meja makan. Kepingan salju kecil masih berjatuhan di luar.
"Ini di Tokyo, Jepang." Hinata menatap mata biru anak itu.
"Kakek bilang, Ayah lahir di sini." Boruto bertanya penasaran. "benar ya, Bu?"
Hinata mengangguk kemudian mengusap surai pirang lembut itu. "Benar, Ayahmu lahir di Tokyo." Dia dengar dulu ayah Naruto sudah bertugas di Jepang maka Naruto lahir di sini dengan darah Inggris kental pada diri pria itu.
Boruto membulatkan bibirnya "kalau Bolt, lahir di London." Dia berujar semangat.
"Iya, Bolt lahir di London, di pagi hari saat hujan turun." Hinata memeluk anak itu setelah dia selesai menyantap pancakenya. Hinata ingat betul momen itu, momen yang tak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanity
FanfictionEven though we shouted out countless times, without it ever reaching one another but whenever you ask me again, how I feel, please remember my answer is you.